*17*

259 33 20
                                    

25-12-23

"Bu, ibu cepat sembuh, ya. Kookie janji, kalau ibu sembuh, Kookie akan mencari Bella sampai ketemu dan membawanya pulang agar ibu senang."

Ucap bocah laki-laki berusaha tegar, sembari mengelus tangan ibunya yang sedang terbaring lemah di ranjang rumah sakit, dengan suara bergetar.

Jungkook masih menyebut dirinya Kookie, panggilan sayang dari Bella. Pernah suatu hari bertanya, kenapa dipanggil Kookie? karena menurut Bella kamu sangat manis dan lucu, jawab Lela dengan mata berkaca-kaca.

Lela hanya bisa menatap sayu pada putranya yang terlihat sangat kurus. Sudah dua bulan ini ia tak mengurus Jungkook seperti biasa. Terpikir, apakah setiap hari dia makan dengan teratur? bagaimana sekolahnya? Dia bergaul dengan siapa saja di luar sana? Lela merasa sangat bersalah, hatinya pedih melihat keadaan Jungkook saat ini karena dirinya yang tak berdaya.

Sejak kehilangan anak pertamanya Isabella. Lela selalu dirundung kesedihan dan tak pernah lagi bisa merasakan kehidupan yang tenang. Hari-hari selalu diwarnai kegelisahan yang memicu pada pola hidup tak sehat, membuatnya sakit-sakitan.

Surya sang suami saat ini berada di titik pasrah melihat keadaan Lela yang semakin memburuk. Segala upaya telah ia lakukan untuk pengobatan istrinya agar sembuh seperti sedia kala. Namun ternyata, penyakit komplikasi yang menyerang Lela lebih kuat dari pada daya tahan tubuhnya.

Masalah menghilangnya Isabella benar-benar telah menghempaskan Surya ke tebing yang curam. Selain kehilangan keharmonisan rumah tangganya yang dulu. Surya juga kehilangan semua hartanya untuk menanggung segala biaya selama mencari keberada Isabella, ditambah lagi pengobatan Lela.

Saat ini Surya tengah dalam keadaan terpuruk. Ia hanya bisa mengandalkan bantuan dari sahabatnya yang bersedia memberi tumpangan di rumah sederhana, serta pekerjaan sebagai sopir pribadi yang gajinya lumayan. Cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari juga membiayai sekolah Jungkook.


Vi menyesal, menyesal telah memberi kebebasan kepada lily yang ternyata disalah gunakan. Hal itu terjadi lantaran dirinya sering terlena oleh peluk, cium dan senyum manis Lily yang tersuguh tiap kali mendapat apa yang di inginkan.

Harusnya Vi mengambil sikap tegas dengan tetap konsisten pada aturan yang telah dibuat, dan sama sekali tak memberi kesempatan pada Lily untuk membangkang. Kini karena keteledoran itu, Vi harus menanggung kekecewaan yang tak bisa ia terima.

"Vi, lepasin!"

Lily mendorong tubuh Vi kuat hingga terlepas, lalu menjauh.

"Kamu sebenarnya kenapa? tolong becandanya janga seperti ini!"

Segera merapikan bajunya. Lily berusaha tenang di hadapan Vi yang menyorot tajam dengan mata memerah.

"Kenapa, kamu takut? Bukankah dulu aku sering membantumu melakukanya."

Vi dengan santai beralih duduk di tepi ranjang sambil menjejalkan botol ke mulut. Dahinya mengernyit saat menenggak minuman keras yang berasa pahit dengan sensasi panas di tenggorokan.

"Masalahnya sekarang berbeda, aku sudah beranjak dewasa."

"Ya, kamu memang berbeda. Kamu sudah berubah tidak seperti Lily yang dulu. Lily si gadis penurut. Lily yang selalu memperlakukanku hangat dengan sikap manjannya. Lily yang tau cara berterimakasih lewat ungkapan sayang yang tulus. Sekarang, apa yang kamu lakukan padaku setelah mendapat kebebasan mengenal orang lain di luar sana?"

"Apa ini soal Romi? ku kira kamu bisa mengerti perasaanku karena sudah pernah mengalami, tapi ternyata enggak. jangan egois."

Prankkk!

Lily_kekasih kecilku   (SN x BTS)2 (Fanfiction)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang