Beberapa bulan Adan sibuk dengan proyeknya, Lien juga nampak padat kegiatan menjelang musim balapan. Tidak terasa musim semi akan berakhir.
Pagi berkerja, pulang larut dengan membawa penat. Jarang sekali dua insan itu bercengkrama. Mereka hanya bersama saat menjelang tidur, bahkan terkadang Adan masih sibuk dengan laptopnya dan Lien tidur lebih dulu.
"Adan!." Panggil Lien lembut seperti biasa.
Sekarang mereka sedang sarapan bersama di pantry. Adan melahap makanan sambil fokus pada IPad nya.
Ang... Gumam Adan sebagai jawabannya.
"Aku ingin membawa Lili pulang." Tutur Lien membuat Adan menghentikan kegiatannya lalu menengok ke arah Lien.
"Kamu yakin?." Tanya Adan memastikan. Pasalnya sekarang- sekarang ini Adan masih sibuk dengan proyek dan sepertinya Lien juga sibuk.
Lien mengangguk yakin.
"Sudah bicara sama Lili ?."
"Belum. Pulang kerja kita ke panti." Jawab Lien seperti tidak ingin dibantah.
"Apa tidak terlalu terburu-buru?." Bukannya Adan tidak setuju. Tapi dia berpikir apakah mereka benar-benar bisa meluangkan waktu banyak untuk Lili. Adan takut Lili akan sedih jika melihat ortunya sibuk tidak punya banyak waktu untuk bermain.
"Tidak!!.. Aku sudah menunggu bertahun-tahun untuk membawanya pulang. Saat ini adalah waktunya." Jawab Lien dingin dengan ekspresi datar.
"Bagaimana dengan kamar Lili? Kita belum menyiapkannya."
"Aku sudah menyuruh orang untuk menyiapkannya." Wajah Lien masih datar. Adan manggut-manggut
Adan merasa mungkin Lien tersinggung dengan respon dia. Lien tidak tahu saja bahwa Adan sangat khawatir dengan Lili. Tentunya ia juga ingin cepat-cepat menjemput Lili tapi keadaan belum mendukung.
Tapi dia juga tidak ingin egois, mungkin dirinya sibuk tapi Lien sudah ada niat untuk menjemput berarti dia bisa membagi waktu untuk kerja dan Lili. Adan juga akan berusaha memberikan yang terbaik bagi Lili.
Adan tersenyum manis, sangat manis. Sambil menggenggam lengan Lien.
"Baiklah kita akan menjemput Lili sepulang kerja." Lien hanya mengangguk sambil tersenyum tipis.
Mereka kembali menyantap sarapan.
"Semoga aku bisa menjadi Mama yang Lili butuhkan." Guman Adan.
***
"Anna!." Mu menghampiri Adan yang sedang berkutik pada layar laptopnya.
Mendengar seruan CEO serentak semua karyawan berdiri memberi sikap hormat. Tak terkecuali yang dipanggil.
"Ya, Tuan Mu. Ada yang bisa saya bantu?." Ucap Adan takdim. Mu yang mendengarnya tergugu sambil tersenyum namun tetap mempertahankan wibawa seorang CEO.
"Temani saya makan di luar." Titah Mu. Membuat Karyawan di sana termangu.
"Baik pak." Sebenarnya Adan bingung tiba-tiba Papa mertuanya meminta ditemani makan di luar. Biasa nya Papa dibuat bekal oleh Mama Lia. Tapi ia tetap meng- iya-kan siapa tahu ada hal penting yang ingin dibicarakan padanya.
Segera Adan membereskan mejanya kemudian pamit untuk mengikuti Mu.
Baru kali ini CEO secara pribadi ke ruang kita.
Sepertinya mereka dekat
Apa hubungan CEO dengan karyawan baru itu
Jangan-jangan mereka ada hubungan ehem... Makanya dengan mudah dia masuk ke sini.

KAMU SEDANG MEMBACA
We Best Love
Romance"Jangan pergi, Adan. Aku tidak bisa hidup tanpa dirimu di sisiku." Ucapnya parau sambil sesenggukan memeluk kaki Adan. "Kau harus hidup untuk menebus dosamu. Aku tidak bisa berjalan beriringan dengan mu lagi." Ucap Adan tegar. Hatinya terasa tercabi...