09. Christmas in Hogwarts

103 10 0
                                    

Natal sudah tinggal menunggu hitungan jam saja, banyak siswa yang memutuskan untuk pulang ke rumahnya selama liburan musim dingin, namun beberapa dari mereka tidak melakukannya.

Para Pevensie yang berada di luar castle menatap danau yang membeku, di atasnya banyak kereta yang membawa murid-murid untuk menuju stasiun.

Si kembar Pevensie ini menghela nafas secara bersamaan, Peter dan Susan yang ada di sebelah mereka bingung.

"Kenapa kalian berdua?" tanya Susan, heran biasanya yang begini pasti ada sesuatu.

"Mau pulang rasanya." keluh si kembar serentak.

"Kita tidak tau jalannya harus ke mana." balas Peter, dia bahkan ikut-ikutan menghela nafas juga.

"Ayo masuk aja ke castle lagi, kalian mungkin kedinginan." terka Lucy, si bungsu ini akhir-akhir ini suka sekali menebak sesuatu.

Para Pevensie akhirnya memutuskan untuk masuk ke castle lagi, mereka berlima memutuskan untuk ke Great  Hall.

Sebelum Rainy masuk, seseorang memegang pundaknya. Si Pevensie menoleh ke belakang dan memukul pelan orang yang membuatnya kaget ini.

"Kau mengagetkanku, ada apa Higgs?" tanya Rainy sambil berdiri dengan tangan di depan.

Terence mengerutkan dahinya, "Kenapa panggil begitu? Biasanya juga panggil Terence." ujarnya.

"Hanya ingin saja, memangnya ada apa?" tanya Rainy lagi, si perempuan menatap si laki-laki dengan penasaran.

Terence merogoh kantong celananya yang tertutup jubah, sebuah kotak berwarna hijau yang dihiasi dengan segala kilauan glitter dikeluarkan dari sana.

Tangan si Higgs terulur untuk memberi kotak tersebut kepada si Pevensie. "Untukmu, aku harus pulang soalnya." tuturnya.

Rainy menerima kotak itu, "Tapi aku tidak siapkan hadiah untukmu, aku akan memberi punyamu ketika kau kembali ke sini." ucap si Pevensie semangat.

Terence tertawa melihat respon antusias si Pevensie, mereka semakin dekat sejak kejadian di hari kekalahan mereka dari Gryffindor. Mereka lucu jika dilihat-lihat lagi.

"Terence cepat lha, kita harus bergegas ke stasiun." panggil Adrian yang sudah menunggu di kereta kuda yang akan mengantarkan mereka.

"Iya sebentar Pucey, aku kesana." Terence kemudian mengusak rambut Rainy lalu tersenyum, "Aku pulang dulu ya, sampai jumpa musim semi nanti." si kakak tingkat Rainy itu berlalu sambil melambaikan tangannya kepada si Pevensie.

Rainy membalas lambaian tangan tersebut sambil tersenyum sampai akhirnya suara siulan menginterupsi kegiatannya menatap kepergian Terence.

"Ada yang jatuh cinta."

"Pada kakak tingkatnya." 

"Dan kakaknya harus tau." ujar mereka serentak.

Si kembar Weasley ini senang sekali mengusili orang sama seperti peeves si hantu jahil. Bahkan tak jarang mereka bertiga akan menyatukan ide untuk memberi sebagian orang surprise.

Rainy menatap mereka berdua kesal, "Jangan bilang-bilang." pinta si Pevensie dengan nada yang terdengar sedikit marah.

"Kalau kau bilang begitu."

We Lost Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang