14

755 50 2
                                    

"Phi Joss..."

Lelaki berperawakan tinggi tegap itu berbalik, mencoba meneliti wajah wanita cantik yang nampak sungkan bicara padanya. "Janhae? Kenapa?"

"Eumm.. aku sebenarnya ingin berbicara tentang hubungan Phi Joss bersama sahabatku, Phuwin..."

"Lalu, kenapa kau yang datang menemui ku?"

Janhae menunduk sejenak, kemudian mengangkat dagunya percaya diri "aku ingin Phi Joss dan Phuwin mengakhiri hubungan kalian dengan baik-baik"

"Kukira dia mengutus mu untuk meminta maaf, ternyata sekarang dia sudah nekad ingin berpisah" Joss tidak berusaha menurunkan suaranya, tapi setengah sudah menduga wajahnya tetap tenang "jadi, kenapa dia ingin mengakhiri hubungan kami?"

"Sebenarnya..." Janhae mendadak kikuk "sebelum bersama Phi Joss, dia sudah memiliki kekasih"

"Ohh... Aku selingkuhannya ternyata"

Cukup tau posisi sahabatnya salah, Janhae tak mau banyak komentar "aku mencoba meluruskan ini, aku juga tak bisa membiarkan Phuwin datang menemui Phi Joss untuk meminta pengakhiran ini. Aku khawatir dia tak bisa bicara, maaf Phi Joss..."

"Terserah saja, aku tak terlalu peduli. Dia terkesan bodoh dan naif, aku sudah memberikan segalanya tapi dia sendiri tak nyaman bersamaku"

Terakhir kali, gadis itu mengangguk sopan kemudian berlalu pergi. Tak tahu berapa lama kebohongan ini akan berlangsung jika dia tak menyelesaikan ini secepat mungkin, setidaknya sekarang sudah lega.

Janhae berjalan cukup lama untuk menemui pria manis yang menunggu nya di balkon, dengan ekspresi harap-harap cemas Phuwin melambaikan tangan agar dia menghampiri. Janhae paham, bahwa lelaki itu sedang tak enak hati dan takut Phi Joss menjadi geram karena keputusannya.

"Phi Joss, baik-baik saja..."

Satu ungkapan langsung dari Janhae membuatnya menghela nafas lega, angin berembus kencang di sudut-sudut atap kecil di sepertiga gedung sekolah. "Aku benar-benar merasa bersalah"

"Jangan membebani pikiranmu lagi, percayalah Phi Joss tak seserius itu. Kalian tak cocok, kenapa memaksakan diri?"

Phuwin menunduk, tanda sesal yang dalam "aku hanya merasa, bahwa Phi Joss benar-benar sempurna. Aku bodoh Janhae, aku tidak mempertimbangkan posisi Pond"

"Aku hanya takut, kau menerima Phi Joss agar kami senang"

Mencoba untuk lebih leluasa mengobrol santai tanpa kekecewaan, Phuwin mengusap bahu gadis itu "ini salahku, aku serakah. Ini sama sekali tak ada sangkut pautnya denganmu"

"Aku benar-benar tak masalah, aku menjodohkan mu dengan Phi Joss karena merasa kau cocok memiliki kekasih pria. Bahkan jika itu Pond, aku tetap senang" suara janhae hampir memekik "membayangkan kalian selalu bertemu setiap hari" wajah gadis itu memerah padam, seolah tersipu memikirkan hal-hal luar biasa "kalian sering bertemu... Huwaaa... Apa kalian tidur bersama setiap hari?"

Dengungan bertubi-tubi serasa menyerbu Phuwin, hatinya nyeri. "Tapi sekarang, itu tak mungkin lagi"

"Berarti sekarang kita harus membuat mu dan Pond kembali bersama"

"Apa itu mudah?" Phuwin sudah lesu, nampak tak ada harapan yang sungguh "aku benar-benar sudah menyakiti nya, apa aku masih pantas memintanya kembali"

"Phuwin hanya khilaf..." Janhae memainkan jemarinya di atas pagar balkon, kemudian memasang wajah sendu "Phuwin tak salah, ini semua murni hanya rasa ingin coba-coba. Dan sekarang Phuwin tau kan, tak ada yang lebih baik daripada Pond?"

"Humm... Pond yang terbaik, hanya Pond yang mengerti pada Phuwin..."

"Nah.. makanya..." Berganti kini Janhae mengetuk jari ke dagunya, dengan mata menyipit "seharusnya Pond mengerti, dan kita harus menyingkirkan lintah yang melengket padanya"

"Hah? Lintah?"

"Humm... June.. June... Itu..."

.
.
.
.
.

"Pond..."

Lelaki tegap nampak mengusap pergelangan tangannya, dengan sedikit lirikan singkat menatap gadis yang mengkhawatirkan nya. "Aku baik-baik saja June, jangan terlalu berlebihan"

"Tapi aku khawatir, menurutmu sekarang kau dalam kondisi baik?"

Pond meletakkan kepalan tangan di pelipisnya dengan gerakan putus asa "aku hanya khawatir, aku menyakiti Phuwin..."

"Humm... Kau masih memikirkannya, hatimu terbuat dari apa?" Kata June tanpa berpikir panjang, seolah pernyataan itu terlontar murni kata hatinya. "Kau terlalu baik, jujur saja. Phuwin benar-benar menyakitimu" kalimat terus berhamburan dari mulut gadis itu dengan cepat "aku yang muak, apa kau masih yakin tak masalah setelah semua ini, Pond?"

Pond menatap dalam "aku tak masalah, hanya saja aku ingin memberi sedikit peringatan. Agar dia jera" dia menggelengkan kepalanya dengan tegas, rambutnya yang sudah kusut di tiup angin.

"Aku harus mengatakannya berapa kali, ini akan berulang" Gadis itu terdengar kritis penuh ketegangan, memandang ke depan optimis dengan segala kecurigaan nya.

"June, maaf jika aku membuat mu terlibat dalam kejadian ini"

"Tak masalah, aku merasa lebih mengenal mu. Dan aku paham, kau sehebat itu Pond" wajahnya memerah karena semangat bicara, tangan June terbuka dan tertutup "kau sangat luar biasa, siapapun... Siapapun yang mengenalmu akan jatuh cinta padamu"

Pond sedikit tertegun, dia tak tau jelas maksud perkataan gadis itu. Namun nampak hampir jelas, bagaimana cara June menatapnya dan bagaimana cara gadis itu bertindak untuk melindungi hatinya. Seolah memberitahu segala kesiapan, untuk mengarungi ini bersama-sama.

Dia melangkah beberapa kali ke depan, bermaksud menenangkan hati. Kemudian kembali mundur dengan gerakan kikuk serta senyuman canggung untuk menghindari banyak pujian dari gadis cantik itu.

"Kelas akan mulai, aku rasa kita harus kembali"

"No..." June menarik tangannya, menggenggam penuh harapan "kita harus pergi sekarang, ada sesuatu yang bisa kita lakukan untuk menenangkan diri"

"Eumm... June, tidak mungkin meninggalkan sekolah" katanya dengan suara parau tidak gembira.

"Hanya sekali ini saja, aku harus membawamu ke suatu tempat. Agar kau tak tertekan, lagipula jika sekolah selesai kau akan kembali bekerja di rumah"

"Tak apa-apa, kita masih punya banyak waktu di lain hari"

Kemudian dengan senyuman manis penuh pengharapan, June menatap netra kelam pria tampan itu memohon "aku hanya ingin memberi ruang sebentar, aku ingin bicara lebih banyak bersama mu"

Pond akhirnya mengangguk pelan, tapi tak bicara lagi. Mereka bergandengan tangan, June sudah merencanakan untuk keluar dari sekolah lewat pintu lain.

.
.
.
.
.
.
.

To be continued

Jangan lupa follow dan ninggalin jejak 💙💙💙💙


Return Place [Pondphuwin]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang