5. Gerai Ayam Cepio

1.5K 224 143
                                    

...

"Meng... Kangen Meng..."

Marsha memutar matanya dengan malas, ia sedari tadi sok-sok sibuk merapikan rambutnya di kaca spion mobilnya. Setelah mengulas liptint di bibirnya, ia kembali menatap layar ponsel yang diletakkan di atas Dashboard.

Tidak ada hujan, tak ada angin, tiba-tiba Aldo Wangsadinata menghubunginya, Video Call pula. Ya memang sih, Aldo sering sekali menghubunginya, tapi selalu izin dulu sama Azizi kalau mau curhat.

Pria di dalam layar sana rebahan di ranjang, memakai kaus berwarna putih dan sedari tadi memanyun-manyunkan bibirnya di depan layar, bikin Marsha ingin muntah.

"Mau aku aduin ke Ashel enggak?" Tawar Marsha setelah merapikan dandanannya. "Shell... cowokmu gatel banget Shel..." Marsha berteriak-teriak bercanda.

"Hehehehe..." Si Aldo malah cengengesan di seberang sana. "Meng lagi apa?"

"Pulang kerja. Kenapa?!"

"Sewot amat meng, kan aku jadi tackyut."

"Ih najis." Marsha berekspresi jijik kepada Aldo. "Bawa gossip apa nih, Pak Pilot, tumben banget VC VC, kalau ada event Video Call berbayar, kayaknya aku udah kaya raya jadi Miliarder, hampir tiap hari di Video Call Bapak Pilot."

Bukan tanpa alasan, Aldo ini memang apa-apa selalu curhat ke Marsha. Terutama soal hubungannya dengan Ashelina Laksono. Aldo si selalu dilema tiap hari, mendengarkan lagu Peri Cintaku setiap saat.

"Begini, Bu Dokter..." Aldo menarik napasnya dalam-dalam. "Ada yang deketin Ashel."

"Labrak langsung lah."

"Aku enggak sebarbar itu ya, Meng..." Aldo mengembuskan napasnya. "Tapi, yang deketin dia ini bikin diriku Insecure, Meng."

"Ada ya Pilot Insecure?"

"Ada! Gue..." Aldo berteriak frustrasi, lebih kepada dirinya sendiri. "Si kampret yang deketin Ashel nih, udah ganteng, kaya, easy going, nyambung banget pula sama Ashel. Satu lagi! Ini yang paling bikin Insecure..."

"Apaan?"

"Ashel kan sengaja banget ya pamerin Chat-an dia sama si kampret itu. Enggak tahu mau bikin aku panas atau ngejatohin kepercayaan diri." Aldo berucap dengan amat sebal. "Masa dia dijanjiin katanya, kalau si kampret bisa nikahin Ashel, mau dimaharin Surat Ar-Rahman. Kan gue Insecure!"

Marsha terdiam, tak mengerti.

"Mahar apaan? Surat Ar-Rahman apa lagi?!"

"Aku juga awalnya enggak ngerti dan iya iyain aja, sambil ikutan ketawa. Pas di-cek di Internet dan tahu maksudnya, ngambek lah aku, bukan sama Ashel, sih, Meng, bukan juga sama si onoh. Tapi, sama keadaan. Maksudku, kan kami beda agama ya, terus kalau ada yang deketin dia dengan kualitas dan agamanya kuat kayak si onoh, ya aku Insecure lah! Aku juga enggak bisa dong nyuruh Ashel jauhin cowok itu, karena aku tahu, boleh jadi si Onoh emang yang terbaik buat Ashel."

"Huh, berat ya."

Marsha memang pernah sih terjebak dalam hubungan cinta beda agama, tapi, dulu, ketika bersama Oniel, mereka ini tak membahas hubungan yang serius-serius amat, memang sih... lebih kepada Marsha yang menghindar dan tahu bahwa akhirnya ia dan Oniel tak akan jadi apa-apa, karena Feeling Marsha kuat sekali, mau tak mau, suka tak suka, ia berakhirnya tetap sama Azizi, yang didukung seluruh keluarga dan sudah Se-iman juga se-amin.

Beda lagi kasusnya dengan Aldo dan Ashel ini. Mereka tentulah ingin menjalani hubungan yang serius, mereka berdua sudah dewasa, hubungan terjalin sudah lama, Ashel sempat curhat juga kepada Marsha—kalau dia ingin cepat menikah di usianya yang sudah menginjak 26 tahun ini.

PENDULUM (BOOK III)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang