Sakral

2 1 0
                                    

Dua hari kemudian, Lien dan Adan terbang ke Indonesia. Sejak pesawat take of , Lien merasa gugup. Untuk pertama kalinya dia akan bertemu dengan calon mertuanya. 11 tahun juga dia tidak pernah berkunjung ke Indonesia. Adan menggenggam erat tangan Lien, memberi dukungan untuknya.

"Adan, saat kita masih remaja aku selalu ingin bertemu dengan orang tuamu, dengan berani aku bilang padamu akan melamarmu. namun itu tidak mungkin dan tidak terjadi__

__ sekarang saat waktunya memungkinkan. Aku malah dilanda gugup."

"Semua akan berjalan lancar. Ada aku di sampingmu." Adan memberikan senyum terbaiknya. Lien membalas senyuman itu sedikit kaku.

Pukul 04.15...

Mereka mendarat dengan selamat. Kemudian Adan memesan taksi menuju rumahnya. Yaa tidak ada yang menjemput mereka. Dia memiliki saudara yang masih sibuk, dan tidak mungkin Adan meminta orang tuanya repot-repot menjemput nya. Adan tidak mempermasalahkan nya, toh mereka akan bertemu di rumah nanti. Jadi tak perlu diambil pusing.

Mendengar suara mobil berhenti di depan rumah keluarga Adan. Orang tua Adan keluar rumah untuk menyambut mereka.

"Bapak, ibu.." Adan mencium tangan kedua orang tua nya, kemudian Lien juga melakukan hal yang sama.

"Ayo masuk." Sarah mempersilakan mereka masuk kedalam rumah. Adan pun mengantarkan Lien ke kamar yang akan ia tempati.

"Kamu bisa tidur di sini, dulunya ini kamar kakakku. Tapi sekarang dia sudah tinggal di rumahnya sendiri." Lien mengangguk. "Terimakasih." Ucapnya sambil melihat-lihat kamarnya. Adanpun ikut melihat-lihat.

"Maaf kamar nya kecil."

"Ah. Ga apa, Adan. Maaf aku sudah lama ga berkunjung ke Indonesia... Jadi setelah masuk ke kamar ini aku jadi mengingat masa-masa saat tinggal di Indonesia." Jelas Lien tidak ingin membuat Adan sungkan.

"Aku dulu juga menghias dinding kamar penuh dengan foto dan poster. Hehe." Imbuhnya untuk meyakinkan Adan.

"Iya Lien. Kamu tidak perlu berusaha sebegitunya__

__ sekarang istirahatlah. Aku akan membuatkanmu susu hangat." Lien pun tersenyum sambil menyelipkan anak rambut Adan ke telinga. Kemudian Adan keluar dari kamarnya.

***

Tiba waktunya makan malam... Keluarga kecil Adan berkumpul semua dalam satu ruangan, di ruang makan. Duduk lesehan diatas karpet. "Bapak, ibu, dan Mas Ali. Kenalkan dia Mu Lien Hau."

"Salam kenal. Kalian bisa memanggilku Lien__

__. Kedatangan saya ke sini yaitu untuk meminta restu dari Bapak, ibu dan juga Mas Ali. Saya berniat untuk menikahi putri Anda sekalian." Ucap Lien tenang dan takdim.

Keluarga Adan tidak begitu terkejut, karena sebelumnya Adan sudah memberitahu maksut kepulangannya membawa Lien untuk bertemu mereka.

"Kapan rencana kalian akan menikah?" Tanya Ayah Adan.

"Secepatnya Pak. Besok aku dan Lien akan pergi mengurus ke kantor KUA, dan selebihnya." Itu Adan. Adan tau Lien gugup, dia tidak ingin membuatnya berbicara sendiri. Ini hubungan mereka. Kadi Adan juga harus ikut memperjuangkannya.

"Ada banyak hal yang harus kalian urus, tidak cukup hanya beberapa hari saja." Ibu Adan mengingatkan.

"Ibu, Nana gak perlu ada pesta besar. Kami hanya perlu ber-akad saja, di hadiri keluarga terdekat kita dan keluarga Lien." Jelas Adan lembut dan penuh keyakinan. Dia berharap orang tua nya menyetujui keputusan mereka.

"Bagaimana denganmu nak Lien ? Apa keluargamu tidak apa jika tak ada pesta...." Ibu Adan sedikit tahu tentang keluarga Lien yang berada. Jika pernikahan putranya diadakan secara biasa-biasa saja apa mereka tidak merasa malu atau tersinggung(?).

We Best Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang