9

688 59 10
                                    

Satu jam lebih Phuwin berdiri di depan pajangan tertempel tulisan dengan huruf hitam meliuk-liuk, barang antik dengan desain mewah merata di segala penjuru gedung. Dia menghela nafas panjang, Joss sang kekasih begitu sibuk memperhatikan rincian benda itu satu persatu detail demi detail.

"Kenapa Phu? Kau sudah lapar?"

Phuwin menggeleng, dia memanyunkan bibirnya "aku bosan..."

"Bagaimana mungkin kamu bosan di tempat sebagus ini?" Kekeh Joss, tangannya menarik lengan Phuwin agar lebih dekat dengannya "perhatikan baik-baik, patung ini bagus kan?"

"Entahlah, aku hanya bingung kenapa bentuk seperti ini jadi pajangan" acuh Phuwin mengedarkan pandangannya ke arah lain, jelas sekali lelaki manis itu sudah tak nyaman.

"Yasudah, ayo kita pergi makan sekarang. Mau makan apa, Phu?"

Sosok manis itu mulai berbinar, mengetuk jemarinya di dagu "bagaimana jika makan sup tulang, dengan daging babi yang di panggang"

"NO... Itu makanan apa?" Joss mengusak rambut Phuwin pertanda gemas "ayo kita ke restoran milik kerabatku, disana sajiannya sangat berkelas. Kau akan suka"

"Hia, bisakah kita makan sesuatu yang normal-normal saja?" Gerutu Phuwin, wajahnya kesal

"Itu normal, jika bagimu tak normal kau yang salah"

Mata si manis memicing, begitu kesal hingga menghentakkan kaki berjalan keluar dari ruangan serba putih terhias ornamen abstrak yang tak masuk akal baginya. Ransel hitam yang masih jelas di punggungnya serta seragam sekolah membuatnya di tatap oleh para pengunjung gedung, wajahnya semakin dongkol.

"Phuwin, tunggu aku..."

"Ckk, menjengkelkan..."

Langkah buru-buru terdengar mendekatinya, Joss terengah-engah "ayo pergi ke restoran, kita makan siang. Aku lelah bermain basket di sekolah tadi"

"Iya, tapi aku tak mau makan direstoran"

"Baiklah, kita makan ke tempat yang kau mau"

"Benar yah?" Joss mengangguk tentu mengundang pekikan dari Phuwin, dengan semangat dia memimpin langkah.

.
.
.
.
.

"Nyumm...." June bersorak bahagia, daging mentah di letakkan oleh wanita paruh baya di dekat pemanggangan. June menggigit garpunya antusias mengaduk sup kaldu "Pond dari mana kau tau tempat ini?"

"Aku sering kesini"

"Sendirian?"

Lelaki tampan itu terdiam, enggan menjawab dia memilih untuk memasukkan potongan daging meresap di permukaan pemanggangan. Mungkin karena wanita dihadapannya merasa tak disahuti, June telihat mulai sibuk menata gelas dan dua botol soju di meja.

"June, aku tidak mau minum soju. Air putih saja"

Wanita itu berhenti menuangkan soju di gelas "kenapa?"

"Aku hanya tidak mau..." Tatapan Pond tak beralih dari panggangan sembari membolak-balik daging.

"Membosankan sekali..."

Dia tak peduli lagi ocehan panjang lebar yang dilontarkan June "Hey... Hey..."

"Humm?"

Bajunya di tarik oleh June, mata gadis itu membulat dan memberinya kode untuk berbalik badan. Pond menolehkan wajah ke arah belakang, matanya menyipit.

"Itu Phuwin kan?" June terdengar hampir tertawa, gadis itu nampaknya senang dengan kehadiran orang yang dikenalnya di kedai itu. "Sekarang aku tau siapa sering menemanimu kesini, itu sudah pasti Phuwin, iya kan?"

Return Place [Pondphuwin]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang