Chapter 9

1.6K 263 16
                                    

Itaewon Restaurant, Seoul, South Korea

"Kau masih takut dengannya ya?" Bisik Rosé yang dibalas anggukan kecil oleh Lisa.

Gadis Australia itu menghela nafas, ia sudah merasa lega tidak ada June yang menempelinya, sekarang malah sahabatnya yang melakukannya.

"Astaga Lisa, aku bertaruh jika ia sudah melupakan kejadian itu. Sudah, bersikap biasa saja." Rosé melepaskan rangkulan Lisa di lengannya yang membuat Lisa panik seolah kehilangan pegangan hidup.

"Andwae! Bukan karena itu~"

"Lalu?"

Lisa menggelengkan kepala yang membuat Rosé kembali pasrah, kali ini membiarkan sang sahabat melakukan hal sesuka hati.

Ngomong-ngomong Rosé sudah tahu perihal kejadian memalukan di pesawat yang dialami Lisa dengan leader Seventeen itu, namun ia tidak tahu mengenai kejadian di kafe yang membuatnya membawa salah satu cincin Seventeen hingga sekarang. Nah kan, Lisa jadi teringat tentang cincin itu. Padahal ia ingin mengembalikan cincin itu kepada Mingyu dengan diam-diam dan tanpa sepengetahuan siapa pun, namun kini sang pemilik cincin malah duduk di samping si pemuda Kim.

Lalu bagaimana cara Lisa untuk memberikannya? Ia tidak mungkin secara gamblang memberikan kepada Seungcheol karena nanti pemuda itu akan tahu jika Lisa adalah orang yang melihatnya di kafe pada waktu itu. Makanya ia ingin menggunakan Mingyu sebagai perantara dengan alasan menemukannya di koridor gedung SBS yang sering di datangi oleh para idol jika sedang melakukan promosi. Tentu saja Lisa tidak memperbolehkan Mingyu mengatakan jika ia yang menemukannya.

Pokoknya Lisa sudah memiliki seribu alasan deh! Namun kini ia harus memikirkan cara lain di luar daftar alasan yang sebelumnya telah ia buat.

"Ah Lisa." Mingyu menepuk bahu Lisa yang tengah melamun higga membuatnya berjingkat karena terkejut.

"Kamjagiya!" Pekik Lisa tertahan.

"Oh, mianhae aku mengejutkanmu." Mingyu terdiam, memperhatikan wajah Lisa yang mendadak pias. "Kau kenapa?"

"H-huh? T-tidak kenapa-kenapa kok."

"Gwaenchana? Kau terlihat pucat?" Tanya Mingyu khawatir.

"Huh? A-animnida. Aku tidak sakit kok Gyu." Jawab Lisa jujur. Ia memang tidak sakit, hanya saja Mingyu benar-benar mengejutkannya tadi.

"Tentu saja Lisa pucat jika sedari tadi kau menatapnya terus seolah akan memangsanya. Lama-lama Lisa bisa takut padamu tahu!" Sahut Dokyeom yang membuat Minghao terkekeh.

Mingyu segera menatap Lisa khawatir, takut jika yang dikatakan Dokyeom adalah benar. "Benarkah itu Lisa?"

Gadis Thailand itu menelan ludah. "Tidak kok. Aku malah senang bertemu dengan Mingyu." Jawab Lisa, membuat Mingyu menghela nafas lega. "Aku malah takut dengan orang di sampingmu." Lanjutnya dalam hati yang tentu saja tak bisa ia katakan secara langsung.

Lisa melirik kecil pemuda di samping Mingyu yang entah mengapa selalu berbalas, sehingga ia segera mengalihkan pandangan. Walau sudah bertekad untuk bersikap biasa saja, namun Lisa selalu merasa ciut jika tiba-tiba berhadapan langsung dengan leader Seventeen itu. Pemuda itu seperti mempunyai aura yang seolah mengatakan jika ia tak bisa di dekati oleh sembarang orang. Alpha Leader jika Carat menyebutnya, dan Lisa bisa merasakannya.

"Oh iya, aku ingin menanyakan perihal pesanmu tadi. Katanya mau memberikan sesuatu padaku? Apa itu?" Tanya Mingyu, menyadarkan Lisa dari lamunan dua detiknya.

"Mwo? Lisa mau memberi Mingyu apa?" Kini Dokyeom menyahut membuat atensi beberapa orang tertuju pada keduanya. Ia memang tidak bisa diam jika ada sesuatu yang membuatnya penasaran. Lagipula Mingyu dan Lisa juga duduk berhadapan dengannya, jadi seluruh indranya dapat menangkap pembicaraan atau gerak-gerik sekecil apapun.

BRACELETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang