Satu tahun kemudian...
"Udah nggak ada yang ketinggalan?"
Gadis berkepang dua itu menggeleng. Dia sekarang sedang membawa satu kotak kardus berisi buku novel. Ibu dari gadis itu mengangguk.
"Ayo masuk, Eliarys." Ajak Sena
Eliarys mengangguk. Sejenak dia menatap rumahnya, rasanya berat untuk meninggalkan rumah penuh kenangan itu. Rumah yang menjadi saksi bisu Eliarys tumbuh menjadi gadis yang kuat seperti saat ini. Rumah yang menjadi tempatnya bersandar.
Alasan Eliarys dan Ibu nya meninggalkan rumah itu karena agar jarak antara usaha milik Sena dan rumah agar lebih dekat, juga karena jarak antara rumah baru dengan sekolah baru Eliarys akan menjadi dekat. Sekarang keadaan ekonomi keluarga Eliarys sudah sedikit meningkat dari sebelumnya. Bahkan karena usaha yang dikelola Ibu Eliarys meningkat pesat, mereka bisa mempunyai toko kue sendiri yang baru diresmikan beberapa bulan yang lalu. Dan karena hasil kerja keras yang Sena tekuni, dia bisa membeli sebuah mobil.
Tidak ingin lama-lama berdiam diri di depan rumah. Eliarys pun segera memasukkan kardus kotak tadi ke bagasi mobil. Kemudian, dia masuk ke dalam mobil. Sebenarnya Eliarys masih ada sedikit rasa takut menaiki mobil apalagi di kursi belakang, kejadian yang lalu seakan berputar kembali. Namun dengan cepat Eliarys menepis segala rasa takutnya itu.
Mobil yang dikemudikan oleh Sena mulai berjalan. Meninggalkan halaman rumah lamanya. Eliarys memandang rumahnya lewat spion mobil.
"Kamu kenapa nak? Ibu perhatiin selama satu tahun belakangan ini kamu sering ngelamun." Ucap Sena bingung dengan gerak-gerik Eliarys
"Eli nggak papa kok, Bu." Eliarys tersenyum simpul kepada Sena
Sena akhirnya mengangguk. "Baiklah. Oh iya, soal rumah. Kamu nggak papa kan kalo kita pindah? Ibu takut kamu sedih dan marah ke Ibu, rumah lama kita itukan penuh dengan kenangan kamu sama Ayah."
"Nggak papa kok, Bu kalo kita pindah. Malahan Eli seneng akhirnya kita punya rumah baru." Ucap Eliarys riang
Senyuman singkat Sena tampilkan. Dia kira anaknya akan marah padanya karena mereka berdua pindah dari rumah itu. Ternyata dia hanya berpikiran negatif saja.
"Makasih ya, Sayang."
Sena mengusap pelan surai Eliarys. Dia pun kembali fokus mengemudi. Eliarys pun kembali terdiam dan melakukan hal favoritnya jika menaiki kendaraan pasti selalu melihat pemandangan luar. Dia juga mencoba untuk menghafalkan arah jalan, agar nanti jika di rumah barunya dia tidak akan tersesat di lingkungan tersebut.
Ternyata tidak memakan banyak waktu, mereka sudah sampai di rumah baru mereka. Mobil yang dikemudikan Sena pun sudah terparkir di garasi mobil. Eliarys pun keluar dari mobil dan memandang rumah barunya.
Besar. Kata yang muncul dalam benak Eliarys. Rumah barunya dua kali lipat lebih besar dibandingkan dengan rumahnya yang lama.
"Eliarys, ayo masuk sama Ibu."
Eliarys mengangguk menuruti perkataan Ibunya. Saat memasuki rumah bercat biru langit itu, Eliarys langsung menganga. Rumah ini ternyata bertingkat dan sangat luas.
"Eliarys ingat nggak dulu waktu kamu masih kecil dan saat Ayah masih hidup. Kamu pernah minta ke Ayah sama Ibu buat bikinin rumah bertingkat, supaya kamar kamu nggak di lantai satu. Kamu juga pernah pengin punya ruang seni sendiri waktu kecil." Ucap Sena
"Akhirnya permintaan kamu terwujud sekarang. Kamar kamu ada di lantai dua, sesuai permintaan kamu. Ibu juga bikin ruang khusus buat menuangkan sebuah seni yang kamu buat. Ibu sama Ayah minta maaf ya sama kamu cuman ini doang yang bisa kita kabulkan. Maaf kalo kita hanya mampu sebatas ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Antagonis Sister in Novel | END ✔
Fantasi*** Apa yang ada dibenak kalian jika berada di tempat yang asing bagi kalian? Rasa bingung. Dan itu yang Eliarys rasakan ketika membuka matanya. Kehidupan yang dia jalani pun berbeda dari kehidupannya dulu. Namun apakah dia akan tetap di kehidupan...