bagian 22. Terlambat

7 0 0
                                    

Dering alarm dan juga puluhan panggilan tak terjawab tidak berhasil membangunkan gadis yang masih tertidur pulas dengan memeluk boneka bigmonkey.

sampai mimpi panjangnya berakhir, Thalita membuka matanya kaget sambil meraih ponsel yang berada diatas kepalanya,

pukul 06.30 sontak saja membuat Thalita kelabakan langsung mencari handuknya dan bergegas mandi.

selesai mandi dan memakai seragam barunya ia langsung menyambar  ponsel, tas dan perlengkapan yang ada di meja belajar.

sampai bawah ia mendengar gedoran pintu yang begitu brutal, Thalita yakin itu Jeno.

membuka pintunya ia mendapati Jeno, Chenle dan Jie yang sudah menatapnya tajam.

"NAH BENER KAN NI ANAK TELAT" kata Chenle emosi.

Thalita hanya bisa memberikan cengirannya.

"udah udah buruan!" kata Jeno.

kemudian mereka bergegas ke mobil,
Thalita melihat jam di ponselnya sudah pukul 06.55 dan mereka baru mau berangkat.

"kok kalian jemput gue?" tanya Thalita.

"Tadinya gue udah otw duluan, terus Jeno nelponin katanya lu ga angkat angkat telpon" Jie memberikan penjelasan.

"sorry banget ya, gue beneran ga denger apapun" kata Thalita, lalu ia melihat Chenle yang duduk di depan dengan wajah masam.

disampingnya ada Jie yang mengangguk dan Jeno yang hanya melihat depan dan arlojinya bergantian.

Thalita jadi merasa tidak enak, ia yakin kalau mereka bakal telat.

dan ya benar saja ketika mereka turun dari mobil, terlihat sekolah sangat sepi dan ada dua siswa yang diyakini sebagai panitia mpls sedang berdiri di lobby masuk.

"keren ya baru hari pertama kompak banget telatnya" ujar panitia dengan nametag bertuliskan 'Sarah' itu.

"Sorry kak macet" jawab Jeno.

"yaudah masuk, bikin barisan di samping anak paduan suara"

mereka ber4 pun berjalan memasuki gedung sekolah menuju lapangan dimana pembukaan mpls sedang berlangsung,
mereka sempat memberhentikan langkahnya ketika menyadari kalau paduan suara berada di depan dan menghadap ke banyaknya orang.

"Anjing" keluh Chenle lalu semakin menurunkan topinya berharap bisa menutupi wajahnya.

Jeno berjalan terlebih dahulu disusul Jie, Thalita dan Chenle.

demi apapun mereka sontak menjadi pusat perhatian.

Thalita meremas roknya dan menunduk, selain malu ia juga merasa sangat bersalah pada ketiga temannya.

tak jauh dari mereka, kepala sekolah sedang memberikan salam pembuka.

"Nah salah satu peraturan yang tidak boleh dilanggar seperti yang kalian liat di sebelah sana, Sandaria School ini sangat tidak peduli untuk urusan sepatu, warna rambut, atau aksesoris apapun yang kalian pakai selagi ga berlebihan dan ga tatoan. tapi, hampir tidak ada toleransi untuk kedisplinan."

"Kedisplinan yang paling mendasar itu ya datang tepat waktu."

Wajah Jeno, Jie, Thalita dan Chenle sudah seperti kepiting rebus sekarang. Mereka hanya bisa menunduk dalam.

"beruntung ini hari pertama ya, saya sendiri akan memaafkan karena mungkin belum tau ya? mungkin dipikirnya sekolah disini bisa masuk jam berapa aja, bukan begitu?" Kepala sekolah memandang keempat anak yang terlihat semakin gugup.

keep me company Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang