1

3.3K 154 11
                                    

"Pond..."

Suasana lenggang didepan kedai jadi pemandangan biasa, lelaki tampan yang memikul sebuah kotak besar nampak abai dengan panggilan halus yang mengikutinya.

"Pond kenapa? Tak mau lagi bicara pada Phuwin?"

"Jangan mengganggu, kau tak lihat aku sedang sibuk membatu orang tuaku?"

Lelaki manis terdiam, dia ikut menenteng barang-barang belanjaan dari atas mobil pick up "Maafkan Phuwin yah, semalam ketiduran. Tak sempat kesini, Pond jangan marah"

"Hmm..."

Tak habis pikir lagi, untuk pertama kali kekasihnya itu marah-marah tak jelas. Phuwin jadi tak enak, masih berusaha mencari perhatian membereskan beberapa mangkok di meja kedai. Ibu Pond tersenyum dan mengusap rambutnya, wanita paruh baya itu ikut beberes.

"Phuwin sedang tak sibuk?"

"Iya Ibu, sedang lenggang"

Phuwin melesakkan beberapa kain basah, semangat membersikan permukaan meja. Meski kadang dia mencoba mencuri-curi pandang pada kekasihnya yang mondar-mandir membawa barang belanjaan, Pond tetap saja cuek padanya.

"Ibu, semua barangnya sudah turun"

"Baiklah, kau bisa istirahat. Ibu akan mengecek nota"

Pond mengangguk lalu duduk disalah satu kursi kedai, kini lebih fokus pada buku kecil di atas meja. Menyimak dengan fokus daftar belanjaan dan mengibas ngibaskan kain kecil menghilangkan kegerahan, Phuwin mencoba mendekat.

"Pond..."

Brakk...

Meja dipukul dengan keras, wajah Pond memerah seketika. Lelaki itu berdiri dan menatap kekasih manisnya dengan lamat "pergi dari sini, aku muak"

"Hah... Salahku apa? Hanya karena semalam—

—hanya kau bilang? Aku sampai mengantuk menunggui mu disini"

"Pond, aku ketiduran"

"Sial, orang macam apa yang ketiduran dalam kondisi akhhh... Menjengkelkan"

Phuwin menunduk, bahunya bergetar. Sendu sekali mendapatkan bentakan dari kekasihnya, sumpah ini adalah yang pertama kali Pond membuatnya menangis.

"Hey... Ya ampun, Phuwin kenapa?" Ibu Pond memeluknya dengan sayang, mencoba menatap wajahnya yang sudah bercucuran air mata "Pond, apa yang kau lakukan pada Phuwin?"

"Terserahlah..." Satu gerakan kesal dari pria itu, lalu hendak meninggalkannya dengan sang ibu.

"Apa yang terjadi, nak?"

"Pond marah, semalam Phuwin ketiduran"

"Aahhh... Bukannya hari ini adalah ulang tahun mu?" Phuwin terdiam, matanya bergerak-gerak seolah memproses ingatan. "Semalam Pond menunggui mu disini, sampai seluruh pelanggan habis dia masih duduk di depan kue tart mu"

"Ibu serius?"

"Iya, mungkinkah dia marah tentang itu?"

Phuwin semakin tak karuan, berjalan cepat ke dalam rumah kekasihnya. Berangsur memasuki kamar lelaki itu, matanya sembab. "Pond..."

"Apa?"

Kekasihnya duduk dipinggiran ranjang dengan posisi diam, tepat di depan kipas angin seolah memikirkan banyak hal. "Maafkan aku, aku bahkan tak ingat hari lahirku"

"Terserahlah..."

Phuwin mencoba mendekat, menatap wajah Pond dengan takut-takut "maaf yah..." Dia menggoyangkan lengan sang kekasih, berusaha mencari perhatian.

Udara diluar semakin panas, semenjak pulang sekolah tadi dia dan kekasihnya tak kunjung membaik. Sepertinya Pond benar-benar marah, dan ini pertama kalinya Phuwin tak merayakan ulang tahunnya bersama Pond selang tiga tahun resmi menjadi kekasih.

"Semalam benar-benar repot, aku mengerjakan banyak tugas"

"Hmm..." Pond menutup matanya, diam dalam kesemuan tanpa peduli alasan-alasan yang dilontarkan kekasihnya.

"Tapi... Ini belum berakhir kan? Aku masih ulang tahun"

Terakhir kali lelaki itu menghela nafas panjang, meninggalkan Phuwin dilamarnya sendirian. Namun selang beberapa saat kembali dengan kue tart berukuran kecil di tangannya, duduk di sisi ranjang dan mengusap wajah manis kekasihnya. "Aku akan menyalakan lilin"

Phuwin mengangguk, menyatukan kedua tangannya dan menutup mata. "Harapanku—

—ribut sekali, baca dalam hati saja"

"Tapi aku mau Pond mendengarkannya"

"Baiklah, coba katakan. Apa harapan Phuwin?"

"Aku berharap kita tak pernah berpisah, selamanya" senyuman puasnya terbit, menyamai permukaan kue dan menjilatinya.

"Harapannya hanya itu?" Dia mengangguk dan meniup lilin, bertepuk tangan untuk dirinya sendiri sebelum akhirnya Pond mendaratkan ciuman panjang di keningnya. "Selamat ulang tahun kekasihku, semoga sifat pelupa mu hilang"

"Hiks.. Pond sangat manis. Terima kasih" Phuwin mengusap wajahnya, berusaha menghentikan rasa haru dan berakhir saling memeluk erat.

.
.
.
.
.

"Pesanan anda tuan.."

Bolak-balik Pond melayani para pelanggan kedainya, belum duduk sama sekali. Bahkan Phuwin sang kekasih ikut membantunya, melayani dengan ramah dan senyum yang bertengger tak henti.

Hingga tepat pukul sembilan malam, para pelanggan sudah mulai berkurang. Keduanya duduk berseberangan di salah satu meja, nampak Phuwin menjatuhkan kepala di atas meja.

"Kau lelah, kan?"

Dia mengangguk sekilas, tapi sudah sering begini sih. Phuwin menegakkan badannya dan menatap sang kekasih, Pond ikut menatapnya dalam kebisuan. "Aku mau pulang"

"Mau ku antar?"

Phuwin mengangguk cepat, hingga lelaki dihadapannya mendekati dan menarik tangannya. Mereka saling menertawakan, begitu puas dengan rangkulan hangat. Sekitar sepuluh langkah menyebrang jalan, keduanya tiba didepan rumah Phuwin. "Terima kasih telah mengantarkan ku pulang, kau tetangga yang baik"

Pond mengangguk saja, mencubit gemas pipi kekasihnya kemudian melambai "tidur yang nyenyak yah"

"Pond, aku akan melihatmu dari jendela kamar" teriak Phuwin begitu semangat.

"Baiklah, cepat naik. Aku menunggumu di depan kedai"

Ilustrasi tempat yang menyenangkan, dari sisi kanan-kiri jalan. Beberapa kendaraan berlalu-lalang, kedai berukuran cukup luas dengan meja dan kursi yang tertata rapi. Dari bawah sana kekasihnya memperhatikan laju kendaraan, Phuwin membuka jendela kamar dan tersenyum lebar. "POND..."

kini perhatian lelaki itu beralih padanya, ya tuhan... Mendapatkan Pond sebagai kekasihnya adalah kebahagiaan tanpa jeda. Dibawah warna jingga lampu jalan, tuhan mengirimkan sosok tampan itu merangkai cerita yang indah bersamanya.

Tak pernah bosan, dia menjalani kehidupannya dengan begitu banyak perhatian. Bermula dari seorang sahabat, dan berakhir menjadi sepasang kekasih adalah perjalanan yang cukup panjang untuknya dan Pond.

"CEPAT TIDUR, BESOK SEKOLAH"

Phuwin mengangguk samar, senyum masih setia bertengger di wajah manisnya. Lelaki itu berbalik untuk pergi sebelum sempat menutup jendela kamar, tubuhnya berbaring nyaman di atas ranjang.

.
.
.
.
.
.
.

To be continued

Jangan lupa tinggalin jejak kak, maaf masih berantakan, makasih udh mampir 🙏🏻

Return Place [Pondphuwin]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang