bagian 10. sea ​​at night

10 1 0
                                    

terik matahari tidak mengurungkan niat 4 anak itu untuk berhenti bermain di tepi pantai.

"gue ga mau tau bikinin lagi yang lebih bagus!" ujar Thalita pada Jeno dan Chenle yang telah menghancurkan rumah pasirnya.

rumah pasir yang Thalita dan Jie tengah buat, dengan enaknya di tendang Jeno dan Chenle tanpa rasa bersalah.

"ya Lo pikir ini gue lagi ngapain? makan bakso?" sahut Chenle yang sudah mulai membentuk pasir pantai.

"Bang bikin yang yang ada prosotannya bisa ga?" tanya Jie.

"lu mikir aja la sendiri" jawab Chenle.

Jeno tertawa, "Eh Je lo pernah dikubur ga?"

Jeno melempar sendok plastik untuk mengeruk pasir.

"sembarangan lu kalo ngomong"

"Ahaha ngga maksudnya kubur pake pasir pantai ini loh, mau ga?"

"ihh iya Je kan seru," sahut Thalita.

"gimana caranya?" tanya Jie dengan wajah lempengnya.

Chenle sudah berhenti bikin istana, dan kini ikut membawa pasir untuk menutupi tubuh Jie.

"sampe kepala?" tanya Jie.

Chenle terkikik "Lo mau sampe kepala?"

Jie menggeleng "ntar ga napas!"

"ya gausah tanya pea" kata Jeno.

kini Chenle, Jeno dan Thalita sibuk mengubur tubuh Jie sampai sudah membentuk gundukan dan Jie kesusahan bergerak.

"udah yuk balik" ajak Thalita

lalu Jeno dan Chenle bangun dan melambaikan tangannya pada Jie
"lo bangun sendiri aja ya Je, gue mau balik mau mandi"

"EH GOBLOK" teriak Jie.

"Ta! awas ya Lo!"

Jie masih berusaha menggerakkan tubuhnya hingga wajahnya memerah karena panik. sedangkan Chenle, Jeno dan Thalita terus tertawa geli sambil berjalan mundur mulai menjauh dari Jie.

"Wleee!" ledek Thalita menjulurkan lidahnya.

"BUNDAA!!" teriak Jie.

membuat ketiganya semakin terkikik geli.

langkah Thalita berhenti ketika ia menubruk dada seseorang dengan punggungnya.

"parah ya lo bertiga ngerjain Jie"

Thalita langsung membalikkan tubuhnya dan kaget karena sepupu ChenJie sudah berdiri dihadapannya.
Chenle dan Jeno juga tak kalah kaget.

"Eh Mas" ujar Chenle lalu tersenyum kikuk.

ketiganya terdiam melihat raut wajah cowok dihadapannya yang tanpa ekspresi.

namun tak lama cowok itu tertawa "heh pada tegang amat si"

Jeno mengernyit "gajelas lu bang"

"haha sorry sorry. bosen gue di sana ga ada temen"

lalu cowok itu merangkul Chenle "Chenle kan?"

Chenle menggangguk.

"Di panggil nya lele" celetuk Thalita membuat Chenle mengeluarkan laser dari matanya.

"gue Jaemin, Na Jaemin. kayaknya ini kedua kalinya gue ketemu sama lo deh"
cowok bernama Jaemin itu memperkenalkan diri

"kalo kalian?? sorry gue ga apal sama sepup-sepupu" tanya Jaemin pada Jeno dan Thalita, lalu keduanya menggeleng kompak

"anak pungut mereka mah" jawab Chenle.

"Yeehh" kata Jeno mengelak namun malas menjelaskan.

"WOIII MALAH NGOBROL, SUARA GUE GA KEDENGERAN APA GIMANA?"

lalu ke 4 orang itu sadar dan menoleh pada Jie yang sudah terlihat putus asa dibawah gundukan pasir.

Jaemin berjalan terlebih dahulu sambil terkekeh, diikutin Chenle, Jeno dan Thalita.

setelah Jie berhasil keluar, Jie langsung mengincar Jeno dan Chenle, keduanya pun berlari membuat aksi kejar kejaran.

Jaemin dan Thalita hanya tertawa melihat mereka.

"curang ya lo ga di kejar" kata Jaemin

Thalita meredakan tawanya "nanti Jeje gapunya partner lagi kalo berantemin gue" jawab Thalita sombong.

"lo kelas berapa?" tanya Jaemin.

"baru mau masuk SMA. emm-kalo lo?"

"gue udah lulus, lagi daftar kampus"

Thalita sedikit kaget "ohh? berarti gue panggil lo Abang ya"

"terserah lo aja, Abang boleh, Mas boleh, Kaka boleh, panggil nama aja juga gapapa" jawab Jaemin lalu tersenyum.

"kak aja deh. Kak Na?Nana? kak Nana boleh?" tanya Thalita sambil tersenyum lebar melihat Jaemin.

Jaemin sontak tersenyum ketika mendengar "Kak Nana" atau mungkin ini efek karena belum ada yang memanggilnya begitu, jadi ia merasa senang mendengar hal baru.

Jaemin menepuk puncak kepala Thalita "haha boleh boleh".

lalu Thalita berdiri dan berlari menuju ketiga temannya yang masih kejar kejaran sampai terkena ombak.

matahari semakin menghangat, senja mulai menampakkan dirinya.
sesekali Jeno sengaja mendorong Thalita hingga terjatuh ke air,
lalu ketika matahari hampir terbenam mereka dengan serempak duduk berjejer dan mengamati matahari yang semakin terbenam, air laut terlihat merah karena pantulan cahaya matahari.
hingga hari menggelap mereka masih duduk disana entah membicarakan apa,
sedangkan Jaemin hanya duduk mengamati mereka dari jauh.

lalu secara tiba tiba Thalita kembali menghampiri Jaemin.
"Kak, beli kembang api yuk!" ajak Thalita.

"Eh?" Jaemin bingung karena ajakan mendadaknya.

"gue ga bawa duit! kakak bawa kan??" tanya Thalita.

Jaemin mengangguk, lalu Thalita menarik tangannya untuk bangun.

kemudian mereka membeli kembang api yang di jual tak jauh dari pesisir pantai kemudian membawanya ke Jeno, Chenle, dan Jie.

*****

~Published on July 1~



keep me company Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang