2

1.4K 96 10
                                    

“apa semuanya sudah beres? Yakin tak ada yang tertinggal?” Phuwin mengangguk cepat, sang kekasih merangkulnya dengan gemas “baiklah, ayo kita berangkat”

Si manis menaiki motor dengan erat memeluk kekasihnya, rasanya sangat menyenangkan “Pond, jangan ngebut yah”

“Iya sayang, berpegangan yang kuat”

Kendaraan roda dua itu berjalan, melewati rumah-rumah di padatnya pemukiman kota. Phuwin menoleh kanan-kiri, menyaksikan panorama aktivitas menyibukkan di pagi hari.

Beberapa siswa-siswi berpakaian persis sepertinya sedang berdiri di halte bus, matanya melirik lirik dengan puas tersenyum menguatkan pelukan. “Enak sekali yah punya kekasih, tak perlu menunggu di halte”

Suara tawa menggoda terdengar dari depan, Pond jelas menertawai ucapannya “Phuwin tau tidak...”

“Tau apa?”

“Aku sudah bertemu ribuan manusia, dan Phuwin adalah yang paling menggemaskan dari semuanya”

“Aww... Benarkah?”

Anggukkan dari Pond membuatnya tersipu malu “Pond tau tidak?”

“Tau apa?”

“Dari ribuan manusia yang kutemui, hanya Pond yang membuatku bisa tersipu dengan gombalan receh”

Tawa dari si manis meledak, mengeratkan pelukannya lebih mesra. Phuwin terkekeh menggelitik punggung kekasihnya, “Pond? Apa Pond kesal?”

“Tidak kok”

Kepalanya bersandar total mendapatkan respon geli dari lelaki tegap itu, dia mengusak wajahnya semakin semangat. “Huwaa, Phuwin sayang sekali...”

“Kekasihku sangat menggemaskan”

Phuwin tertawa ceria untuk waktu yang lama, sedari dulu kebahagiaan sederhana murni mengelilingi kehidupannya. Kehadiran Pond menjadi sosok spesial adalah salah satu alasannya bersemangat, benar juga kata Pond dulu. Lebih baik menjadi kekasih agar segalanya menjadi tak terbatas, jika sahabat saja mereka akan saling canggung untuk sekedar memeluk.

Rasanya benar-benar mendebarkan, mengingat kisah awal hingga sampai di posisi sedekat ini dengan Pond. Semuanya tentang kesyukuran, sosok tampan miliknya sederhana penuh kesan positif. Tak pernah menyembunyikan apapun padanya, bahkan menghindari perdebatan diantara mereka.

“Sudah sampai...”

Pond turun dari motor, menatap gemas sang kekasih yang masih duduk dengan wajah melongo di jok motor. Sontak tangannya membuka helm si manis dan mengulum senyuman, lucu sekali... Bagaimana dia bisa membayangkan dirinya berjalan tanpa Phuwin disisinya?

“Pond...”

“Iya sayang?”

“Gendong aku...”

Dengan anggukan cepat Pond membalikkan badan, seolah memasang kokoh punggung tegap dia menepuk bahunya memberi kode. “Ayo naik, aku akan menggendong mu sampai ke kelas kita”
 
Tak ada sahutan apapun, Pond hendak membalikkan badan lagi namun lebih dulu ciuman mendarat apik di pipinya. Rasanya Gugup, Pond mencoba mengusap rambut kekasihnya dan tertawa. Pria manis itu berlari laju meninggalkan tempat parkir, teriakannya melengking

“POND NARAVIT BODOH... AYO KEJAR AKU...”

“Bajingan kecil, kau mengerjai ku?”

.
.
.
.
.
 
Di dalam kelas semua siswa menyimak pembelajaran, tak terkecuali dua pemuda yang duduk di dekat jendela. Posisi kursi yang cukup dekat dari papan tulis memudahkan Pond dan Phuwin mencatat materi, sesekali tangan Pond akan menggelitik dada kekasih manisnya.

Return Place [Pondphuwin]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang