「22」

6.8K 445 0
                                    

"Bodoh! Bodoh! Bodoh sekali kau!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bodoh! Bodoh! Bodoh sekali kau!"

"Arghh!!"

Barang-barang yang dia berada dalam pandangannya langsung di singkirkan dan dipecahkan, hingga membuat bunyi yang memekakkan telinga. Dia menatap penampilannya yang begitu berantakan. Sebuah senyuman miring tertanda di wajah cantiknya.

"Kalo aku nggak bisa milikin dia, kamu juga nggak bisa milikin dia. Hahahahaha hanya aku yang boleh milikin dia!"

Sebuah pisau terbang dan menancap sempurna pada foto yang tertempel di dinding kamar. Gadis yang berada dalam foto tersebut tidak jelas karena wajahnya yang di foto sudah dipenuhi coretan berwarna merah.

"Hahahaha!!"

"Tunggu permainanku bitch!! HAHAHAHAHA."

Tawanya begitu menggelegar membuat siapa saja yang mendengar akan merasa aneh kepadanya. Mungkin mereka akan mengira dia adalah orang gila yang tertawa sendirian.

"Kakak lagi ngapain sih?" Gumam seseorang di luar kamar

"Terus itu yang di foto siapa ya?"

Seseorang itu masih mengamati lewat celah pintu kamar yang terbuka sedikit. Lalu tidak lama, dia kembali berjalan ke arah lain.

"Mungkin temen kakak kali ya."

***

"Bunda!"

"Ada telepon."

Razka menghampiri Bundanya yang sedang menyirami bunga di halaman depan. Hera yang mendengar jika ada yang menelponnya langsung menaruh gembor ke tempatnya.

"Dari siapa?" Tanya Hera

"Rumah Sakit, Bun." Ucap Razka

Hera menganggukkan kepala. Kemudian, dia menjawab panggilan telepon tersebut.

"Selamat Pagi. Kami dari Rumah Sakit Bakti Indah. Ini dengan Bu Hera Louisiana?"

"Pagi. Betul, dengan saya sendiri. Ada apa ya?"

"Begini Bu..."

"A-apa? Ini beneran?"

Hera menatap Razka. Razka yang tidak mengerti pun heran. Ada apa?

"Baik baik. Saya akan segera ke sana sekarang."

Panggilan telepon pun selesai. Hera tiba-tiba langsung memeluk Razka dengan air mata yang tumpah. Senyuman pun terpatri di wajah Hera walaupun dia menangis. Hera pun menatap Razka.

"Razka, ayo kita ke rumah sakit sekarang!" Ujar Hera

"Memang kenapa, Bun?"

"Kak Ariana siuman!"

Razka membulatkan matanya, "Beneran? Kak Ariana udah sadar, Bun?" Ucapnya yang diangguki Hera

Mereka pun langsung mempersiapkan diri untuk menuju ke Rumah Sakit Bakti Indah. Tidak membutuhkan waktu yang lama untuk bersiap, mereka pun berangkat.

Beberapa menit kemudian...

Razka menggandeng Bundanya begitu mereka sampai tadi. Dika juga turut ikut, setelah dia dikabari oleh Hera. Mereka sangat bahagia sekarang. Dengan langkah yang dipercepat mereka pun menuju ke ruangan Ariana.

Sebelum masuk ke ruangan, mereka kebetulan bertemu dengan dokter yang menangani Ariana. Dokter menjelaskan apa yang harus dia sampaikan ke keluarga pasien.

"Ariana." Ucap Hera dan Dika bersamaan

"Kak Ariana." Gumam Razka sembari melihat kakak perempuannya sadar

"A-ayah.. B-bunda.. Adek..." Panggil Ariana walaupun suaranya terdengar lirih

"Akhirnya kamu siuman. Bunda kangen banget sama kamu Ariana."

Tangis Hera pun pecah. Dirinya sudah tak bisa membendung rasa sedih dan harunya sekarang. Dika pun menenangkan Hera. Dia sangat sangat bersyukur akhirnya sang putri telah sadar setelah tertidur di ranjang rumah sakit selama setahun terakhir.

"Maaf." Ucap Ariana

"Kamu nggak usah minta maaf, nak." Ucap Dika

Ariana menatap kedua orang tuanya. Dalam lubuk hatinya masih tersimpan rasa bersalah terhadap keduanya. Pandangannya pun beralih kepada sang adik. Razka terlihat masih berdiri dan mereka saling menatap satu sama lain. Hingga terlebih dulu Razka memutuskan tatapan mereka.

"Dek.."

Razka seketika termenung. Dia merasa déjà vu terhadap panggilan tersebut. Pikirannya melayang ke beberapa tahun silam. Tahun dimana kebersamaan yang hangat terjadi. Air mata membendung di pelupuk mata Razka.

Dia pun langsung menghampiri kakaknya dan memeluknya. Ada rasa yang kembali setelah terpendam bagi Razka setelah dia memeluk Ariana.

"Adek kangen kak Ariana. Syukurlah sekarang kakak udah sadar. Adek seneng." Ucapnya

"Kakak juga kangen sama kamu, Dek."

Kemudian, keluarga kecil itu saling bercerita. Hangat dan menyenangkan. Walaupun Ariana yang masih tidak boleh melakukan apapun yang berlebihan.

***

"Ini siapa?"

Razka tersenyum cerah, "Dia gadis yang selalu adek ceritain ke kakak. Ini pertama kalinya aku ngenalin Valerie ke kakak." Ucapnya

Ariana membulatkan mulutnya hingga berbentuk huruf O. Lalu, senyuman terbit di bibir pucat nya.

"Halo kak Ariana. Aku Valerie." Ucap Valerie memperkenalkan diri dan membungkukkan badan

Ariana terkekeh, "Kamu nggak usah se formal itu ke aku. Hahaha, santai aja." Ujarnya

Valerie langsung tersenyum kikuk. Keliatan sekali ya jika dirinya sekarang ini sangat gugup. Sore ini, Valerie mengunjungi Ariana setelah mendengar kabar dari Razka.

"Iya kak."

"Sini duduk di samping aku." Ucap Ariana yang diangguki Valerie

Valerie duduk di salah satu kursi yang berada di samping ranjang ruang inap. Dan Razka yang berada di kursi sebrangnya, jadi mereka bisa dibilang berhadapan.

"Kamu." Ariana menunjuk Razka

"Kenapa kak?" Bingung Razka

"Kenapa duduk disitu? Sana duduk ke sofa." Ujar Ariana

Razka melongo. Yang benar saja. Akhirnya Razka hanya menuruti permintaan kakaknya. Padahal dia ingin mendengarkan apa yang akan mereka bicarakan. Dan dia ingin melihat Valerie. Hehe.

***

=⌕ note : gembor itu alat penyiram tanaman.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
The Antagonis Sister in Novel | END ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang