bagian 2-3.

61 2 0
                                    

Thalita meletakan ponselnya ke meja dan berjalan menuju dapur untuk mengambil alat makan.
aroma makanan tercium dari meja makan, ternyata sore ini Bi Jum memasak udang tumis pedas dan juga cah kangkung.

"Wah inimah kesukaan Nono" gumam Thalita lalu bergegas mengambil ponselnya di meja ruang tamu dan kembali untuk memotret makanan.

setelah aksi pamer makanannya selesai, Thalita memulai makan sorenya dengan hikmat.

kalau biasanya ia makan sambil nonton video di YouTube, sekarang justru Thalita makan sambil memikirkan sesuatu.

Dia harus SMA dimana? ambil IPA atau IPS? dia mau jadi apa?.

karena kalau dipikir-pikir, masuk SMA adalah langkah awal penentu hidup untuk kedepannya, kalau di awal sudah asal pilih bisa runyam nanti.

"Ips kali ya? kalau Ipa kan gue ga sepinter Chenle sama Jeno. tapi kalo Ips gue ga pinter sosialisasi?"

bertanya sendiri, menjawab sendiri.

"kalau bahasa? bahasa inggris, Indonesia sampe ke Sunda aja gue bego"

"ini ga bisa apa SMA kelas 10, 11, 12 aja gausa harus pilih pilih mau apa" decak Thalita di suapan terakhirnya.

begitulah cara gadis berambut sepunggung itu berpikir ketika harus menentukan pilihan.

berdiskusi dengan dirinya sendiri dan pusing sendiri.

walau terkadang ia lebih banyak mengikuti ketiga temannya karena tidak mau ambil pusing, toh tidak akan ada yang melarang atau menyetujui pilihannya.

suara langkah kaki membuyarkan lamunan Thalita, sedikit kaget namun tenang ketika mendapati Jeno berdiri tak jauh darinya.

"Kebiasaan banget lo ya ga kunci pintu" omel Jeno l

Thalita membawa piring kotornya ke dapur, "Sengaja biar lu gampang tinggal masuk"

"Alesan aja kalo dibilangin" cibir Jeno.
"Ambilin piring" suruhnya setelah menduduki kursi makan tanpa permisi.

"dih nyuruh! ambil sendiri" kesal Thalita sambil mencuci piring.

"kan lo yang disitu, gue jauhh ga nyampe"

walaupun mendumal Thalita tetap menuruti perintah Jeno.

meninggalkan Jeno di meja makan, Thalita memilih kembali merebahkan diri di sofa depan televisi, tempat favoritnya selain gazebo belakang.
Thalita memejamkan matanya sebentar,

"Mau ga"

Thalita membuka matanya dan mendongak, Jeno menjulurkan coca cola yang diyakini diambil dari kulkas Thalita.

"harusnya gue ga sih yang nawarin gitu? kan itu punya gue??" ujar Thalita.

Jeno hanya menyengir dan ikut duduk di sofa, menggeser kaki Thalita.

"Mama lo belom balik?" tanya Thalita.

"belom, lembur katanya" jawab Jeno.

Thalita manggut manggut, "Enak ga udangnya? enakkann?? gue padahal ga request tapi bi Jum ngide"

"Enak tadi mau nambah tapi gue lagi diet"
jawab Jeno

Thalita mengernyit langsung bangun dan mengecek meja makan tak lama teriakan pun terdengar dari ruang makan
"PALALU DIET! ABIS BEGINI, ITUMAH GAMAU NAMBAH GARA GARA UDH ABIS, ANJIR GA DISISAIN," ujar Thalita

Jeno tertawa "lagian lo kan udah makan"

Thalita kembali ke sofa untuk menjambak rambut Jeno "Gue kan maleman dikit suka laper lagi"

"Aaah aaa iya iya maap yaudahh gue telpon lagi ni bi jum suruh kesini masakin lagi"

Thalita melepas jambakannya dan duduk merenggut di samping Jeno "udahlah gausah"

Jeno kembali tertawa sambil mengusap rambutnya "maap maap"

"eh btw Ta, lo udah kepikiran mau lanjut dimana?" tanya Jeno mengalihkan topik.

Thalita menggeleng "gue ngikut kalian aja la. yang pasti gue ngga ngambil ipa sih"

"kemaren Mama sempet bahas Sandaria School, rekomendasi temen Mama katanya bagus" kata Jeno.

"yaudah"

"yaudah apa"

Thalita mengangguk "yaudah ngikut kata Mama lo aja, gue setuju kalo mama lo udah nyaranin gitu"

"mau diskusiin sama si kembar?"

"kerumahnya?" tanya Thalita.

"ngapain, vc aja"

Jeno mengeluarkan ponselnya yang sedari tadi berada di saku celana dan menghubungi Chenle.

"Kok ga nelpon Jeje aja?"

"Ah tuh anak kalo mode game gabisa ditelpon mending langsung Chenle aja"

tak lama panggilan pun di angkat.

telpon tersambung menampilkan wajah Chenle dan Jie disampingnya yang terlihat sedang di luar.





keep me company Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang