6

741 66 14
                                    

Pada hari minggu untuk pertama kalinya semua terasa berbeda. Pond mengusap permukaan meja kedai dengan wajah kosong tanpa ekspresi apapun. Lagi-lagi dia harus meredam semua perasaan semu bercampur panik dalam relung hatinya, dengan kemarahan dan perdebatan panjang tanpa arah itu hanya akan membuat masalah semakin rumit.

Hari itu, sekitar lima hari yang lalu ke belakang. Dia mencoba meminta penjelasan perihal sikap kekasih manisnya yang terus berubah, perlahan-lahan namun penuh kepastian.

Mereka tak pernah bertemu selain di sekolah, Phuwin selalu beralasan sibuk dan memiliki janji temu bersama Janhae dan temannya yang lain. Pond benar-benar kewalahan untuk mengerti, dia tak mendapatkan waktu lagi bersama si manis.

Sesuatu dalam dirinya terus berusaha mencari kebenaran, menantang fikirannya sendiri untuk terus berbaik sangka. Meski harus nenelan kenyataan pahit akibat sikap acuh yang diberikan Phuwin padanya, tak satu dua atau tiga kali. Mereka sudah sangat sering bertengkar hanya karena Pond meminta waktu kekasihnya, apa itu nampak sangat sulit bagi Phuwin?

"Pond..."

"Iya Ibu..."

Wanita tercintanya duduk di kursi kedai, mengusap punggung tangannya penuh perhatian. "Ini hari Minggu nak, sudah berapa lama kau dan Phuwin tak berakhir pekan bersama?"

Kelopak mata lelaki tampan itu meredup, "Phuwin sangat sibuk.." nada suaranya bergetar jelas menggambarkan rasa kecewa.

"Setiap hari yah? Atau kalian memang sudah tidak bersama lagi"

"Tidak kok, kami baik-baik saja"

"Cobalah untuk mengajak Phuwin berbicara, selesaikan masalah kalian dengan dewasa. Bukankah seharusnya Pond yang lebih dulu mendatanginya?"

Pond menghela nafas, mengangguk saja untuk menepis kekhawatiran sang ibu "nanti aku akan bertemu dengan Phuwin"

"Jika begitu, istirahatlah dulu minggu ini. Ibu tak akan membuka kedai, kau tak usah pergi berbelanja di pasar"

"Tak apa ibu, aku akan pergi berbelanja kebutuhan kedai sekarang" Pond melepaskan kain dari tangannya kemudian menyusun piring-piring bersih diatas meja, kakinya melangkah pelan keluar dari kedai sembari memastikan daftar belanja di selembar kertas.

"Hati-hati yah..."

Anggukan mengerti diberikan oleh lelaki tampan itu, dia memutar setir mobil pickup membawa kendaraan itu menepi di sisi jalan terus melaju meninggalkan rumah.

Lamunannya kembali lagi "semuanya akan baik-baik saja kan, Phu?" Suaranya pelan berusaha menyenangkan hati.

Bohong jika dia tak kecewa, satu tangannya fokus memutar setir mobil sedang tangan lainnya menumpu dagu mengkhawatirkan segala hal. Dia ingin mengeluh, tapi pada siapa? Perasaan tak nyaman itu nyata. Rasa aneh dan ngeri jika harus kehilangan sosok manis yang selalu memenuhi hari-harinya akan sangat berat, semuanya begitu singkat.

Satu-satunya cara untuk menghibur diri hanyalah menyuarakan kepercayaan diri, untuk menyembunyikan rasa takut. Mata lelaki itu menatap ke arah lampu merah jalan yang menyala, hembusan nafas gusar kesekian kalinya terdengar.

Saat lampu berubah hijau, mobil pickup nya kembali melaju. Namun kendaraan itu perlahan-lahan menepi di sisi jalan, mata Pond menyipit untuk memastikan sosok manis berdiri mengenakan baju santai begitu semangat meregangkan badan. Tak hanya itu, dia juga melihat seniornya yang dia tau belakangan ini mencoba mendekati Phuwin.

Untuk sesaat tatapan Pond penuh kebencian, air mineral di genggaman Joss nampak di serahkan pada kekasihnya. Dan lebih menjengkelkan saat Phuwin tersipu malu memeluk lengan lelaki itu, Pond tersulut emosi.

Return Place [Pondphuwin]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang