22. (First Kiss)

3.5K 413 56
                                    

Bacanya pelan-pelan aja ya, santai😌

𝙃𝙖𝙥𝙥𝙮 𝙍𝙚𝙖𝙙𝙞𝙣𝙜 🏃‍♀️

(⚠ Typo bertebaran!)




Kaki bersepatu itu melangkah di sepanjang koridor, bibirnya bersenandung kecil dengan tangan setia mengusap bulu halus dari boneka yang dipegangnya.

Clarissa, tujuannya sekarang adalah kantin sekolah. Namun saat melewati ruang musik gadis itu berhenti melangkah lalu menoleh kesamping pintu yang tidak terkunci itu.

"Eh? Masih ada orang diruang musik?" monolognya berfikir karena mendengar suara petikan gitar dari dalam. "Gue cek aja."

Berjalan kesana lengannya terulur menarik gagang pintu dan seketika terpampang ruang musik dengan arsitektur megah diisi dengan berbagai macam alat musik didalamnya, bibir Clarissa membulat dengan manik kagum melihatnya.

"Wow... Besar banget," ucapnya, tak sengaja matanya menangkap sosok Raziel yang tengah duduk di salah satu sofa dengan lengan fokus memainkan gitarnya. "Jadi yang mainin musiknya Raziel, gak heran sih pasti cuman dia yang bolos pas di jam-jam pelajaran. Raziel!"

Seruan Clarissa membuat pria itu menolehkan wajah kemudian mengkode Clarissa agar mendekat dengan jarinya, penampilan Raziel benar-benar tak mencerminkan seorang pelajar bahkan kancing bajunya saja lepas dua dengan dasi yang menggantung asal.

Gadis itu berjalan diselingi senyuman merekah ke sana sembari terus matanya menyapu setiap sudut ruangan ini.
"Lo ko ada disini? Bolos lagi?"

Raziel menarik lengannya agar duduk disebelah pria itu, dan bukannya menjawab Raziel malah mengusap pipinya yang masih meninggalkan sisa tinta disana.
"Harusnya gue yang nanya kenapa murid rajin ini ada di luar kelas pas jam pelajaran?"

Clarissa cemberut seketika sembari menjauhkan lengan Raziel yang menatapnya menuntut jawaban.
"Gue ketiduran di kelas gara-gara semalam kurang tidur jadinya di hukum suruh keluar sama Miss, pas mau ke kantin gue gak sengaja denger suara dari sini ternyata itu lo."

Pria itu menutup mulutnya terkekeh pelan.
"Gue emang selalu ada disini kalo lo lupa."

Clarissa mengangguk pelan mengingat ucapan Raziel tempo hari lalu melirik tertarik pada gitar yang dipegangnya.
"Lo bisa maen gitar?"

"Bisa, bahkan semua alat disini gue bisa mainin, kenapa? Mau gue nyanyiin satu lagu?" Clarissa tentu saja berbinar mengangguk antusias, melihat itu Raziel tersenyum miring. "Ada bayarannya."

"Apa?" jawab Clarissa tak sabaran, pria disampingnya ini kemudian menyentuh pipinya seolah mengkode gadis itu, dan tanpa diduga sebuah kecupan benda kenyal itu terasa di pipi Raziel yang mana membuatnya melotot ke arah Clarissa. "Udah tuh, ayo mainin!"

Mengerjap pelan Raziel menarik sudut bibirnya menatap Clarissa lekat kemudian berbisik.
"Padahal gue gak minta cium, gue cuman garuk pipi gue doang."

Senyum Clarissa luntur dengan pipi dan wajah sampai leher memerah malu, apa yang dilakukannya barusan?! Apa dia baru saja mencium Raziel! Gila!
"A-ah... G-gue salah paham... Y-yaudah gue keluar dulu..."

Memilih lari menyembunyikan wajah malunya Clarissa meringis sembari berdiri hendak pergi namun tarikan di lengannya membuatnya terduduk kembali juga pinggang yang ditahan lengan besar Raziel.
"Siapa yang ngizinin lo keluar hm? Lain kali jangan asal cium sembarangan..."

Menunduk malu Clarissa meremat boneka di pelukannya sambil memaki habis dirinya yang bertingkah murahan seperti tadi pada pria itu, Raziel mendekatkan bibirnya di telinga gadis tersebut.
"... Gue takut kelepasan Ri, jadi jangan mancing gue kalau lo gamau gue makan."

I'm Not AntagonisTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang