I'm sorry but, i love her.
Selama menunggu mereka berlatih, Angel diajak oleh anak-anak yang lain untuk berkeliling sekolah. Ada satu spot yang sangat Angel suka disekolah ini, yaitu balkon perpustakaan.
Angel memperhatikan ketiga teman barunya itu. Chelsea, dia sangat cantik dan mahir berbahasa inggris. Wajahnya terlihat sangat anggun. Angel sangat menyukai wajah Chelsea.
Cindai, dia sangat manis. Senyumnya cantik, mampu membuat siapapun terkesima oleh senyumnya. Baik Cindai maupun Gilang, mereka sama-sama memiliki senyum yang sangat manis.
Marsha, wajahnya sangat terlihat galak jika diam. Tapi jika sudah tersenyum dan tertawa, senyum dan tawanya mampu menularkan kepada yang lain. Tutur katanya sangat lembut ke Angel, tapi tidak kepada anak-anak yang lain. Ya, mungkin karena baru awal-awal berteman.
Pandangan Angel kepada anak laki-laki yang lain tak kalah jauh dari anak-anak perempuan. Bagas, dia sudah terlihat jelas bahwa ia sangat suka menggoda perempuan, terlihat dari senyumannya yang menakutkan. Tapi, cara dia menatap Chelsea, Angel sangat tahu bahwa Bagas sangat mencintainya.
Gilang, dia hanya sangat manis saat tersenyum. Jika berjejer dengan dia, Angel salah tingkah. Dia sangat tinggi dan menawan dengan proporsi tubuhnya.
Rafli, just freak. Dia sipaling bisa bikin siapapun tertawa dengan leluconnya, dengan tingkahnya. Tak heran jika Marsha jatuh cinta dengannya. Juan, dia benar-benar definisi playboy. Jika Angel ditanya apa arti playboy, ya Juan jawabannya.
Difa, kalian semua tahu dari awal. Dia sangat sempurna, bagi Angel.
~
Pulang dari menemani Difa berlatih, Angel langsung masuk kedalam kamarnya dan tidur. Entah kenapa, energinya terasa terkuras habis setelah jadwal hari ini.
Setelah ibadah sholat ashar selesai, Difa memperhatikan jendela kamar Angel. Angel tidak terlihat seperti biasanya. Difa khawatir Angel kenapa-napa. Jadi, setelah berganti baju, Difa datang kerumah Angel untuk menemuinya.
Sampainya dirumah, Difa bertemu dengan mama dan papanya Angel. Sagara tidak terlihat, begitu dengan Angel. Mama Indry bilang Angel tidur dari sepulang nemenin Difa latihan hingga sekarang belum bangun juga. Papa Djem menawarkan untuk membangunkan Angel sendiri ke kamarnya, tapi Difa menolak, Ia tidak mau lancang agar Angel tidak risih. Akhirnya ia memilih untuk bermain game di balkon, tempat dimana ia dan Angel serta ama Indry makan bersama waktu itu.
Setelah menunggu sekitar satu jam di balkon, Difa mendengar pintu kamar Angel terbuka. Refleks ia menengok kebelakang untuk melihat wajah cantik Angel ketika bangun tidur. Benar saja, Angel dengan wajah kusutnya keluar dari kamar dan masih memejamkan matanya.
"Melek! Ntar nabrak tembok baru tahu rasa lo" ujar Difa.
Angel membuka matanya. Ia melihat-lihat sekeliling dan mencari sumber suara. Ia terkejut saat melihat Difa yang sedang duduk manis di balkon rumahnya.
"Lo ngapain disini?" Angel menghampiri Difa dan duduk disampingnya.
"Yaampun, cantiknya.." Difa malah mengusak gemas Angel dan tidak menjawab pertanyaan Angel.
"Udah lama?" tanya Angel.
"Udah, satu jam an ada kali disini. Tuh mama sampe bawain kue sama minum kesini.." ujar Difa.
"Bangunin aja dong gue harusnya.." ujar Angel.
"Iya papa Djem nawarin tadi buat bangunin lo, tapi nggak deh. takut lo risih soalnya.." ujar Difa
"Hmm.." Angel memejamkan matanya lagi.
"Masih ngantuk ya?" tanya Difa.
"Dikit"
"Sini.." Difa menarik tangan Angel dan meletakkan kepalanya dipaha Difa.
"Lurusin kakinya.." ujar Difa. Angel menurut. Merasa nyaman, ia kembali memejamkan matanya.
"Tapi ntar jam setengah 6 gue bangunin ya, gue mau adzan.." ujar Difa.
"Iyaa.." Angel hanya memejamkan matanya untuk mengumpulkan nyawanya. Lima menit, Angel membuka matanya dan duduk disamping Difa.
"Udah gak ngantuk?" tanya Difa.
"Ngga, ngumpulin nyawa doang tadi.." ujar Angel.
"Ooh, yaudah.." ujar Difa.
"Lo gak capek?" tanya Angel.
"Nggak, gue lebih semangat dari biasanya. Dan hari ini juga nggak secapek biasanya.." ujar Difa.
"Why?"
"Karena ada lo yang nemenin gue" ujar Difa.
"Aah.." Angel mengangguk.
"Makasih banyak ya. Lo capek banget ya?" tanya Difa.
"Iyaa, gatau ini kek energi introvert gue terkuras habis" ujar Angel.
"Yaampun kasian. Nanti jalan-jalan mau? Sebagai permintaan maaf gue dan rasa berterimakasih gue sama lo" ujar Difa.
"Boleh.." ujar Angel.
"Oke deh. Dandannya jangan cantik-cantik. Pakenya yang panjang jangan yang pendek, pake jaket" ujar Difa.
"Kenapa emang?" tanya Angel.
"Lo udah cantik, kalo dandan tambah cantik nanti yang suka sama lo tambah banyak. Dan juga, gue gamau lo mengumbar aurat lo buat dilihat sama orang lain.." ujar Difa sembari mengelu rambut Angel.
"Apa alesannya?"
"Karena gue sayang sama lo" ujar Difa.
"Okei.." Angel tersenyum dan memeluk Difa.
"Lo gak risih kan?" Angel menggeleng sembari tersenyum manis.
"Gak sama sekali. Gue malah seneng ada yang merhatiin gue" ujar Angel.
"Izinin gue buat jagain lo, ya?" ujar Difa. Angel mengangguk lagi dan tersenyum manis.
"Thank you.." Difa tersenyum dan membalas pelukan Angel.
~
"Yaallah, apa boleh aku memintamu untuk menjodohkanku dengan anak Tuhan yang satu ini? Dia benar-benar sudah mengisi seluruh isi hatiku."
Difa terus memperhatikan Angel yang berjalan didepannya sembari tersenyum manis. Angel sangat excited dengan segala hal baru yang ia temui disini. Angel bagi Difa seperti charger yang selalu mengisi penuh daya energinya. Dengan Angel, Difa selalu semangat dan tak kenal lelah.
"Lo gak capek Ngel?" Difa meraih tangan Angel agar Angel menjejeri dirinya.
"Nope, gue suka disini.." ujar Angel.
Fyi, Difa membawa Angel ke mall art town yang penuh dengan lukisan.
"Lo capek?" tanya Angel berhenti dan menatap Difa.
"Engga, gue juga suka.." ujar Difa sembari tersenyum manis.
"Apa yang lo suka?" tanya Angel.
"Lo"
"Issh! Bisaan. Makan yuk, laper" ujar Angel.
"Ayok.." Difa dan Angel berjalan menuju restoran yang ada didekat sana.
Difa suka, sangat suka melihat Angel tersenyum. Tingkah lakunya berhasil mencuri perhatian dan juga hatinya. Selama bersama Angel juga ia tak pernah menurunkan senyumannya. Bibirnya terus melengkung ke atas dan tersenyum manis.
~