01. The Wardrobe

356 30 2
                                    

Sudah beberapa hari para Pevensie bersaudara ini tinggal di rumah Professor Digory, mereka merasa bosan karena banyak larangan yang setidaknya harus dipatuhi oleh mereka berlima.

"Kalian tidak bosan?" tanya Lucy, si bungsu Pevensie yang baru berusia 8 tahun itu menatap keempat kakaknya yang sibuk masing-masing.

Kegiatan para kakaknya juga tidak jauh dari berdiam diri, lain hal dengan Rainy, kembarannya Edmund ini sibuk dengan buku sketsa yang dia dapat dari ibu.

"Jangan ditanya Lu, aku bahkan rindu sekolahku." jawab Edmund sambil melakukan beberapa hal yang menurutnya mungkin menarik.

Susan dan Peter menatap Edmund dengan sedikit tidak percaya karena biasanya adiknya itu akan mencari alasan untuk tidak pergi ke sekolah.

"Wow twin, aku tidak tau kalau kau juga akan merindukan sekolah." sahut Rainy tanpa mengalihkan pandangannya dari buku sketsanya.

"Memangnya tidak boleh?" tanya Edmund, dia mengubah posisinya yang tadinya tiduran di atas kasur menjadi duduk.

"Bukan tidak boleh, hanya saja ya ... Kami tidak sangka saja." Susan menjawab.

Edmund mengedikan bahunya, semua kembali seperti awal cerita bermula, diam dan tenang. Sampai Lucy merusak ketenangan tersebut dengan rengekannya.

"Peter, ayo kita main petak umpet." rengek Lucy, sedangkan si sulung Pevensie itu seperti enggan merespon si bungsu.

"Peter, ayo lah, aku tau kau juga bosan." ujar Lucy, dia tetap meminta pada Peter walaupun tidak di gubris.

Peter yang tiba-tiba berdiri membuat semua saudaranya menatapnya dengan tatapan bertanya. Tumben sekali kelakuan si sulung ini agak aneh.

"Ayo main petak umpet, aku akan mulai menghitung, kalian cepat bersembunyi." ujar Peter dengan senyum yang terselip di bibirnya.

Peter menghadap ke arah dinding di depannya lalu mulai menghitung angka untuk memberi waktu kepada keempat saudaranya untuk bersembunyi.

Susan, Rainy, Edmund dan Lucy berpencar ke seluruh sudut rumah Professor Digory untuk mendapatkan tempat sembunyi yang nantinya susah ditemukan oleh Peter.

Pada akhirnya, Susan bersembunyi di sebuah peti kosong di dekat jendela, Edmund bersembunyi di balik tirai jendela yang panjang dan Rainy sembunyi di sebuah ruangan yang merupakan kamar tamu.

Berbeda dengan ketiga kakaknya, Lucy belum menemukan tempat untuk sembunyi dari Peter, tadinya sih ingin ikut bersembunyi dengan Edmund tapi langsung ditolak karena kakaknya itu takut ketahuan lebih dulu jika bersembunyi bersama si bungsu.

Saat sibuk mencari tempat sembunyi, Lucy membuka salah satu pintu ruangan yang ada di sebelahnya, ruangan itu kosong, hanya ada sebuah lemari besar di sana.

Dengan cepat Lucy masuk ke dalam ruangan itu dan bersembunyi di dalam lemarinya. Si bungsu Pevensie itu memberi sedikit celah pada pintu lemari karena takut jika nanti tidak bisa dibuka.

Setelah mengecheck bahwa keadaannya aman, Lucy mulai mundur perlahan untuk mencari sudut yang nyaman. Tanpa dia sadari ada sesuatu yang menunggu di belakang lemari itu.

Lucy terduduk ketika ia menginjak salju, kemudian dia berdiri dan melihat sekitar. Banyak salju di sekeliling tempatnya berdiri sekarang.

Kaki kecilnya terus berjalan menyusuri hutan yang tertutup dengan salju tebal. Senyum Lucy terus terukir tanpa terlihat ingin luntur.

Di tengah perjalanan, Lucy melihat sebuah lampu yang tinggi bercahaya. Dia kembali menatap hutan yang tertutupi salju tebal itu.

Niat hatinya ia ingin bermain-main sejenak di hutan itu, namun tidak sengaja dia melihat sesuatu yang aneh. Lucy menghampiri sebuah pohon yang dibelakangnya ada seseorang yang sejak tadi mengintip dirinya.

We Lost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang