12 (Rumah)

4.5K 558 154
                                    

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜 🏃‍♀️

(⚠ Typo bertebaran!)






"Ra... Jadi rumah gue ya."

Clarissa menoleh bingung mendengar ucapannya dengan alis terangkat sebelah, matanya beralih menatap lengan besar pemuda itu kini menggengam dan memainkan jemarinya dengan pipi masih setia menempel dipundak Clarissa.

"Gue... Gue gak ngerti maksud lo," jawab Clarissa gugup, Clarissa takut melihat sorot mata Raziel bahkan untuk bernafas saja ia begitu berhati-hati, takut si antagonis ini akan membunuhnya. "Kita kerumah sakit ayo, luka di perut lo kayaknya parah banget."

Clarissa memalingkan wajahnya kesamping untuk melihat wajah Raziel, tepat sekali kedua hidung mancung itu saling menyentuh saat Raziel juga tengah menatapnya dalam.

"Jadi rumah berpulang gue Ra, cuman lo orang yang berhasil masuk kedalam hidup gue," bisiknya memiringkan sedikit wajahnya tepat didepan bibir pink beraroma lipbalm stroberi itu. "Mereka bilang gue cuman anak pembawa sial, tampilan gue bener-bener gak mencerminkan anak sekolah yang baik. Bahkan mereka bilang gue monster..."

Bibir Clarissa kelu untuk digerakan, dari jarak sedekat ini ia bisa melihat Raziel berusaha menayangkan rekaman penderitanya dari mata hitam pekat tersebut, Raziel menggeleng.
"Gue bukan Monster, dia yang Monster Ra! gue gamau disamain sama mayat ayah- bahkan gue gamau manggil dia sebagai ayah. Ra... Lo percaya kan sama gue?"

Clarissa hanya terdiam dengan ekspresi bimbang yang sangat kentara.

Gue gamau berurusan sama para pemeran ini, apalagi... Raziel Sus banget, dia kaya manusia manipulatif, batin Clarissa begumul sembari mengaitkan dengan cerita novel dimana bukannya tokoh Raziel adalah pria kaya dengan kekuasaannya? Tapi kenapa sekarang pria itu sampai harus berurusan dengan para penagih dengan jumlah yang tidak biasa?

Melihat keterdiaman gadis itu Raziel menarik sebelah sudut bibirnya miris, Clarissa mengerjap kala pria itu menjauh dan mulai berdiri dengan berpegangan pada tembok.

"L-lo mau kemana? Gue anter ke rumah sakit--"

"Pergi," potongnya singkat lalu berusaha melangkah dengan susah payah membiarkan Clarissa mematung dibelakangnya.

Melihat pria itu yang hampir terjatuh Clarissa segera mendekat hendak meraih lengannya namun segera ditepis kasar oleh Raziel.
"Luka ditubuh lo harus di obati bener-bener Raziel, jangan keras kepala--"

Brugh!

Raziel menendang tong sampah disana dengan penuh emosi juga mata memerahnya, lengannya terkepal kuat hingga memunculkan urat-urat menegang dari dekat lehernya.

"Argghh! Pergi bangsat!" Clarissa tersentak mundur mendengar bentakan disertai tatapan tajamnya. "Gue bilang pergi lo paham bahasa manusia kan?"

Raziel mendorong tubuh Clarissa kesamping tanpa perasaan, melihat pria itu yang berusaha menyanggah kakinya agar terus berdiri membuat Clarissa menggeram kesal dengan lengan terkepal dibawah.

Ia tidak tau jika si antagonis memiliki sifat baperan seperti ini, padahal kan Clarissa belum memberikan jawaban apa-apa.

Dengan langkah lebih lebar Clarissa berdiri menghadang tubuh Raziel dari depan, pria itu berdecak kesal menegakan tubuhnya walau ringisan kerap keluar dari bibir pemuda itu.

"Lo budek? Gue bilang pergi! Pergi!!! Harusnya lo gausah nolongin bajingan kaya gue, lo sama kaya mereka sialan!!!" sentaknya menunjuk ke sembarang arah dengan mata menyorot tajam Clarissa.

I'm Not AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang