Hari Minggu yang mula nya tenang, tiba-tiba dihebohkan dengan kedatangan truk pick up yang mengangkut sejumlah barang besar.
Pak Budi kala itu menjabat sebagai ketua RT sontak terkejut. Ia meninggalkan kopi hangat nya di teras hanya untuk memberi tau berita ini kepada sang istri.
Kedua pasangan itu berseru heboh di dalam rumah. Mereka berdua bergegas mengganti pakaian yang lebih rapi untuk menyambut tetangga baru itu.
Sebenarnya Pak Budi sudah di beri tau lebih awal bahwa kampung nya akan kedatangan penduduk baru. Hanya saja beliau lupa kalau Minggu ini merupakan jadwal kepindahan itu.
Mobil hitam yang berada tepat di belakang truk berhenti. Seorang wanita berusia sekitar 37 tahunan keluar lebih dulu dari dalam. Ia tersenyum hangat kepada pasangan yang sedang berjalan ke arahnya.
"Ya ampun, Bu Tia!" Bu Rina–Istri dari Pak Budi bersorak gembira. Mereka berdua berpelukan hangat sembari menanyakan kabar masing-masing.
"Astaga, Bu Rina, kamu keliatan makin muda aja."
Bu Rina tersipu malu, "Ah bisa aja. Padahal kamu yang keliatan awet muda banget. Perawatan nya mahal pasti."
Tak lama Pak Adam keluar dari mobil, di susul oleh si anak gadis.
Pak Adam menghampiri Pak Budi untuk sekedar berjabat tangan dan menyapa teman lama. "Pak, apa kabar?"
Pak Budi tersenyum sambil membalas jabatan tersebut, "Baik nih, Pak Adam sendiri bagaimana? Makin sukses ya kelihatan nya."
Pak Adam tertawa layak bapak-bapak pada umumnya, "Ya alhamdulilah aja, sama sukses nya kayak pak Budi." Balas Beliau. "Oh iya pak, kenalin ini anak saya Renjani yang bakal nempatin rumah ini."
"Loh, ini Nak Renjani? Ya ampun, sudah cantik sekali ya."
Renjani hanya tersipu malu. Tak lupa bersaliman dengan Pak Budi dan Bu Rina.
"Ini Renjani yang masih kecil itu toh? Astaga, udah cantik sekali toh nduk." Bu Rina pun tak menyangka bahwa Renjani yang dulu masih di timang-timang nya kini sudah beranjak dewasa menjadi seorang gadis yang sangat cantik. "Kayak bule ya pak."
"Ah Ibu bisa aja." Renjani malu. Memang benar, kalau di puji Ibu-Ibu itu salting nya bisa bahaya.
"Ini Renjani aja yang tinggal disini? Memang gapapa? Ndak takut toh?" Bukan apa, Pak Budi hanya khawatir. Rumah yang cukup besar tapi hanya di tinggali oleh satu orang, apa enggak kewalahan.
Dan juga, rumah itu sudah sekitar satu tahunan kosong. Memang nya Renjani gak takut?
"Gapapa kok, Pak. Renjani hapal ayat kursi."
Balasan dari Renjani sontak membuat semuanya tertawa.
"Ya sudah kalau begitu, ayo saya bantu bereskan barang nya."
Di bantu oleh Pak Budi dan Bu Rina, kegiatan beres berberes menjadi jauh lebih menyenangkan. Lelah tak terasa karena Renjani dari tadi sibuk mendengarkan cerita dari mereka berempat. Atau lawakan yang dilontarkan oleh Pak Budi.
"Renjani."
"Iya Bu?"
"Renjani sekarang sibuk apa? Kuliah atau kerja?" Bu Rina bertanya penasaran.
"Renjani baru masuk kuliah Bu. Gapyear."
Bu Rina mengangguk. Meski sudah berumur, ia masih tau istilah yang sedang tren digunakan. "Renjani kuliah nya dimana?"
"Di universitas Trisaksi Bu. Makanya Renjani nekat tinggal disini sendiri, soalnya kalo kuliah dari rumah jauh banget."
Bu Rina terdiam sebentar. Alisnya mengekut seperti memikirkan sesuatu. Seperkian detik kemudian, suara melengking terdengar di telinga Renjani, "Oh! Universitas itu?!"

KAMU SEDANG MEMBACA
Hello, Neighbor | Junkyu Lia
FanficRenjani tak pernah menyangka kalau perpindahan nya untuk melanjutkan pendidikan justru mempertemukan nya dengan Raditya, tetangga depan rumah yang ternyata satu kampus dengannya.