106. jajan tapi berat

9 0 0
                                    

Thalita langsung keluar begitu mendengar klakson mobil Chenle, terlihat Chenle yang menurunkan kaca mobilnya "langsung?" tanya Chenle, sebab Thalita hanya mengenakan piyama.

"iyaa" jawab Thalita

begitu Thalita masuk ke mobil, Chenle mengambil jaket di kursi belakang dan menyerahkannya pada Thalita.

"punya Jie, pake aja"

Thalita mengambil dan mengenakannya "Thanks".

setelah itu Chenle langsung melajukan mobilnya keluar dari pekarangan rumah Thalita.

"nasgor yuk? lo udah makan belom??" tanya Thalita.

"udah. lo belom makan nasi?" tanya Chenle menoleh sekilas lalu kembali fokus menyetir.

"belom. yaudah kita mau makan apa?"

"ya lo belom makan nasi, nasgor aja, ntar gue pesen mie gorengnya"

Thalita menjulurkan jempolnya kedepan wajah Chenle "OKE, tempat biasa ya?"

Chenle menyingkirkan tangan Thalita dan mengangguk.

*****
mereka menyelesaikan makannya, dan meminum es selasih cincau yang menjadi minuman best seller disini.

"jadi??" tanya Chenle.

Thalita tertawa "dih bingung gue jelasinnya"

Chenle diam menatap Thalita, sampai wajah Thalita yang tadinya cerah mendadak menekuk lesu.
Chenle tersenyum tipis, jika wajah Thalita sudah begini, artinya Thalita bisa bercerita dengan serius.

"sejujurnya gue beneran bingung sama apa yang gue mau, Le"

Thalita menghela napasnya lalu menatap Chenle "kadang gue mau bangett, kadang juga gue takut banget"

Chenle mengernyit "takut?"

"takut kalo status kita berubah, nanti ada yang berubah juga, takut kalo gue makin suka nanti gue makin sakit,..."

"intinya..gue takut ditinggalin, Le"

Thalita menatap es selasih nya lalu menghela napas yang kesekian kalinya.

"Thalita" panggil Chenle.

Thalita langsung mendongak "hah?"

"kalo lo yakin, lo suka, lo nyaman sama dia, tanpa pikir panjang harusnya langsung iyain aja. Kenapa? karena kalo lo terus berputar di pikiran lo sendiri, menurut lu ada jaminan dia tetep stay?"

Chenle menggaruk pelipisnya "gimana ya jelasinnya, maksud gue lo jadian atau ngga pun emang gada jaminan dia ga bakal pergi kan? ya kenapa ga lo ambil kesempatan itu, bikin diri lo bahagia tanpa harus mikirin hal yang belum terjadi"

Chenle memajukan tubuhnya, lalu menyentil dahi Thalita dengan pelan "jangan dibiasain buat bikin dugaan dugaan yang jadinya bikin lo takut sendiri"

Thalita mengusap dahinya "Le!"

"ntar kalo dia pergi beneran gara gara males sama lo, mampus lo" ujar Chenle lalu terkekeh.

"kok gitu sih ngomongnya?"

"Ya, sekarang gini. Emang dia bisa baca pikiran lo? dia juga bisa mikir macem-macem kayak yang lo lakuin sekarang ini. kalo udah gitu dan dia milih pergi karena capek gimana?"

Thalita terdiam mendengarkan ucapan Chenle yang terasa benar. Well, Chenle memang sering benar.

"ga semua orang bisa ngerti pikiran lo, kita yang udah kenal dari dulu aja masih suka gabisa ngerti, apalagi dia?"

"paham, Thalita?"

Thalita berdecih "stop manggil gue gitu deh, gue suka degdegan!"

"degdegan?jatuh cinta lo sama gue?" tanya Chenle

"ga gitu! degdegan soalnya kayak mau di omelin"

Chenle tertawa lalu menepuk kepala Thalita "abis kalo ga gitu lo suka ga mau dengerin, samanya kayak Jie"

"eh Jie kemana? ga nanyain?" Thalita mengalihkan topik.

"gatau belom balik," jawab Chenle lalu meminum Es selasih nya yang tinggal sedikit.

"ohhh" Thalita mengangguk, padahal dalam hati dia jadi kepikiran si Jie lagi dimana? karena cuma Thalita yang tau apa yang suka dilakukan Jie.

atau Thalita ceritain aja ya ke Chenle?

"Le" panggil Thalita, Chenle berdehem menjawab.

Thalita menggeleng cepat, sepertinya bukan waktu yang tepat untuk membahas Jie.

"pulang yuk, ngantuk"

******

published on March 22, 2024

keep me company Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang