Luka lama

7 2 0
                                    

Sudah dua minggu Adan berkerja, Adan merasa nyaman dan senang di perusahaan mertuanya. Di hari Ahad, masih pagi bahkan Liu belum datang, Adan sudah asyik dengan laptopnya sambil ditemani secangkir kopi.

Dari tangga Lien melihat Adan berada di pantry memunggungi nya. Entah apa yang sedang Adan lakukan sepagi ini, Lien ingin tau. Ia pun menghampiri.

Lien duduk di samping Adan, dengan perlahan Lien melingkar kan tangannya ke perut Adan, mencium leher Adan, harum khas tubuh Adan membuat Lien nyaman tidak ingin melepaskan pelukannya. Adan tersenyum.

"Oh.. sudah bangun ternyata." Ucap Adan sambil memiringkan tubuhnya menghadap Lien. Dan mengusap kepala Lien. Sungguh Lien sangat suka saat Adan mengelus kepalanya dan hidungnya.

"Sayanggg." Panggul Lien dengan nada manja. Adan menggeleng kan kepalanya melihat tingkah Lien. Lihatlah Di umurnya yang sudah dewasa masih saja manja dengan Adan.

"Mau apa bayi? Hmm." Yaa Adan mempunyai panggilan baru untuk Lien yaitu Bayi. Namun, Lien tidak pernah tersinggung dengan panggilan yang Adan berikan. Malah dia suka dengan panggilan itu.

"Mau susu." Rengek Lien. Terdengar persis seperti bayi, tapi bersuara bariton.

"Oke. Aku buatkan tapi lepaskan dulu pelukannya."

"Gamau." Lien semakin menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Adan.

"Lalu gimana caranya aku bisa membuatkan susu untukmu." Ucap Adan gemas. Lien menggelengkan kepalanya pelan sambil mengusak-usak wajahnya di ceruk leher Adan.

"Lien rambutmu menusuk rahangku geli.... Cukup Lien." Ucap Adan dengan suara menahan tawa. Lien pun menjauhkan wajahnya dari leher Adan, menatap Adan memelas. Lien masih ingin memeluk Adan.

"Lepaskan tanganmu dari pinggangku!" Pinta Adan tegas. "Gamau" ucapnya manja sambil menggelengkan kepala, ditatapnya Adan dengan puppy eyes. Adan membalas tatapan Lien dengan tajam. Ia kebal dengan hal-hal berbau imut.

"Yasudah aku lanjut kerja." Adan pun membalikan badannya kembali berkutik dengan laptop. Seketika wajah Lien berubah lesu, sangat sulit membujuk Adan. Lien pun melepas pelukannya sambil cemberut.

"Dasar istri berhati dingin." Lirih nya namun masih terdengar oleh Adan. "Apa kau bilang?." Tanya Adan dengan wajah garang membuat Lien takut. "Ah cuacanya dingin." Ucapnya sambil memeluk dirinya sendiri seperti orang yang kedinginan.

"Kau mengataiku kan??."

"Mana ada. Tidak mungkin aku mengatai istriku sendiri." Elaknya sambil memalingkan pandangannya. Masih setia Adan menatap Lien tajam.

"A A A baiklah aku minta maaf jangan menatapku seperti itu__ " ucap Lien sambil menangkup Adan dan menguyel-uyelnya. Sontak Adan menurunkan tangan Lien. Kemudian menghela napas panjang... Sabarr...

"__Berikan aku ciuman." Pinta Lien tak tahu malu sambil tersenyum manis. Matanya bersinar seperti anak kecil yang melihat mainan kesukaannya. Adan menghela napas pasrah kemudian mengecup bibir Lien sekilas.

Cup

"Sudah."

"Apa... Aku menginginkan ciuman bukan kecupan, Adan." Protes Lien dengan wajah cemberut. Sangat jelas jika Adan mempermainkannya.

"Ahh sama saja ku pikir." Elak Adan memalingkan tatapannya sambil menahan tawa karena ekspresi Lien. Seperti halnya Lien yang suka menggoda Adannya, sesekali Adan boleh menggoda nya juga kan.... Sedangkan Lien masih cemberut tidak terima, dia menginginkan ciuman dari Adan. Dan mengikuti sifatnya, ia harus mendapatkan apa yang ia inginkan.

"Aku akan membuatkan mu susu hangat." Ucap Adan sambil turun dari kursi pantry yang agak tinggi itu. Lien menyeringai.

Dengan cepat Lien menarik Adan, menghimpitnya dengan kaki. Kedua tangannya menekan rahang membuat mau tidak mau Adan mendongak menatap Lien dengan mata melebar, ia menjadi kesal. Namun... tatapan Lien yang tajam dengan seringainya membuatnya ketakutan.

We Best Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang