Cemburu

5 1 1
                                    

Cemburu itu penyakit dalam sebuah hubungan,
Komunikasi adalah penawarnya.

Kepercayaan, kejujuran, dan kepekaan menjadi langkah awal sebuah hubungan bertahan.
Saling mengerti dan mencintai sebagai aspek keharmonisan.
.
..
.
.


Setelah sarapan Adan menghabiskan waktunya di kamar sendirian, bukan hanya karena huru-hara yang terjadi pagi tadi. Namun, ia juga memiliki tugas yang harus ia kerjakan.

Walau masih pagi ia harus berpusing- pusing tapi itu lebih baik daripada memikirkan hal yang membuat turun mood nya.

Adan tidak sadar jika sudah lima jam lamanya ia terdiam menatap layar laptop. Biasanya Lien akan menegurnya untuk istirahat tapi kali ini dia tidak melakukannya... Bahkan sekedar menengoknya saja tidak. Hal itu membuatnya kembali berpikir yang bukan-bukan.

"Ah sudahlah.. aku akan ke bawah menengok mereka sedang apa?." Monolog Adan sambil menutup laptop dan meletakkan kacamata nya di atas meja. Adan menuruni tangga sambil sedikit meregangkan otot-otot nya yang terasa kaku.

Di bawah nampak sepi, tak terlihat ada orang. Dimana mereka? Suarapun tidak ia dengar. Setelah memeriksa ruang tengah dan ruang makan tidak ada, Adan menuju ke halaman belakang mungkin saja mereka sedang bermain di luar.

Saat Adan sudah berdiri di ambang pintu, ia menghentikan langkahnya. Entah apa yang ia rasakan saat ini. Adan melihat Lien, Li-wei dan Lili tertawa terbahak-bahak sambil berlarian menendang bola.

Lien selalu berada di sisinya, namun ia tidak pernah melihat Lien tertawa ceria seperti itu. Melihat interaksi mereka bertiga Adan seperti melihat keluarga kecil yang harmonis dan bahagia.

Ia mulai membandingkan bagaimana Lien saat bersamanya dan bagaimana Lien saat bersama mereka. Adan jadi sadar, selama ini ia kurang memperhatikan Lien, sering memarahinya, bahkan bermain atau bergurau saja tidak pernah.

Apakah selama ini Lien tidak bahagia bersamanya?
Apakah ia terpaksa harus bertahan di sisinya?

Ada banyak pertanyaan yang mengganggu pikiran Adan saat ini. Dengan cepat ia menggelengkan kepalanya kuat.

'Jangan over-thinking Adan, apa yang kau lihat dan apa yang kau rasa belum pasti seperti itu...' batinnya menenangkan diri sendiri.

"Hei Adan. Kenapa berdiri di situ.. sini ikut main." Ajak Lien dengan wajah sumringah. Menyadari keberadaan Adan mereka berhenti bermain. Lili nampak kelelahan. Dan Li-wei melihatnya dengan wajah datar tak sama seperti sebelum ia datang.

Adan menggeleng sambil tersenyum sopan. Menarik napas dalam-dalam. "Kalian lanjutkan saja. Aku akan kembali ke kamar." Tolak Adan lembut sambil berjalan membelakangi mereka.

Merasa ada yang aneh dari sikap Adan wajah senyum mengembang Lien berubah datar. "Papa Lili capek dan haus." Rengek Lili.

"Ah iya Lili istirahat, Papa ambilkan minum dulu." Ucap Lien dengan senyum. Ia pun bergegas menuju dapur mengambilkan jus jeruk untuk Lili dan Li-wei.

Setelah mengambil minuman, Lien kembali menghampiri Lili dan Li-wei yang tengah duduk di gazebo. "Ye minumannya sudah datang.." melihat Papa nya datang. Segera Lili bangkit dari kursi. Kemudian mengambil gelasnya.

"Minumnya pelan-pelan sayang." Tegur lembut Li-wei pada Lili.

"Kau juga minumlah dulu." Ucap Lien kepada Li-wei.

"Papa mau kemana?." Tanya Lili melihat Papa nya berbalik.

"Ah Papa mau ke atas melihat Mama... Lili di sini sama Ayi dulu ya.." mendengar Lien menyebut Adan Mama membuat hatinya sesak. Padahal Lili tidak mau memanggilnya Mama tapi Lien sepertinya berusaha keras agar Lili bisa menerima Adan sebagai Mama nya.

We Best Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang