*9*

252 72 12
                                    

18-07-22


"Vi, kamu kenapa? lepasin dia!" dalam situasi menegangkan itu, Lily bingung dan juga takut. Ia menarik-narik lengan Vi mencoba untuk menghentikannya.

Tersadar, Vi melepas cengkraman tangannya lalu menggandeng Lily keluar dari mini market tanpa rasa bersalah. Keduanya segera masuk ke dalam mobil dan langsung pergi.

"Vi, kenapa kamu marah? orang itu tidak melakukan kesalahan, bahkan dia sangat  ramah," terang Lily menatap polos ke arah Vi yang sedang fokus menyetir dengan wajah bersungut-sungut.

"Apa kamu takut?"

"Tentu saja. Aku tak pernah melihatmu marah seperti itu."

"Maaf telah membuatmu takut, aku tidak akan melakukannya jika tidak dalam keadaan kesal," sambil terus menyetir, Vi meraih tangan Lily lalu menciumnya dengan lembut sebagai tanda permintaan maaf.

"Memangnya apa yang membuatmu kesal?"

"Dengar, Lily. Sekarang kamu sudah bukan anak kecil lagi. Situasi yang kamu hadapi akan berbeda dengan sebelumnya, termasuk orang-orang yang ada di sekitarmu. Kamu harus bisa menjaga diri dalam pergaulan, terutama dengan laki-laki.

"Menjaga diri dari apa? aku lihat dia baik, tidak ada yang aneh."

"Tidak semua dari mereka benar-benar  berhati baik, terkadang hanya di depanmu saja. Biasanya semakin manis ucapannya maka semakin berbahaya, karena bisa saja ada sesuatu yang mereka inginkan. Itulah yang membuatku kesal?"

"Baiklah, sekarang aku mengerti. Aku akan selalu mengingatnya."


Pagi yang cerah di hari libur. Vi sedang duduk santai di ruang keluarga sambil membaca majalah ditemani secangkir kopi. Tak lama, Lily keluar kamar menuju dapur dengan airpods yang menancap di telinga. Vi menatap sekilas saat Lily melenggang di depan muka sambil melempar senyum sesaat, kemudian melanjutkan komat-kamit mengikuti lagu yang sedang diputarnya.

Perhatian Lily tercurah pada lembaran roti tawar yang ia masukkan ke alat pemanggang, hingga tak menyadari jika dirinya saat itu telah bersenandung cukup lantang disertai gerakan manggut-manggut dan sedikit meliukkan badan mengikuti irama.

Suara Lily membuyarkan konsentrasi. Vi tak lagi fokus dengan majalah di tangannya. Berawal dari sekedar melirik, kini matanya terpatri menyorot lepas ke arah dapur yang berada tepat di samping ruang keluarga.

Vi menaruh majalah di atas meja sambil diam terpaku menatap Lily. Bisikan setan membuat pikirannya mulai berselancar mengamati bentuk fisik gadis remaja yang ada di hadapannya.


 Bisikan setan membuat pikirannya mulai berselancar mengamati bentuk fisik gadis remaja yang ada di hadapannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Lily yang saat itu memakai celana pendek, juga kaos santai sebatas pinggang terlihat begitu menggoda. Vi bersandar di sofa sambil mengusap dagu berulang kali, matanya tak berkedip menatap kaki jenjang Lily yang mulus. Pinggulnya yang padat berisi serta pinggang ramping berlekuk.

Lily_kekasih kecilku   (SN x BTS)2 (Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang