11

691 62 10
                                    

"cepat kesini, cepat..."

Pagi-pagi, Pond berdiri di depan kedai sambil memperbaiki papan nama kedai kecilnya. Jelas terlihat lelaki kecil berlarian di halaman rumah Phuwin, langkah berderap terus terdengar. Suara nyanyian merdu sangat riang, sebuah kursi pendek di samping meja vinil dan seikat lonceng kecil di genggaman anak itu.

Nampak Phuwin sangat asik bersenandung menemani bocah itu, bahkan tak menyadari perhatian Pond yang kini begitu fokus padanya.

Lelaki tampan itu tersenyum kecil, menarik roti dari atas meja kedai kemudian menikmatinya sembari menyimak pemandangan hangat di seberang jalan. Kayu cendana di sudut kedai karena ulah ibunya terus mengeluarkan aroma menyeruak khas rempah, pagi yang indah begitu sejuk.

"Hia..."

"Humm?" Phuwin menyahut

"di sebelah sana ada yang melihat kita" Phuwin mengikuti arah telunjuk lelaki kecil, keponakannya. "Dia tampan sekali"

Tak dapat di hindari netranya bersibobok dengan lelaki tampan itu, Phuwin meredup. Sontak hatinya berdenyut saat Pond membuang muka darinya, sosok itu menghilang memasuki kedai.

"Aww... Dia sudah pergi..." Oceh lelaki kecil "apa dia temannya Hia?"

"Humm..."

"Atau kekasihnya Hia?"

"Apa menurut Daw dia dan Hia cocok?"

Lelaki kecil menakupkan tangan di wajahnya "cocok saja, tapi memangnya dia mau dengan Hia?"

"Tentu saja, kenapa dia tak mau?"

"Hia kan manja dan banyak maunya, memangnya ada yang bisa mengerti dengan sifatmu itu, Hia?"

Phuwin termangu "mulutmu, Daw..."

"Aku bicara tentang kenyataan, jika Hia ke rumah kami Hia selalu meminta makanan lezat. Hia bahkan tak pintar memasak sendiri, selalu meminta ibuku" oceh lelaki kecil.

Penjelasan panjang lebar daei Daw membuatnya merasa geli jika mengingat kenyataan dirinya terus bergantung pada Pond, dapat mengatakan segala keluhannya tanpa beban apapun.

Phuwin mengulurkan tangannya memberi permen terbungkus plastik warna-warni pada Daw. "Ambil ini..."

"Ini untukku?"

"Humm..."

Daw memekik gembira berlarian heboh memasuki rumah Phuwin, sedangkan dia sendiri masih duduk disana di kursi pekarangan menatap lurus kedepan. Tepat di kedai kecil yang dulu selalu menjadi tempat menyenangkan baginya, membantu Pond atau bahkan menunggui Pond sampai semua pelanggan habis.

"Huwaa... Tidak mau..." Phuwin menoleh, terpogoh pogoh Daw berlari memeluk lehernya. Wajah kecil itu muram dan gelisah.

"Daw, kau Kenapa?"

"Ibuku meminta permen coklat pemberian Hia"

Phuwin menggeleng "sini permennya, jika ibumu melarang berarti tidak boleh"

Daw tak mendengar, dia melepas pelukan pada leher Phuwin kemudian berlari mendekati jalan raya. Menengok kanan-kiri tak peduli teriakan histeris dari Phuwin yang coba meraihnya, dia berlari cepat ke seberang jalan.

"Phi, tolong aku.." Daw berteriak heboh memasuki kedai, memeluk kaki Pond tak peduli lelaki tampan itu syok.

"Daw, kau gila? Bagaimana jika tadi kau tertabrak mobil?" Ujar Phuwin, terengah-engah

"Hei jagoan kecil, apa yang terjadi?" Tanya Pond pada bocah itu

"Mereka ingin mengambil permen coklat ku, Phi tolong aku..."

Return Place [Pondphuwin]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang