2. Musuh Jadi Teman

1.7K 245 75
                                    

...

Kata Kathrina, Marsha adalah definisi Bulol sesungguhnya.

Tahu 'kan bulol apa? Ya, bucin tolol.

Pagi ini harusnya Marsha marah-marah gemas atau ngambek sewajarnya karena kemarin sebelum mereka tidur, ia ditolak mentah-mentah padahal hanya ingin mencium bibir suaminya. Akan tetapi, pagi hari ini, ketika Azizi keluar dari Walk in closet dengan memakai kaus basic berwarna hitam, dipadukan outer kemeja flanel berwarna maroon dan celana jins berwarna gelap lalu jangan lupakan topi hitamnya, Marsha malah kesemsem.

Azizi ini mau pakai pakaian formal maupun santai bahkan tak pakai pakaianpun, tetap mempesona di depan Marsha.

Marsha kan tidak jadi ngambek pada akhirnya.

Namun, Marsha masih butuh penjelasan.

"Azizi jujur sama aku."

Azizi mengerutkan keningnya.

"Jujur apaan?"

"Kamu gay?"

Azizi menatap Marsha lurus, lurus sekali. Tanpa sedikitpun berekspresi. Tak ada emosi sama sekali yang terlihat dari wajahnya.

"Kamu ngomong apa sih-"

"Enggak apa-apa, jujur aja sama aku. Kamu gay? Atau kamu jujur aja dari sekarang, aku enggak apa-apa kamu mau ngomong ke aku. Kamu gay?!" Tanya Marsha lagi. "...yang mana cowoknya?"

Baru kedua bibir Azizi terpisah untuk menjawab pertanyaan Marsha, Marsha kembali menyerobot.

"Atau kamu punya simpenan ya? Suka jajan diluar? Simpenanmu umurnya berapa? Anak SMP yang pengin dibeliin iPhone? atau kamu pulang kerja malem banget karena abis skidipapap dulu di kamar remang-remang yang bayarnya cepek semalam itu? Terus bayar ceweknya pake duit tiga ratus rebu sama ditraktir nasi padang tambah rokok magnum sebungkus'kan? atau jangan-jangan kamu punya Penyakit Menular Seksual?"

"Sha..."

"Jangan-jangan kamu udah enggak bisa ereksi?!"

"Sha, kok nuduh gitu sih..."

"Terus kenapa enggak mau indehoy sama aku?! Padahal dulu, kamu bahkan tiap hari minta!" Marsha berteriak frustrasi.

Marsha butuh penjelasan, semuanya, sejelas-jelasnya. Ia hanya perlu satu jawaban agar sedikitnya ia tak penasaran dengan kelakuan aneh seorang Azizi Djatmiko akhir-akhir ini. Sebagai makhluk hidup yang mempunyai hasrat naluriah yang masih normal, bukannya normal juga jika ia mempertanyakan hal itu?

Marsha capek menonton cuplikan video porno dua menit sepuluh detik yang ia follow di second account twitternya dan bermain sendirian untuk memenuhi itu semua atau terus bersabar menunggu sampai kapan Azizi bodoh Djatmiko ini akan mengungkapkan semuanya, sejujur-jujurnya.

Mungkin Marsha juga tak siap jika tahu bahwa suaminya punya pacar lelaki dan sebenarnya selama ini, Azizi tak suka perempuan. Banyak tuh, kasus di luar sana, Bajingan-bajingan keparat yang menikahi perempuan hanya untuk menutupi identitasnya sebagai seorang Gay.

Marsha juga mungkin tak akan siap jika tahu bahwa suaminya punya simpanan di luar, apalagi bocah-bocah SMP biadab yang mengorbankan keperawanannya hanya untuk gaya hidup berupa diiming-imingi ponsel keluaran terbaru dari produk terkenal itu. Apalagi, jika tahu bahwa Azizi suka jajan di luar dan memiliki Penyakit Menular Seksual.

Marsha akan menangis darah setelah tahu jika alasannya adalah hal-hal di atas yang Marsha takutkan.

Sekali lagi, Marsha hanya butuh sebuah alasan!

PENDULUM (BOOK III)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang