Kegiatan pembelajaran di mulai hari ini, Rainy dan Edmund sudah berada di kelas dan duduk di belakang kursi di depan meja Professor.
Selama mereka mencatat materi yang tadinya sudah diberitahu, Professor McGonagall mengubah dirinya menjadi seekor kucing Tabby dan mengawasi dari meja di depan para murid.
Suara kaki yang berlari masuk ke kelas Transfigurasi membuat semua murid mengalihkan perhatian mereka kepada orang yang baru datang, Harry dan Ron.
"Lihat! Kita berhasil! Bisa kau bayangkan bagaimana wajah Professor McGonagall ketika kita telat?" tanya Ron pada Harry, dia masih sibuk mengatur nafasnya.
Kucing Tabby yang sejak tadi mengawasi mereka melompat turun dari meja dan berubah menjadi Professor McGonagall. Kedua murid Gryffindor yang telat itu takjub melihat hal tadi.
"That was bloody brilliant!" celetuk Ron, rahang si weasley sedikit terbuka, efek kagumnya masih belum hilang.
"Terimakasih untuk penilaianmu, Mr. Weasley. Mungkin juga akan berguna jika diantara kau dan Mr. Potter di transfigurasi menjadi jam saku, agar kalian tidak telat." ujar Professor McGonagall.
Harry dan Ron terlihat menunduk karena mereka tahu bahwa mereka salah, "Kami tersesat tadi." ucap Harry.
"Lalu bagaimana dengan peta? Aku percaya kalian tidak memerlukannya untuk menemukan tempat duduk kalian." timpal Professor McGonagall, dia menghela nafas lalu berbalik menuju mejanya.
Edmund dan Rainy saling menatap kemudian mereka kembali fokus melanjutkan catatan mereka.
----------
Setelah selesai menjalani kelas Transfigurasi, para murid tingkat pertama masuk ke ruangan kelas Ramuan. Ruangan yang nyaman untuk seorang penyendiri menurut Rainy ketika dia berjalan masuk bersama Edmund.
Para murid masih sempat berbincang di sebelah kuali masing-masing, tiba-tiba suara pintu dibuka dengan paksa dan menghasilkan suara yang membuat sebagian murid kaget.
Professor Snape berjalan menuju ke depan kelas, "Tidak akan ada mantra mengayunkan tongkat bodoh atau mantra konyol di kelas ini. Oleh karena itu, saya tidak berharap banyak dari Anda menghargai ilmu halus dan seni eksakta pembuatan ramuan. Namun, bagi mereka yang memilih... " matanya menatap Draco yang kebetulan duduk di depan Edmund dan Rainy.
"... yang memiliki kecenderungan, saya bisa mengajari Anda cara menyihir pikiran dan menjerat indra. Saya dapat memberitahu Anda cara membotolkan ketenaran, membuat kemuliaan, dan bahkan menyumbat... " dia kembali menatap kearah Draco, Edmund yang merasa ditatap menyenggol lengan Rainy, bukan mendapat jawaban malah dapat pukulan pelan beberapa kali.
"...dalam kematian." Professor Snape mengalihkan atensinya dari Draco menjadi Harry.
Si pemuda kacamata itu tampak serius mencatat dan tidak memperhatikan, "Kemudian lagi, mungkin beberapa dari Anda datang ke Hogwarts dengan kemampuan yang sangat hebat sehingga Anda merasa cukup percaya diri... untuk tidak... memperhatikan." ujar Professor Snape sambil mulai berjalan pelan menuju Harry.
Hermione yang disebelah Harry menyikut pelan teman satu asramanya itu, "Mr Potter. Selebriti... baru... kami. Katakan padaku, apa yang akan saya dapatkan jika saya menambahkan bubuk akar asphodel ke dalam infus apsintus?" Tanya Professor Snape yang sudah sampai di hadapan Harry. Yang ditanya menggelengkan kepalanya karena tak tau. Hermione mengangkat tangannya, dia tau dan ingin menjawab tapi tidak dipedulikan.
"Anda tidak tahu? Baiklah, mari kita coba lagi. Di mana, Mr. Potter, apakah Anda akan mencari jika saya meminta Anda untuk mencarikan saya sebuah bezoar?" tanya Professor Snape lagi, Harry tidak ada tanda-tanda akan menjawab pertanyaannya, Hermione mengangkat tangannya lagi.
"I don't know, Sir." jawab Harry, setidaknya kali ini suaranya didengar satu kelas.
"Disayangkan. Jelas, ketenaran bukanlah segalanya. Benarkah, Tn. Potter?" Professor Snape kembali menatap Harry, sementara Draco yang duduk di depan Rainy terlihat menyeringai karena kegagalan si pemuda yang dijuluki The Boy-who-lived.
"Jelas, Hermione tahu. Sepertinya sayang untuk tidak bertanya padanya." Tutur Harry, dia kesal sebenarnya, dan juga kan Hermione sejak tadi mengangkat tangannya ingin menjawab pertanyaan tersebut.
Beberapa dari mereka tertawa untuk sesaat, "Silence." Ujar Professor Snape, dia berjalan untuk lebih dekat dengan meja si Potter.
Harry terlihat menelan ludah,Professor Snape melayangkan tatapan tajamnya kepada Hermione, "Put your hand down, you silly girl." ujarnya.
Rainy maupun Edmund terlihat sedikit meringis mendengar itu, Susan yang tidak jauh dengan mereka terlihat menutupi telinga Lucy yang duduk bersamanya. Tidak ada masalah dengan Peter, dia sejak tadi berdiam dan menyimak apa yang dibicarakan.
Setelah Hermione menurunkan tangannya, Professor Snape duduk di depan Harry, "Sekadar informasi, Potter, asphodel, dan apsintus membuat ramuan tidur yang sangat ampuh sehingga dikenal sebagai Ramuan Kematian Hidup. Bezoar adalah batu yang diambil dari perut kambing dan akan menyelamatkan Anda dari sebagian besar racun. Adapun monkshood dan wolfsbane, mereka adalah tanaman yang sama, yang juga disebut aconite." setelah mengatakan hal itu dia menatap para murid yang sedikit tercengang itu.
"Lalu? Kenapa kalian tidak mencatatnya?" tanya Professor Snape, itu tertuju untuk semua orang di kelas walaupun dia sedang menatap Harry saat ini.
Semua murid sibuk mencatat apa yang tadi disampaikan oleh Professor Snape, mungkin akan penuh kejutan kelas Ramuan berikutnya.
"Dan Gryffindor, perhatikan bahwa lima poin akan diambil dari rumahmu... untuk ocehan teman sekelasmu." ucap Professor Snape, dia sudah berpindah tempat ke depan kelas.
Hermione menatap Harry sekilas lalu mulai menulis, sementara si Potter menatap Professor Snape yang sedikit melirik dirinya kemudian menulis apa yang diminta Professor Snape tadi.
-----------
G
reat Hall terlihat ramai saat ini, banyak murid yang mengerjakan tugas dan sedikit berbincang dengan temannya, seperti yang para Pevensie lakukan.
"Bagaimana menurut kalian kelas Transfigurasi dan Ramuan?" tanya Susan membuka percakapan mereka berlima.
Rainy yang tadi sibuk menulis menatap kakak perempuannya dengan tatapan yang sedikit malas, "Luar biasa sekali, aku suka kelas Professor McGonagall, kelas Ramuan agak membuatku syok." tuturnya.
"Yeah Rainy benar, gadis di samping Harry ingin menjawab, tapi Professor Snape malah memaksa Harry menjawabnya." sahut Edmund sambil mengambil sepotong Turkish delight yang sempat ia minta dari dapur.
"Itu Hermione, dia memang ambisius dan ya seperti ingin dilihat semua orang." timpal Peter, tangannya sibuk membolak-balik halaman buku yang dia pinjam dari perpustakaan.
Terdengar suara-suara kepakan sayap, ketika para Pevensie mendongak, banyak burung hantu yang berterbangan sambil membawakan surat dan parcel milik para murid.
"Kita tidak akan pernah mendapatkan itu bukan? Kita kan tidak punya keluarga disini." ujar Lucy, wajahnya memurung, apalagi dia tanpa sengaja melihat Remembrall yang dipegang oleh Neville, teman Peter.
Susan yang tepat disebelah si bungsu langsung memeluknya, disusul dengan Peter. Lucy menatap kedua kakak kembarnya yang tidak ikut memeluknya.
"Kalian tidak mah peluk aku?" tanya Lucy polos, si kembar saling menatap lalu melihat ke arah Lucy.
"Menyebrangnya jauh Lu, nanti saja di jalan ke kelas flying aku akan memeluknya dengan erat." jawab Rainy, tangannya mencoba mengambil satu potong turkish delight di hadapan Edmund.
Edmund memukul tangan kembarannya, "Tidak ada bagi-bagi untuk Turkish delight." matanya menatap Rainy dengan tajam.
"Oh ya? Kau pikir aku takut denganmu, Mr. Turkish delight?" tanya Rainy dengan nada sedikit mengejek, tangannya disedekapkan di dada.
Mereka berdua semakin menatap tajam satu sama lain, Peter yang takut akan menimbulkan kegaduhan langsung merangkak melewati kolong meja dan memisahkan keduanya.
"Sudah, kalian masih bisa berkelahi di asrama, sudah waktunya kembali ke tempat tinggal kalian." ujar Peter lalu menarik jubah kedua adiknya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
We Lost
FanfictionPertama kali ketika Lucy masuk ke dalam lemari, dia melihat sekelilingnya di penuhi oleh salju, namun kenapa tempatnya berubah menjadi hutan belantara yang tak mereka kenali sama sekali saat dia mengajak seluruh kakaknya untuk ikut? Ketika mereka me...