Chapter 12

2K 250 20
                                    

Incheon International Airport, South Korea

"Lalisa!"

Lisa segera menoleh ketika mendengar seseorang meneriakkan namanya. Ia lalu celingukan mencari keberadaan si pemilik suara hingga lambaian tangan gadis bersurai pirang nampak pada penglihatannya.

"Chaeyoung-ah!" Teriak Lisa yang langsung berlari ke arah Rosé sambil menyeret kopernya.

By the way, keduanya sedang berada di bandara, dengan Rosé yang menjemput Lisa yang baru saja tiba setelah menyelesaikan jadwalnya di China. Kali ini Lisa berkesempatan menjadi dance mentor sebuah acara survival show yang diadakan di negeri tirai bambu itu.

"Woah! Bogoshipeo~" Ucapnya riang lalu memeluk sang sahabat dengan erat.

"Kamjagi? Jika kau lupa, kita baru bertemu minggu lalu asal kau tahu!"

Lisa terkekeh. "Walau begitu aku tetap merindukanmu~"

Rosé segera melepaskan pelukan keduanya. Ia menatap gadis di depannya dengan heran. "Wae? Kau sakit? Tumben sekali kau mengatakannya. Ini bukan prank kamera kan?" Ujarnya sambil menoleh ke samping kanan dan kiri.

"Mwoya~"

Gadis Australia itu terbahak lalu merangkul bahu sahabatnya. "Baiklah ayo kita berangkat. Unnie-deul sudah menunggu di studio."

Lisa mengangguk dengan semangat, lalu berjalan mengikuti Rosé ketika tiba-tiba ponselnya berdering dengan nyaring. Ia lantas memelankan langkah untuk merogoh sling bag-nya dan segera mengangkat panggilan tersebut tanpa sempat melihat siapa yang menelepon.

"Hello?"

"Lalisa?"

"Ne, dengan siapa aku berbicara?"

"Woah, aku tak menyangka kau akan mengangkat panggilanku!"

"Ne?" Alis Lisa berkenyit, sedikit bingung dengan si lawan bicara. Ia memeriksa panggilan itu dan menemukan nomor asing yang terpampang pada layar ponselnya. Walau begitu ia tak menaruh curiga sedikitpun karena semenjak menjadi dance mentor, ia banyak berkenalan dengan orang baru dan beberapa kali menyimpan nomor baru pada kontaknya.

"Aku adalah penggemar nomor satumu, apakah kau sudah melupakanku? Wah, aku sedih sekali."

Seketika Lisa berhenti melangkah, maniknya membola kala menyadari siapa pemilik suara yang sudah lama ia lupakan itu. Tangannya bergetar, ingatannya kembali pada waktu di mana ia merasa ketakutan setengah mati hingga membuatnya sakit selama berhari-hari.

"Lisa? Kau mendengarku kan?"

Lisa berjengit. Tenggorokannya tiba-tiba terasa kering hingga rasanya tak bisa mengeluarkan suara apa pun. Ia ingin mengakhiri panggilan itu namun tubuhnya tak bisa bergerak seolah mematung dan menyuruhnya untuk tetap mendengarkannya.

"Kau pasti terlalu senang hingga tak bisa berkata-kata ya? Bagaimana di China? Ku dengar hari ini kau pulang ke Korea ya? Baiklah kalau begitu, kebetulan sekali sekarang aku sedang berada di bandara di kotaku dan akan menyusulmu ke Korea. Aku tak sabar bertemu langsung denganmu dan ingin kau merasakan bagaimana peluㅡ"

Lisa segera menjatuhkan ponselnya hingga membuat Rosé menoleh ke belakang dengan alis yang berkerut.

"Lisa-ya? Waeyo?"

"O-oh, R-rosie? T-tidak ada apa-apa kok. Aku tak sengaja menjatuhkan ponselku. Tanganku licin. Hehe.." Jawab Lisa terbata.

"Sungguh? Kau baik-baik saja?"

BRACELETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang