20-10-24
"Lily!.. Lilyyy!"
Sekilas tampak bayangan gadis berpakaian serba putih dengan tatapan sendu mengulas senyum terakhir, yang diyakini Vi adalah Lily. Bayangan itu pergi menjauh dan hilang melebur bersama cahaya.
"Lily jangan pergi! jangan tinggalin aku. Aku tidak bisa hidup tanpamu, Lily! hiks.. hiks. Sungguh, aku tidak bisa hidup tanpamu."
Dengan berlinang air mata penuh penyesalan. Juga suara paraunya yang menyayat hati. Vi hilang kendali, tingkahnya aneh tak karuan. Vi bergegas keluar kamar dengan langkah sempoyongan, mondar-mandir kesana-kemari mengedarkan pandangan sambil terus berteriak memanggil nama Lily tanpa henti.
Kegaduhan yang terjadi terdengar jelas ke seluruh penjuru ruangan, menggema hingga ke luar bangunan. Hal itu tentu mencuri perhatian.
"Vi, kamu kenapa?"
Lily datang dengan tergesa, sambil membenarkan kembali kancing bajunya.
"Lily, maafkan aku! Tolong jangan pergi, jangan pergi... Lily!"
Vi berteriak histeris dan terus menatap ke arah pintu keluar. Ia meronta saat Lily berusaha menahannya sekuat tenaga. Nampaknya Vi telah terbutakan oleh pikiran kalut yang menguasai. Ia seperti tak melihat kehadiran Lily yang berusaha menyadarkannya dengan wajah ketakutan.
"Lily tunggu! Lily jangan pergi, ku mohon. hiks.. hiks."
"Vi! lihatlah kemari. Aku tidak pergi, aku ada di sini bersamamu. Vii!"
Lily mengguncang-guncang lengan Vi agar ia mau melihat ke arahnya. Namun Vi tak merespon, ia tetap kukuh ingin keluar sambil terus berteriak.
"Vi! ada apa denganmu. Kenapa jadi seperti ini, sadarlah. Ini aku, Lily!"
Berucap dengan lantang, Lily berdiri kokoh di depan Vi sambil menangkup wajahnya saling berhadapan. Dalam posisi itu, Vi akhirnya terdiam menatap Lily dengan sorot mata begitu dalam.
"Lily!"
Brukkk!
Vi langsung menubruk Lily secara ugal-ugalan sampai terdorong ambruk ke sofa. Ia mendekap erat tubuh mungil itu, membenamkan wajah pada kerung lehernya sambil menangis terisak.
"Vi, apa yang terjadi. Jangan membuatku takut," Lily balas mengeratkan pelukan, dengan satu tangan mengelus rambut ikalnya. Lily mulai menitikkan air mata karena khawatir dengan keadaan Vi yang menggila. Tak pernah sekalipun melihatnya hingga menjadi seperti itu.
Lily terdiam, tak Lagi melontarkan pertanyaan. Satu-satunya hal yang bisa ia lakukan saat ini adalah menenangkan Vi yang masih menangis terisak.
Selang beberapa waktu kemudian, tangis Vi mereda. Ia bangkit lalu duduk bersandar sembari menyeka air mata. Lily pun melakukan hal yang sama, nafasnya sedikit tersengal menahan sesak karena berat tubuh Vi yang tadi menindih.
"Lily!"
Pekik Vi lagi dengan muka cemas saat melihat Lily beranjak dari sofa. Vi mencengkram tangan Lily dengan kuat.
"Aku hanya mau mengambilkanmu air."
Saling terdiam menatap sejenak, Vi perlahan melepas cengkramannya namun tidak dengan sorot mata yang terus mengikuti gerak Lily menuju dapur. Vi trauma akan rasa takut kehilangan, hatinya benar-benar hancur meski hanya sedang berhalusinasi.
"Ini, minumlah."
Lily menyodorkan segelas air putih dan langsung ditenggak habis oleh Vi yang kehausan.
"Apa kamu sudah merasa lebih baik?"
Hanya diam. Vi menjawab dengan anggukan.
"Sepertinya kamu perlu istirahat."

KAMU SEDANG MEMBACA
Lily_kekasih kecilku (SN x BTS)2 (Fanfiction)
FantasyKim Taehyung, sosok keturunan konglomerat yang menjadi aneh, seumur hidup merasa kesepian, terlahir sebagai anak semata wayang tidaklah mudah baginya. Meski di asuh dan di besarkan dengan kasih sayang yang melimpah, namun tiada arti jika kasih sayan...