22. Lekas

1.3K 203 43
                                    

...

Dokter juga manusia, yang terkadang butuh sikap menjaga hal-hal tabu yang sudah dipercaya bertahun-tahun dalam dunia Kedokteran, kepercayaan yang mendarah daging turun temurun. Mau tahu apa?

Jangan mengomentari suasana kelengangan di dalam Instalasi Gawat Darurat.

'Sepi' is the word that shall not be mentioned in the Emergency Room dan segala macam kalimat takabur yang berhubungan dengan IGD yang tampak aman. Hal ini, dipercaya akan berakibat buruk untuk jam jaga para Dokter-dokter, seperti kedatangan pasien yang bertubi-tubi atau kedatangan pasien yang sulit serta gawat ekstrim.

Sudah empat jam berlalu jam jaga Chika dalam ruang Instalasi Gawat Darurat ini, akan tetapi, sampai saat ini mereka nyaris tak memiliki pasien satupun. Sedari tadi, Chika juga dengan rekan kerjanya, Dokter Arya hanya duduk-duduk sambil mengunyah makanan yang Arya bawa. Tiada yang mereka lakukan selain itu, untuk mengobrol pun, Chika tak nafsu. Ia benar-benar ingin agar jam jaganya ini cepat selesai dan pulang ke rumah, apalagi ketika tahu bahwa sesuatu tak beres di dalam keluarganya.

Berita hilangnya Marsha yang tiba-tiba dan sulit dipercaya adalah sponsor utamanya, Chika bahkan berkali-kali menghubungi adiknya, namun, nahas, jawaban Azizi tetaplah sama, Marsha belum ada kabarnya. Sulit dimengerti kenapa Marsha hilang, karena, tak mungkin anak itu benar-benar hilang. Tapi, dari suara Azizi yang sangat meyakinkan kalau Marsha hilang dan ini darurat, Chika yakin ini merupakan berita buruk.

"Mam?" Dokter Arya mengasongkan sebungkus snack kepada Chika. Chika memutar matanya dengan malas.

"Kenyang."

"Yah..." Dokter Arya merengut. "Kamu dari tadi belum makan."

"Lagi enggak nafsu, Dok."

"Yah..."

"Ya udah sih, orang kita dari tadi juga gini-gini aja, enggak ada energi yang gue keluarin."

Disela kunyahan kripik rasa jagugnya, Dokter Arya hanya mengangguk-anggukkan kepala. Pria berusia 28 tahun itu juga merasa jam jaga mereka benar-benar datar sekali.

"Sepi, ya... dari tadi enggak ada pasien." Ucap pria kelahiran Garut itu dengan amat santai.

Chika membulatkan mata, kemudian lehernya bergerak untuk menatap Arya dengan tajam. "Jangan ngomong jorok!" Chika mendaratkan kertas berisi jurnal di paha Arya dengan keras.

"Halah, masih percaya begituan aja kamu, Dok Chik Chik..." Arya tertawa, menyeruput es krim yang sudah meleleh sedari tadi.

"Bodo amat mau disebut Dokter enggak logis juga, gue pernah lho kayak gitu--" Ucapan Chika berhenti sejenak, ia menajamkan pendengaran pada sebuah suara brankar yang didorong begitu cepat sekali dan beberapa saat kemudian pintu IGD dibuka dengan lebar menampilkan seorang perempuan yang terbaring di sana. Chika otomatis beranjak dengan cepat, dadanya bergemuruh, ketika mengetahui siapa pasien yang akan ia periksa dan ia lakukan Triase--sistem untuk menentukan pasien prioritas bertujuan untuk mendapatkan urutan penanganan berdasarkan tingkat kegawatdaruratan pasien, seperti kondisi cedera ringan, cedera berat yang bisa mengancam nyawa lebih cepat, atau sudah meninggal.

Sekarang, lupakan soal mitos mengatakan sepi di dalam ruang IGD. Chika dituntut mengutamakan profesionalitas, meskipun pasien yang sedang ditanganinya adalah... adik iparnya sendiri.

...

Azizi tak tahu betul bagaimana caranya Vion bisa mendapatkan akses menuju unit apartemen milik Sinka Gouw di ujung Jakarta sana. Hanya, diringkusnya Kuntjoro yang Azizi lakukan setelah ia datangi Rumah Sakit Pendidikan dan menemukan bahwa istrinya tak ada di sana, berhasil sedikit memecahkan teka-teki yang ada.

PENDULUM (BOOK III)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang