PROLOG

117 8 1
                                    

🚫WARNING!🔞RATE 18+ KARENA MENGANDUNG KATA-KATA KASAR DAN UMPATAN, JUGA MENGANDUNG ADEGAN KEKERAN YANG TIDAK PANTAS UNTUK DITIRU

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

🚫WARNING!
🔞RATE 18+ KARENA MENGANDUNG KATA-KATA KASAR DAN UMPATAN, JUGA MENGANDUNG ADEGAN KEKERAN YANG TIDAK PANTAS UNTUK DITIRU.

"Kiw cewek, sendirian aja." Seru seorang laki-laki bernama Restan yang berjalan ke arah gadis yang di tujunya bersama dengan empat orang temannya.

Gadis itu hanya menoleh sekilas tanpa menggubrisnya.
"Rum! Mata lo gak capek apa mantengin laptop mulu?" Salah satu laki-laki tadi bersuara.

"Diem anjir, gue sibuk, gausah ganggu!" Kali ini gadis yang bernama Arumi mulai bersuara.

"Tumben sendirian, Febi ama Via mana?" Tanya laki-laki yang berkulit sedikit tan.

"Hadeeh... Kalian berlima gak tuli kan? Gue sibuk jangan di ganggu! Febi ama Via lagi di kantin." Ucapnya dengan nada kesal.

"Galak amat jadi cewek," ucapnya kembali, "Al!" Panggilnya, hanya dengan menunjuk bagian saku, sang teman langsung tahu apa yang di inginkan.

Laki-laki bernama Althan itu melemparkan sekotak rokok, tak lupa juga dengan pemantiknya.
"Wah si anjing lama-lama ngelunjak juga kalian." Arumi mulai menatap wajah teman laki-lakinya dengan bergantian, ia menutup laptopnya dan memasukkan kedalam tas miliknya.

Melihat raut wajah kesal Arumi, kelima temannya itu malah merasa senang dan gemas. Setiap hari, bahkan setiap mereka bertemu, terkadang menggoda teman perempuan jauh lebih menarik di bandingkan dengan mendapat jackpot.

Arumi mulai bangun dari duduknya dan hendak pergi meninggalkan ke lima temannya. Baru saja ia akan melangkah pergi, tiba-tiba saja ia merasa ada sesuatu yang kurang dari kelima orang tadi.

"Satu dua lima, lah? Yang dua mana?" Bak orang yang tengah menghitung barang, Arumi menyadari kalau manusia-manusia di depannya ini kurang dua orang lagi.

"Dih, kalo Leon gak ada aja baru dia sadar." Seru laki-laki yang tengah menghisap sebilah rokok. Siapa lagi kalau bukan Gavin, si manusia perokok satu ini tidak bisa lepas dari benda bernikotin itu.

"Ya kan emang kurang, lagian bukan cuman Leon yang gak ada, Jingga juga kemana?" Tak ingin terlihat menonjol, Arum kembali bertanya satu orang lagi yang tidak terlihat juga.

"Kaya gak tau Jingga aja lo." Rio, kali ini si panglima tempur yang menjawab, si wajah manis yang hobi menghantam siapapun orang yang berani mengganggu nya, keluarganya dan juga teman-teman nya, terlebih ketiga teman perempuannya.

"Astagaa... Kebiasaan banget tu anak."

"Perfect sudah persahabatan kita ini, ada yang kang makan, kang bacot, kang nikotin, kang mabok, kang berak, kang pipis, kang ngebug, kang tawuran, kang macem-macem dah pokoknya."
Jelas Marchell yang sejak tadi sempat sibuk dengan ponselnya.

"Vin! bisa gak sih kalo lagi ngumpul tu rokok di liburin dulu, kesel banget gue." Rasanya Arum ingin sekali menonjok wajah temannya itu.

" Rasanya Arum ingin sekali menonjok wajah temannya itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sok lo." Seperti tak tau Arum saja, gadis itu salah satu yang candu dengan nikotin. Hanya saja ia tak menghisapnya jika sedang berkumpul seperti ini.

"Sok sok pala lo, tau Via juga di geplak lo."

Baru saja di sebut namanya, Gadis bernama Viana tengah berjalan ke arah teman-temannya itu bersama dengan Febi yang membawa dua cup minuman dingin.

"Woy anjing, jaket item kulit!" Seru Via tiba-tiba sembari menunjukan jari tengahnya ke arah Gavin.

"Mampus lo." Sahut Althan di iringi kekehan bersama dengan temannya yang lain.

Dengan cepat Gavin membuang putung rokok yang di hisapnya tadi, lalu menginjaknya guna mematikan api di ujung putung rokok itu.

"Kenapa di buang?" Ucap Febi tepat di depan Gavin dan hanya di balas dengan senyuman kecil dari laki-laki itu.

"Hargain dong paru-paru temen lo kalo lagi ngumpul, bukannya malah asik nyebat sendiri." Seru Viana kembali dengan raut wajah kesal.

" Seru Viana kembali dengan raut wajah kesal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The GlitchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang