19. (Hari bersama Raziel)

3.2K 493 53
                                    

Bacanya pelan-pelan aja ya, santai😌

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜 🏃‍♀️

(⚠ Typo bertebaran!)





Cheli berlari sekuat tenaga sembari terus menoleh ke belakang saat Ayah kandungnya itu mengejar.

Sudah dipastikan jika dirinya menyerahkan diri, gadis itu tidak akan selamat dan kembali harus menuruti semua perkataan pria itu.

"Gak... Gue gamau," tegasnya sambil terus berlari mengabaikan teriakan tersebut.

Mungkin bagi Cheli hanya kedua pria bajingan itu yang mengejarnya padahal ada satu lagi yang berusaha menghentikan langkahnya.

Clarissa mengayunkan kakinya mengejar gadis yang selama ini dicarinya tersebut.

"Tunggu!!!" serunya berdecak karena langkah mereka benar-benar lebar ditambah keberadaan beberapa pejalan kaki yang membuat pandangan Clarissa tertutup. "Gak, gue gaboleh kecolongan lagi sekarang."

Gadis itu sampai menabrak beberapa orang saking tak fokusnya melihat sekeliling, Clarissa sampai melupakan kedua pria yang kini kelimpungan mencarinya.

"Rachel! Rachelia tunggu!!!" kukuhnya sampai tak sadar sudah menjauhi area taman. "RACHELIA TUNGGU GUE--AAAA!!!"

Lengannya ditarik oleh orang dibelakang, punggung Clarissa menabrak keras dada bidang seorang pria ditambah cengkraman dipinggang ramping nya benar-benar erat.

Jantung Clarissa berdegup kencang saat tak sadar dirinya sudah didekat jalan raya yang dipenuhi pengendara motor dan mobil, tadi gadis itu hendak menyebrang tepat saat sebuah mobil melaju cepat ke arahnya jika saja tarikan itu tidak menyelamatkannya.

"Lo tau? Karena kecerobohan lo ini hampir buat nyawa lo melayang!" tekan seseorang dibelakangnya, dari suaranya Clarissa segera menoleh.

"Raziel..." gumamnya merasa takut melihat wajah mengetat penuh amarah pria itu. "G-gue gak merhatiin sekitar... Makasih udah---"

Tubuhnya dibalik dan dipeluk erat oleh pria tinggi itu, mata Clarissa mengerjap kecil mendengar degup jantung pria itu yang sangat kencang.

"Gue takut... Benar-benar takut lo kenapa-napa Ra... Pliss jangan ngulangin itu lagi kalo gue gaada," bisik Raziel memejam kuat menahan bayang-bayang mengerikan itu jika saja dirinya tidak ada.

Clarissa tertegun, gadis itu membalas pelukan Raziel dan mengelus surai hitamnya yang sedikit ikal.
"Iya, maaf buat lo khawatir. Makasih Ziel..."

Deg!

Pria yang disebut langsung membelalak dan melepaskan pelukannya kemudian menatap Clarissa serius dan menuntut.
"Ziel?"

"Iya Ziel, gue ambil beberapa nama terakhir lo biar mudah. Itu panggilan spesial dari gue," senyum Clarissa menatap Raziel yang lebih tinggi darinya.

Pria itu membingkai wajah Clarissa dengan tatapan lekat membuat senyum gadis itu pudar.
"Panggil lagi nama gue Ra..."

Kening Clarissa mengerut bingung, ia memegang lengan besar Raziel hendak menurunkannya dari wajah namun Raziel malah mengeratkannya seolah tak mengizinkan.

"Mmm... Ziel gitu?"

"Lagi," tuntutnya mendekatkan jarak wajah mereka.

"Ziel."

"Lagi," semakin dekat.

"Ck, Zielll!" kesal Clarissa sedikit kesusahan karena pipinya dihimpit yang mana menyebabkan bibir gadis itu hampir tertutup oleh pipinya sendiri.

I'm Not AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang