National Hospital, Seoul, South Korea
Bau penuh alkohol yang menyeruak membuat seorang pemuda membuka matanya perlahan. Netranya masih beradaptasi kala ruangan serba putih dan infus yang berada ditangannya membuatnya segera sadar di mana saat ini ia berada.
"Hei, kau sudah bangun?"
Seungcheol menoleh, mendapati sang manajer yang duduk di sebelah ranjang. Ingatannya kembali pada kejadian siang tadi di mana ia yang tiba-tiba tidak bisa mengontrol emosinya dan berujung melukai hati sang sahabat.
"Eotteohke hyung.."
"Wae? Wae? Ada yang sakit? Kupanggilkan dokter ya?" Tanya si manajer khawatir.
Seungcheol menggeleng, mengusap wajahnya kasar. "Aku sungguh bodoh. Bukankah aku jadi merepotkan kalian?"
"Hei, tenanglah, Cheol-ah. Aku akan memanggil dokterㅡ" Belum selesai sang manajer berbicara, tiba-tiba ponselnya berdering nyaring dan membuatnya mau tak mau mengangkat panggilan itu.
"Oh Jeonghan-ah?" Ucapnya ketika melihat nama sang penelepon ㅡYoon Jeonghan, tertera di layar ponselnya.
Ngomong-ngomong, Jeonghan memang menghubunginya sepanjang waktu untuk menanyakan kondisi sang sahabat yang sempat pingsan di dorm siang tadi. Jadi setelah Seungcheol meluapkan emosi kepada Jeonghan, pemuda itu tiba-tiba pingsan. Beruntung ada Seungkwan yang segera menghubungi manajer sehingga mereka bisa membawanya ke rumah sakit dengan cepat.
Jeonghan dan Seungkwan sempat menemani Seungcheol di rumah sakit sebelum manajer mereka menyuruh keduanya untuk segera berangkat ke bandara. Sebenarnya Jeonghan ingin menemani Seungcheol hingga sadar dan mengganti penerbangannya menjadi dini hari atau keesokan harinya, namun pihak agensi melarangnya karena takut jika Jeonghan akan menjadi terlalu lelah karena ia pun baru saja sembuh dari sakitnya.
"Hyung, eodiya?" Tanya Jeonghan.
"Aku masih di rumah sakit." Jawab sang manajer. "Yak! Bukankah kau harusnya terbang sekarang?"
"Belum, masih satu jam lagi."
Manajernya menghela nafas, sempat ingin mengumpat jika anak asuh yang satu ini melanggar peraturan. "Kukira kau benar-benar membatalkan penerbanganmu."
"Bolehkah?"
"Mau mati?"
"Tch! Aku hanya bercanda, kau tidak seru sekali. Geundae.. Seungcheol-ie eotte?"
"Dia baru saja bangun."
"Jinjja? Bisakah hyung memberikan ponsel ini padanya?" Jeonghan terdengar bersemangat.
"Cheol-ah, Jeonghan ingin berbicara padamu." Ucap sang manajer lalu mengulurkan ponselnya.
Seungcheol hanya diam menatap ponsel itu kemudian menggeleng lemah, membuat pria di sampingnya heran karena tidak biasanya pemuda Choi itu mengabaikan Jeonghan yang notabene adalah sahabat karibnya walau sebesar apapun pertengkaran mereka.
"Han-ah, dia tidak mau menerimanya."
"Mwo? Berandal itu tidak mau berbicara denganku?"
Pria berusia pertengahan tiga puluh itu hanya mengangguk walau Jeonghan tidak bisa melihatnya, namun ia yakin jika si pemuda Yoon paham.
"Kalau begitu loudspeaker saja hyung." Usul Jeonghan yang dikabulkan oleh si manajer.
"Yak! Choi Seungcheol!" Pekiknya yang membuat kedua orang yang berada di ruang rawat itu sedikit terkejut.
Jeonghan sangat tahu jika sang sahabat paling tidak suka ketika hanya dipanggil nama lengkap, namun karena ia sedikit kesal karena Seungcheol tidak mau menerima panggilannya, maka ia memutuskan untuk mengabaikan hal tersebut.

KAMU SEDANG MEMBACA
BRACELET
FanfictionThe way I found you're smile Cast : S.Coups x Lalisa Genre : romantic, fantasy