Tidak sesuai ekspektasi.
Sampainya ditempat, mereka menuju ke supermarket terlebih dahulu untuk belanja kebutuhan bulanan. Tadinya, mama Windy menyuruh mereka untuk ke gedung pameran duluan, tapi mereka memilih untuk membantu mama Windy dan ke gedung pameran bersama.
Angel dan Difa berjalan beriringan di belakang mama Windy. Angel sibuk sekali dengan kameranya, mengabadikan beberapa moment yang menurutnya cantik untuk dilihat.
"Bisa ga si kameranya disimpen dulu? Liat jalan dulu" ujar Difa.
"Kenapa si emangnya? Nyusahin lo?" tanya Angel.
"Repot ntar kalo lo jatoh lagi.." ujar Difa.
"Yaudah sih, gue juga ga butuh bantuan lo" ujar Angel.
"Dih, tadi aja kalo ga ditolongin pasti nangis.." ujar Difa.
"Berisik banget sih lo" ujar Angel dengan wajah marahnya. Ia menyimpan kameranya, dan menyusul mama Windy.
"Eh, kenapa sayang? Kok murung gitu?" tanya mama.
"Dimarahin Difa tadi.." ujar Angel.
"Yaampun, Difa.."
"Ck, ngaduan.."
"Dah, jangan berantem disini. Mending kalian keluar dulu, ini mama bentar lagi keluar kok. Nanti biar mama minta tolong satpam buat bawain barang-barang mama. Kalian ke depan dulu ya.." ujar mama dengan lembut.
"Males ah ma" ujar Difa.
"Difa.."
"Ck, iya deh. Ayo kedepan.." ujar Difa menarik tangan Angel dan membawanya kedepan supermarket.
Mereka berdua duduk dibangku depan supermarket. Melihat Angel kepanasan, Difa tidak tega. Ia meminta izin Angel untuk pergi sebentar dan secepatnya akan menemui Angel lagi.
"Gue tinggal bentar ya.."
"Eh, mau kemana?" Angel refleks memegang tangannya.
"Beli minum, bentar doang kok.." ujar Difa.
"Lo ninggalin gue, gue getok lo pake kamera gue.." ujar Angel.
"Ngga sayang?" tanya Difa.
"Ngga jadi" Angel langsung melepaskan tangan Difa.
"Haahah" Difa masuk kedalam dan segera mengambil air mineral.
Setelah masuknya Difa kedalam supermarket, ada seseorang perempuan yang menghampiri Angel. Perempuan tersebut langsung duduk disamping Angel.
"Hai.."
"Oh, halo.." jawab Angel.
"Kenalin, gue Safira. Lo siapa?" perempuan tersebut memperkenalkan diri dan mengulurkan tangannya.
"Angel.." Angel menjabat tangan Safira.
"Siapanya Difa?"
Angel membelalakkan matanya. Lancang sekali perempuan ini menanyakan privasi dirinya.
"Sorry, gue liat lo disini tadi sama Difa. Dia siapa lo?" tanya Safira lagi.
"Uhm.." Angel bingung menjawabnya.
"Saf? Lo ngapain disini?" Angel tidak jadi menjawab saat mendengar suara Difa.
"Oh, hai Dif.."
"Bisa ga si, gausah ngedeketin orang-orang gue. Gue udah berkali-kali bilang sama lo, gue risih.." ujar Difa.
"Tapi Dif.."
"Yuk Ngel.." Difa menarik tangan Angel dan membawanya pergi dari supermarket.
Angel menurut, ia mengikuti langkah Difa yang terburu-buru. Siapa perempuan tersebut? Ada hubungan apa dia dengan Difa. Kenapa sepertinya Difa sangat tidak suka dengannya?.
"Dif, haus.." Angel menghentikan langkahnya. Refleks Difa juga menghentikan langkahnya. Mengingat tenaga Difa lebih besar dari Angel, Angel berhentipun masih tertarik oleh Difa. Difa yang menghentikan langkahnya pun tertabrak oleh Angel.
"Aduh!"
"Kalo mau brenti bilang-bilang.." ujar Difa sedikit membentaknya.
"Uh?" Angel yang tadinya mau memarahi Difa nyalinya langsung menciut melihat Difa marah seperti ini. Angel langsung menundukkan kepalanya.
"Sorry.." Difa tidak enak hati dengan Angel. Ia membukakan botol minumnya dan memberikannya ke Angel. Tapi, bukannya diterima, Angel malah pergi menjauh dari Difa. Ia duduk dikursi depan gedung pameran dan melihat-lihat hasil fotonya.
"Gue minta maaf Ngel, gue kelepasan tadi" ujar Difa mendekati Angel.
"'Kalo mau marah-marah, jangan bawab-bawa orang lain ya. Ga semua orang bisa memaklumi hal kaya barusan.." ujar Angel.
"Iya, Ngel.." mereka terdiam. Suasana menjadi canggung setelah kejadian barusan.
"Minum dulu gih, sekali lagi gue minta maaf ya.." ujar Difa.
"Iya, makasih.." Angel meminum minuman yang Difa berikan.
"Wihh, gitu dong akur. Kan seneng mama liatnya.." ujar mama Windy yang datang setelah belanja selesai.
"Manja ih" ujar Difa.
"Siapa yang manja?" tanya Angel.
"Lo lah, yakali gue" ujar Difa.
"Mana ada, lo aja yang act of servise.." ujar Angel.
"Udah-udah, jangan berantem terus. Yuk masuk.." mama menggandeng tangan Angel dan membawanya masuk kedalam gedung pameran.
Sama seperti sebelumnya, Angel selalu sibuk dengan kameranya. Beberapa kali juga Angel hampir terjatuh tertabrak orang yang berlalu lalang. Dan berakhir Difa lagi-lagi sibuk menjaga Angel dari belakang. Not bad, but not good. Difa tidak mau Angel kenapa-napa.
"Mah, udah jam 11.00, balik yuk.." ujar Difa.
"Yaudah ayo.."
"Kok udah? Kan belum liat semuanya.." ujar Angel.
"Besok kesini lagi aja. Gue temenin dari pagi sampe jam 11.00 lagi, sekarang udah waktunya balik.." ujar Difa.
"Emang jam 11.00 udah ga boleh diluar ya?" tanya Angel dengan polos.
"Dah masuk ke mobil dulu, ntar biar dijelasin dimobil ya, yukk" ujar mama.
"Yaudah deh.."
Angel, Difa, dan mama Windy segera masuk kedalam mobil dan pulang.
♪
"Jadi apa alesannya?" tanya Angel.
"Difa harus siap-siap buat adzan dzuhur, Ngel. Sama ngajar ngaji anak-anak di masjid.." ujar mama.
"Oalah, jadi yang adzan tiap waktu ibadah tuh, Difa mah?" tanya Angel.
"Iya, betul Ngel.." ujar mama.
"Lo nonis?" tanya Difa.
"Ehm.." Angel mengangguk.
"Duh! Repot gue kalo sampe jatuh cinta sama ni bocah.." gumam Difa.
"Semoga betah ya tinggal disini. Insyaallah tetangga disini ramah-ramah kok, kami disini selalu menjunjung tinggi toleransi." ujar mama Windy.
"Thank you mama.." Angel tersenyum manis.
"Lo?"
"Kenapa?"
"Lo mau gak temenan sama gue?" tanya Angel pada Difa.
"Gamau, lo ngeselin" ujar Difa.
"Ih Difa! Lo yang ngeselin" ujar Angel.
"Difa, ga boleh gitu" ujar mama.
"Iya mah iya, Difa minta maaf.."
"Minta maaf sama Angel.."
"Sorry, Ngel.."
"Hmm" Angel memanyunkan bibirnya.
"Maaf yaallah Angel.."
"Iya iyaaa" jawab Angel.
Mereka terus beradu mulut sampai rumah.
♪