91. Mark, Milkshake dan Jie

7 1 0
                                    

Setelah mendapatkan kado untuk Jeno, dan makan malam bersama, Thalita dan Mark langsung bergegas ketujuan berikutnya.

Motor Mark berbelok memasuki wilayah yang tampak sepi, Kemudian di depan sana terdapat kawasan dengan bangunan seperti ruko yang tampak menyala terang. Thalita tidak berhenti mengedarkan pandangannya, terdapat banyak cafe, lalu ada juga ruko dengan kulkas kulkas berisi alkohol dipajang didepan.

motor terus melaju melewati bangunan-bangunan itu, kemudian diujung jalan yang tampak buntu, Mark memelankan motornya dan berhenti di depan bangunan yang tampak luas dan ramai, Thalita turun dari motor dan matanya menatap takjub bangunan yang tidak pernah ia lihat sebelumnya.

seorang pria dewasa menghampiri Mark, lalu Mark memberikan kunci motornya.

"mau dibawa kemana motornya?" tanya Thalita bingung ketika pria itu menaiki motor Mark.

"parkir, lumayan jauh soalnya, jadi butuh mereka."

Thalita mengangguk lalu melihat motor Mark dibawa masuk ke jalanan yang berada di sebrang bangunan ini.

"ayo" Mark menautkan jarinya ke jemari Thalita, membuat Thalita sedikit tersetrum, walaupun ini bukan pertama kalinya mereka pegangan tangan.

mereka memasuki gedung tersebut, dilantai bawah terdapat mini cafe dengan beberapa billiar. Beberapa orang disana menyapa Mark dan melihat Thalita dengan pandangan bertanya.

kemudian diujung ruangan ada tangga, mereka menaiki tangga tersebut.
Thalita mengernyit dianak tangga terakhir karena di lantai 2 lebih bising dengan suara musik dan bau alkohol yang menyengat. Thalita melihat banyak orang tengah berkumpul di tengah untuk menari dan di ujung ruangan terdapat disk jockey yang sama terlihat asiknya dengan tangan yang begitu lihai meracik musik.

"tunggu sini bentar" ujar Mark,

Mark tampak menghampiri temannya di meja bar, Thalita mulai merasakan pusing ketika melihat banyak orang disana dengan musik yang berdentum keras, ini adalah pemandangan baru di hidupnya.

tak lama Mark kembali lalu menggandeng Thalita lagi, mengajaknya membelah kerumunan itu lalu sampai pada pintu yang menghubungkan dengan balkon.
Mark membuka pintu itu dengan kunci yang baru didapatkannya, ketika pintu ditutup kembali, suara ramai didalam sana seketika hilang. Thalita menghela napas sedikit,

"langsung ga berisik kan?" tanya Mark. Thalita mengangguk. tidak sampai disitu, Mark membawa Thalita menyusuri balkon, dan di ujung terdapat pintu lagi.

ketika membuka pintu itu, Thalita sedikit terperangah karena mendapati lemari kaca dengan helm-helm yang terpajang rapi dan banyak pakaian yang tergantung didalamnya,

"itu apa?" tanya Thalita ketika memasuki ruangan itu.

"perlengkapan buat balap" jawab Mark

lalu diujung sana terdapat lift, Mark mengajak Thalita kesana.

"kita ke rooftop aja, disana ga banyak orang" ajak Mark.

mereka pun menaiki lift, Thalita tidak banyak bertanya walaupun ia penasaran karena lift ini melewati 3 lantai yang Thalita tidak tau disana ada apa.
kemudian mereka sampai, begitu keluar Thalita merasa takjub karena melihat cahaya lampu kota.

Rooftop ini sangat luas, terdapat mini bar outdoor dan sofa sofa beserta meja disana. terlihat sangat nyaman.

"ini kalau hujan gimana?" tanya Thalita mulai berpikir.

"ya basah" Mark menjawabnya dengan jenaka.

Thalita mendengus "yaiya gue juga tau! maksudnya sofa-sofa ini? sama umm apa itu cafe? kehujanan?"

keep me company Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang