Chapter 5

1.9K 249 15
                                    

Taro's Note:

Aku baru nyadar kalo alurnya lambat banget. Padahal ini udah chapter 5 tapi masih satu hari wkwk. Anw, enjoy cerita yg gaje ini!
Sorry for the typos~

.
.
.
.
.

Narita International Airport, Tokyo, Japan

Di sebuah ruangan, seorang pemuda terlihat sedang berdiri gelisah sambil memainkan ponsel. Semenjak kedatangannya di bandara, ia terus berjalan kian-kemari sambil memasang wajah tidak bersahabat. Beberapa rekannya sudah menyarankan pemuda itu untuk duduk dan sedikit bersantai, namun ia seolah menolak untuk mendengarkan karena jujur saja saat ini amarah sedang menguasainya. Untung saja pihak bandara dengan sigap memberi ruangan khusus untuk mereka, jadi ia tidak perlu repot-repot menyembunyikan wajah garangnya saat ini.

"Good morning, ladies and gentlemen. We regret to inform you that flight number 789A to Seoul has been delayed by two hours due to special reason. We apologize for any inconvenience this may cause and we appreciate your patience and understanding. Please remain in the boarding area and listen for further announcements.."

Setelah mendengar pengumuman yang menandakan penerbangan mereka terpaksa ditunda, pemuda itu malah semakin mengeraskan rahangnya. Atensinya segera beralih kepada seorang pria lain yang baru saja memasuki ruangan.

"Seungcheol-ah, semuanya sudah kuurus. Lebih baik kau menemukannya sekarang." Ucapnya sambil menepuk bahu sang leader Seventeen.

"Ne, hyung." Seungcheol ㅡpemuda yang sedari tadi berdiri gelisah itu, mengangguk. Namun jauh dari lubuk hati terdalam ia merasa tidak enak karena harus merepotkan manajernya untuk kesekian kali akibat ulah salah satu member.

"Aish! Berandal ini!" Umpat Seungcheol sepeninggal sang manajer. Matanya lalu berkeliling, lantas mendatangi salah satu member-nya yang duduk di sudut ruangan dan tengah sibuk bermain ponsel.

"Kim Mingyu!" Pekiknya. Membuat sang punya nama terkejut hingga hampir menjatuhkan ponselnya jika bukan karena pria yang duduk di sampingnya ㅡLee Seokmin, reflek menangkap ponsel tersebut sebelum benar-benar jatuh ke lantai.

"N-ne, hyung?" Mingyu menelan ludah.

"Kau yakin tidak tahu di mana Shua berada? Bukankah kau pergi dengannya tadi?" Tanya Seungcheol tegas.

"Aku memang pergi dengannya namun kemudian kami berpisah." Jawab Mingyu, masih merasa tegang.

"Lalu kemana dia sekarang?"

"A-aku tidak tahu. Tadi setelah aku bertemu denganmu, aku sempat meneleponnya dan ia mengatakan akan segera pulang ke hotel."

"Tch! Ia tidak tahu jika manajer hyung harus membayar mahal untuk menahan pesawat hanya untuk menunggunya saja?!"

Ya, itu memang benar. Manajer mereka memang membayar mahal untuk memundurkan jadwal penerbangan Seventeen ㅡyang harusnya kembali ke Korea saat ini, selama dua jam. Itu semua karena Joshua yang tidak terlihat batang hidungnya hingga mereka tiba di bandara. Sebenarnya mereka bisa saja meninggalkan pemuda itu, namun karena keesokan harinya mereka memiliki jadwal pagi, sang leader Seventeen memutuskan untuk menunggu Joshua agar tidak ada yang terlambat.

Well, memang kejadian seperti ini bisa saja terjadi mengingat Seventeen mempunyai tiga belas kepala yang mempunyai sifat berbeda-beda. Namun karena Seungcheol adalah pemimpin di grupnya, ia harus bertanggung jawab atas semua hal yang terjadi pada anggotanya. Karena mereka berada di tim yang terdapat banyak orang ㅡtermasuk manajer dan staf, yang jika salah satu membuat kesalahan maka akan berimbas pada kerugian yang besar. Oleh karena itu, Seungcheol selalu bersikap hati-hati dan memastikan jika semua member tidak melakukan kesalahan sekecil apa pun.

BRACELETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang