Rumah kita

3 1 0
                                    


Seperti biasa di pagi sebelum semua orang sibuk dengan urusannya masing-masing, keluarga Tuan Mu akan berkumpul untuk sarapan bersama. Hal ini sudah menjadi rutinitas di keluarga ini.

"Nak, apa Lien akan turun untuk sarapan bersama?" Terlihat kekhawatiran dalam sorot matanya.

Lia adalah sosok mama yang sangat lembut dan perhatian, apalagi terhadap Lien. Dia harus memberi perhatian lebih, bukan karena apa-apa. Lia tau bahwa sulit untuk dekat dengan Lien, ia ingin Lien tau bahwa ia sangat menyayangi Lien seperti ia menyayangi Chan Juan.

"Anna tidak tau ma," jawaban Adan hanya diangguki mama. "Mama tenang saja, Lien tidak akan lama merajuk." Adan dan mama saling melempar senyum. "Kamu tau, hadirnya kamu dihidup Lien dan kami itu membuat suasana diantara kami lebih hangat." Ucap Lia tulus hingga matanya berkaca-kaca.

Segera Adan memeluk dan mengusap punggung Lia pelan. Adan juga bersyukur telah dipertemukan dengan keluarga ini. Di sini ini merasa nyaman dan hangat seperti di rumahnya sendiri.

"Maafin mama dan papa ya." Ucap mama sembari mengusap lengan Adan setelah lepas pelukan. "Tidak perlu meminta maaf ma, wajar saja mama dan papa terkejut. Itu karena kalian menyayangi dan peduli pada Lien__."

__ayo ma kita bawa sarapannya ke meja. Mereka pasti sudah menunggu." Mama dan Adan pun melanjutkan langkah mereka menuju meja makan.

Nampak jelas kegundahan Lia, sedari tadi ia tidak fokus dengan makannanya. Ia masih menunggu-nunggu datangnya Lien. Karena tidak melihat. Semua hikmat menikmati makanan mereka. Tiba-tiba Lien berjalan kearah mereka dengan wajah datar. Kemudian menarik kursi di samping Adan.

Hening. Segera Adan mengambil kan semangkuk nasi untuk diberikan pada Lien. "Lien, mama memasak sapo tahu dan capcay kesukaanmu. Mau mama ambilkan?" Tawar mama.

"Lien sendiri." Ucap Lien datar. Namun mama merasa sedikit lega, setidaknya Lien mau menjawabnya. "Baiklah." Lia pun menurunkan tangannya yang ingin mengambilkan lauk untuk Lien.

"Ma, Pa... Lien minta maaf karena sudah berkata kasar pada kalian semalam." Ucap Lien sambil menundukkan kepalanya sebagai ungkapan rasa bersalahnya.

"Tidak perlu meminta maaf, nak. Seharusnya mama dan papa yang meminta maaf. Lien sudah lama menunggu hari itu tiba kan." Ucap mama penuh perhatian.

"Jika kamu ingin menikahi Anna minggu depan. Maka seminggu lagi kalian akan menikah__" Itu Papa.

__ Asalkan Anna bersedia. Bagaimana Anna?."

Di tanya oleh calon mertuanya, membuat Adan sedikit gugup hampir saja ia tersedak. "Anna bersedia, Pa." Jawab Anna sambil tersenyum manis melirik Lien. Lien pun membalas dengan senyuman yang tidak kalah manis. (Jujur saja Lien tu kalau udah senyum apalagi depan terkasihnya, beuhhh maniss bgt.. bikin melting deh😚)

***

Usai membersihkan diri, Adan menelpon ibunya untuk memberitahu kan masalah pernikahannya dengan Lien. Semalam ini Adan tidak bisa tidur karena memikirkan bagaimana cara mengatakan rencana pernikahan nya pada kedua orang tuanya. Dalam lubuk hatinya pun Adan khawatir respon kedua orangtuanya sama dengan orang tua Lien. Yah banyak hal yang ia pikirkan tentang kekhawatiran yang mungkin dirasakan oleh ortunya. Terlebih lagi dia pamit ke China untuk berlibur.

"Pagi buk. Bapak ibuk sehat kan?" Ucap Adan setelah panngilannya tersambung.

Adan merasa gugup. Namun dia harus mengatakan secepatnya pada kedua orang tua Adan. Adan menarik napas dalam agar sedikit tenang. Kemudian dia menceritakan semua yang ia alami di sana.

"Jika kau sudah yakin dengan keputusanmu dan itu membuatmu bahagia, Ibu dan ayah pasti merestuinya. Ibu akan memberitahu kabar baik ini ke Bapak." Ucap ibu Adan lembut.

We Best Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang