10

642 52 1
                                    

"Pond, di kedai ada orang tua Phuwin"

Lelaki tampan menyudahi pekerjaannya beralih menatap ibunya yang berseri, entah mengapa dia sendiri tak mengerti kenapa sang ibu memberitahukan hal ini padanya. "Memangnya kenapa sih? Mereka mau bertemu denganku?"

"Sebenarnya tidak, tapi tetap saja kau harus menemui mereka dan mengucapkan salam. Mereka baru saja pulang dari Chiang Mai, ayo sapa mereka"

Pond menghela nafas lelah, namun tetap saja melepaskan sarung tangan plastiknya. Meletakkan potongan daun bawang di atas meja dapur, langkahnya pelan mengintip di pintu masuk kedai yang tersambung langsung ke rumahnya.

"Salam paman..."

Nampak lelaki paruh baya tertawa bangga, menepuk bahunya namun kembali duduk "Pond, sini makan bersama kami.."

"Iya, tadi aku sudah makan..."

"Aku rindu sekali dengan sup buatan kedaimu, jadi aku dan ibu Phuwin kembali ke Bangkok" tawa pria itu mengudara, ada kepuasan tersendiri mungkin karena bisa bertemu dengannya.

"Bagaimana dengan Phuwin nak?" Tanya wanita cantik yang dia tau adalah ibu Phuwin

"Baik-baik saja bibi..."

"Baguslah, kalian awet sekali yah. Bibi senang jika kau dan Phuwin terus akrab"

"Humm, benar. Tapi tadi aku mengajaknya kemari, dia tak mau. Apa kalian ada masalah?"

Pond menatap wajah lelaki paruh baya itu dengan datar, kemudian menggeleng disertai senyuman kecil menenangkan "mungkin Phuwin lelah sehabis pulang sekolah"

"Mungkin saja, ohh iya... Jangan lupa hari sabtu nanti datang ke rumah kami. Ajak ibumu juga"

"Paman mengadakan acara?"

Ayah Phuwin menggeleng "kami hanya ingin makan-makan bersam kalian, bukankah selama ini kau dan ibumu begitu baik menjaga Phuwin kami"

"Tak usah paman, kami harus membuka kedai malam itu"

"Kami akan pergi" ibu Pond ikut muncul di antara mereka, mengusap bahu anaknya seolah memperingati "aku akan menutup kedaiku hari sabtu"

"Ya ampun, nyonya Lertratkosum. Terima kasih banyak sudah mau meluangkan waktu bersama kami"

Pond hanya diam, tak mempedulikan lagi interaksi orang-orang tua yang menyapa dan tenggelam dalam obrolan panjang. Dia menatap kosong ke arah depan, di seberang jalan rumah minimalis cukup mewah yang selalu dikunjunginya kini menjadi sangat asing.

Selama di sekolah dia tak lagi menatap dan penasaran akan keberadaan Phuwin lagi, lebih tepatnya acuh terkesan tak peduli. Toh ini yang diinginkan Phuwin, mereka selesai dari segala hubungan.

"Ohh iya, Pond besok berangkat sekolah dengan Phuwin. Gunakan saja mobil kami, dan setelah itu kalian bisa belanja beberapa jajanan" usul ayah Phuwin menepuk bahunya, lelaki paruh baya itu jelas sangat sayang padanya.

"Tak bisa paman, beberapa minggu terakhir Phuwin selalu di jemput Kekasihnya. Aku rasa bukan ide yang baik mengajaknya berkeliling, dia sangat sibuk" Sang ibu menatap kaget padanya, namun Pond tetap tenang.

"Phuwin punya kekasih?" Cego orang tua Phuwin.

"Iya paman, bibi..."

"Kupikir kau kekasihnya"

Perkataan ayah Phuwin membuat Pond termangu, sedari dulu dia dan Phuwin berusaha menutupi hubungan mereka karena takut orang tua Phuwin tak suka dengan hubungan semacam ini. Wajahnya blank, jelas masih tak percaya "ta-tapi, kami tidak..."

"Lalu, selama ini kalian memang hanya bersahabat saja?"

Pond diam, pandangan penuh padanya dari orang-orang disana. Beberapa kali ayah Phuwin mengulang pertanyaan dan mengajaknya berbicara, namun pikirannya jauh melayang ke tempat lain. "Kami hanya sahabat, kata Phuwin kami memang hanya sahabat"

.
.
.
.
.

Terikat sabuk pengaman dikursi mobil selama beberapa menit, Phuwin tak bergerak banyak melainkan hanya diam melirik jam tangannya berkali-kali. Sosok lelaki tinggi nampak berjalan keluar dari kedai, Pond jelas sedang sibuk memperbaiki posisi tas dan mengeluarkan motor dari halaman samping.

Phuwin mulai gugup, bukankah kata ayahnya semalam dia dan Pond akan berangkat bersama pagi ini menggunakan mobil?

Akhirnya dia menyibakkan tas ransel di kursi belakang, membuka pintu mobil dengan hentakan kaki kesal menghampiri Pond dari seberang jalan. Pemuda disana nampak sibuk membuka buku sembari memanaskan mesin motor, raut wajah Phuwin merengut.

"Kau akan berangkat dengan motor?"

Pond menatap malas kemudian mengangguk.

"Apa kau tak mau berangkat ke sekolah bersamaku?"

"Tidak..." Seraut wajah acuh ditampilkan, Pond lekas menyeret motornya kemudian melenggang pergi dari sana. Meninggalkan Phuwin yang termangu, sesuatu terlintas di wajah manis itu semacam rasa bersalah dan kesedihan.

"Phuwin..."

Dia mengangkat dagu, melihat ibu Pond bingung padanya "ibu..."

"Apa yang terjadi? Kau tak berangkat sekolah?"

Dia menggeleng, wajahnya kembali menunduk "Pond tak mau pergi bersama Phuwin" suara muram diliputi keputusasaan.

"Begitukah? Maafkan Pond yah. Phuwin bisa pergi menggunakan mobil"

"Phuwin tidak tau mengendarai mobil" Ibu Pond tertawa gemas, mengusak rambutnya dengan tawa pelan.

"Hubungi kekasihmu nak, suruh dia datang menjemputmu..."

Phuwin bungkam, berkas cahaya matahari semakin terang menyapu bagian atap rumah-rumah. Dia mengengok jam tangannya dan kembali menyebrang jalan, matanya begitu redup hampir menangis.

.
.
.
.
.

"Selamat pagi..."

Pond memutar bola matanya saat June menahan langkahnya di depan pintu kelas "humm, pagi..."

"Ayo makan siang bersama di kantin hari ini"

Pond menggeleng "aku tidak..."

"Aku akan mentraktir mu" wajah gadis itu sangat antusias, mata berbinar cerah penuh pengharapan.

"Entahlah, aku lebih suka makan kotak bekal buatan ibuku..."

"Itu bagus, aku akan makan bersamamu"

Pond menghela nafas panjang, agaknya tak ingin mengisi kepala dengan omong kosong panjang. Dia mengangguk setuju, menggeser tubuh June agar menghilang dari pintu kelas.

June merengut "kasar sekali..." Gadis itu kembali mengekorinya hingga duduk di bangku.

"Hai... Phuwin..."

Pond menengok ke arah pintu karena suara teriakan Cai, nampak sosok manis memeluk ransel berjalan ke bangku belakang. Suara gadis-gadis disana sangat antusias, entah membicarakan apa Pond tak terlalu paham.

"Phuwin berpacaran dengan Phi Joss kan?" Kata June, wanita itu nampak penasaran.

Pond mengangkat bahu "tak tau..."

"Sebenarnya aku sudah lama mendengar ini, tapi tak kusangka kau tak tau. Bukankah dulu kalian sangat dekat? Apa kalian bertengkar?"

"June, jangan membahas apapun tentang Phuwin denganku. Aku tidak suka"

Saat June mendengar suara menggema datar dari sosok tampan itu sontak mulutnya bungkam.

"Apa June dan Pond berkencan?" Cai menelisik jauh dari bangku belakang, menatap pasangan disana sangat penasaran.

"Yasudah sih, santai saja. Kita bebas ingin berkencan dengan siapapun" jawab Janhae diangguki sahabatnya yang lain. "Bagaimana denganmu, Phu? Kau dan Phi Joss aman-aman saja kan?"

Phuwin mengangguk pelan, tanpa sepatah katapun. Pandangannya juga fokus pada Pond dan June, wajahnya jelas penuh penekanan. Dia bisa merasakan jelas amarah menggelitik hatinya, disebelah pria dengan perawakan tampan yang pernah bertahta dihatinya seorang gadis sedang tertawa bahagia.

"Menjengkelkan" mulut mungilnya mencebik, menyimpan seluruh ungkapan kesal di dalam hati.

.
.
.
.
.
.
.

To be continued

Jangan lupa tinggalin jejak kak, maaf masih berantakan. Makasih udh mampir🙏🏻

Return Place [Pondphuwin]18+[END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang