Kembali bersama(?)

8 2 0
                                    

Bagaimana cara nya mempertahankan orang yang sudah pergi dari dunia ini?
Setelah kita kehilangannya, barulah kita sadar sebetapa penting dia dalam hidup kita. Seberapa berharganya dia dalam hati kita. Seberapa beruntungnya kita menjadi seseorang yang istimewa untuknya..
Tapi... Penyesalan itu sudah tidak berguna...
-Adan
.
.
.
"Adan"

Aku mendengar suara laki-laki memanggilku, tunggu,.. hanya satu orang yang memanggil ku Adan. Segera aku berbalik untuk melihat siapa orang itu. Betapa terkejutnya aku, seorang laki-laki yang tidak asing bagiku berjalan ke arahku, wajahnya yang selalu aku ingat dan aku rindukan sejak 11 tahun yang lalu...
.
.
.

Apa yang terjadi? Aku masih belum bisa mencerna situasi ini.

"A-Adan... Ini aku, Lien." Jelasnya dengan wajah tersenyum sayu.

Aku masih diam mematung. Dia Lien ? Bagaimana bisa dia masih.... Banyak hal yang tidak bisa aku mengerti. Lien yang aku tau sudah pergi dari dunia ini 11 tahun yang lalu, jadi siapa laki-laki yang ada di depanku ini?. A- apa aku mulai berhalusinasi lagi? Tapi ini terasa nyata... Apa keputusanku datang kesini keliru?

"A-apa yang terjadi? Kenapa dia masih hidup? Dia sudah mati 11 tahun yang lalu." Gelisah... Akalku seakan berhenti berfikir.

"Adan..."

Aku kembali menatap laki-laki itu dengan tatapan kebingungan.

"A-aku... Kenapa halusinasiku jadi separah ini?." Aku memegangi kepalaku yang seakan ingin meledak. Aku tidak tahu lagi mana yang nyata dan mimpi.

Arghhh sakit sekali...

"Aku Lien, Adan... A-aku masih hidup, kamu tidak sedang berhalusinasi." Jelasnya sambil melangkah lebih mendekat.

"Berhenti." Tegasku. Aku melangkah mundur hingga tidak sengaja menabrak meja. Beberapa figura foto terjatuh.

Kakiku mati rasa, Tubuh menjadi tak seimbang, hampir aku terjatuh. Ku pegang meja yang ku tabrak tadi, untuk menompang tubuhku yang terasa lemas.

"Anna tenanglah!" Suara Mama. Bergegas keluar rumah menghampiri kami. Mungkin mereka mendengar teriakkan ku. Memang tidak begitu keras namun di malam hari suaraku akan terdengan lebih jelas dna lantang.

"Kak, dia Lien- ge."

Aku menatap mereka satu persatu. Wajah khawatir mereka... Arghh pandangan mulai kabur...

"A-aku pasti berhalusinasi." Monologku. Semakin erat cengkeraman pada kepalaku. Aku pikir aku sudah sembuh, ke-kenapa setelah setahun halusinasi ku kumat lagi?.

"Anna Lien masih hidup, dia.."

"TIDAK!" Ku pukul-pukul kepalaku agar segera sadar dari halusinasi ini. Sungguh sakit ..

Grep... D-dia memelukku..

"Adan tenanglah , k-kamu tidak sedang berhalusinasi. Maafkan aku. Aku akan menjelaskannya padamu. Jadi, tolong tenanglah!." Ucap laki-laki itu sembari memelukku erat.

"LEPAS!" Teriakku sambil meronta agar bisa lepas dari pelukannya.

Author POV

"Tenanglah!"

Lien masih terus berusaha menenangkan Adan. Sedikit-sedikit Adan mulai tenang dan akhirnya menitihkan air mata. Pelukan Lien semakin erat, dia mengusap- usap punggung Adan agar tenang.

"A-apa yang sebenarnya sedang terjadi?hiks" Tanya Adan parau, terdengar memilukan.

***

Di ruang keluarga...

We Best Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang