Chapter 16

1.9K 242 24
                                    

"Di sini?" Tunjuk Seungcheol pada sebuah tanda lahir hampir mirip tahi lalat merah kecil pada salah satu bagian tubuh Lisa.

"Eung~" Angguk gadis itu.

"Kenapa tidak membuat tato saja?" Usul si pemuda sembari menyentuh lingkaran kecil itu yang membuat si gadis kegelian. Tentu saja geli jika letaknya di bawah ketiak dan di samping punggung dekat dadanya. (Bayangin aja letaknya di tempat Lisa bikin tato bunga edelweiss itu)

"Oh? Boleh juga. Tapi sakit tidak?" Lisa mendongak, menatap pemuda yang sedang berbaring di sampingnya sembari mengelus punggung sampingnya. Walau sedikit geli namun tak di pungkiri jika ia juga menikmati ketika Seungcheol mengelus tanda lahirnya.

"Aku juga belum pernah tapi ada yang bilang jika rasanya seperti di gigit semut."

"Ratusan semut?"

Seungcheol mengangguk lalu menggunakan dua jari telunjuk dan tengahnya berjalan menyusuri tubuh Lisa hingga ia kegelian.

"Hahaha."

.
.
.

"Wae?" Tanya Lisa kepada Seungcheol yang terlihat melamun.

"Tidak apa. Aku berpikir jika akan memangkas rambutku." Jawabnya sembari menyentuh rambut abunya yang lumayan panjang.

"Kamjagi?"

"Oh. Bagaimana?"

"Tidak apa-apa sih." Jawab Lisa ragu.

"Tapi?"

"Tapi.. Aku lebih suka rambut panjang karena bisa di kepang." Lanjutnya sembari memainkan poni si pemuda yang panjangnya hampir se dagu itu.

"Lisa.. Aku tidak mungkin tampil dengan rambut kepangan." Jawabnya lalu meraih tangan si gadis dan menciuminya.

"Wae? Bobby oppa pernah mengepang rambutnya menjadi kecil-kecil dan itu menggemaskan."

"Tidak. Terima kasih. Aku semakin yakin untuk memangkasnya."

"Tapi.." Ucap Lisa tertahan, pipinya tiba-tiba semerah tomat. "Sunbae terlihat tampan dengan rambut panjang dan semakin berkharisma. Hehe.." Lanjutnya malu-malu.

Seungcheol menatap gadis di hadapannya sambil tersenyum. Ide jahil tiba-tiba terlintas. "Kenapa tidak bilang dari tadi, hm?" Tanyanya lalu menggelitiki pinggang ramping gadis Thailand itu.

"Ahh! Ampun! Hahaha.."

.
.
.

"Lisa.."

"Hm?"

"Jangan kau panjangkan rambutmu."

Lisa mendongak, mengernyitkan dahi menatap pemuda yang tengah berbaring di hadapannya sembari memainkan rambut pendek hitamnya. "Waeyo?"

"Aku suka rambut pendekmu."

"Hehe.. Imut ya?"

"Aniya.. kau justru terlihat sexy.."

"Selain itu.. Jika rambutmu pendek aku bisa lebih leluasa untuk mencium lehermu." Lanjutnya sembari menyusuri leher Lisa dengan sebelah tangannya sedangkan tangan lainnya beralih meremat pinggang si gadis.

Wajah Lisa memerah. "M-memang rambut panjang tidak bisa?" Ucapnya tertahan, berusaha menyembunyikan nafasnya yang memburu akibat perlakuan dari pemuda di hadapannya itu.

BRACELETTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang