7. Nibbles

1.5K 211 59
                                    


...

Bukankah jam selesai jaga adalah surga duniawi?

Daripada pulang ke apartmen dan menemukan suaminya sehingga kepala Marsha kembali mendidih. Marsha malah berbelok turun ke lobi Rumah Sakit dan berjalan sedikit untuk menemukan sebuah tempat yang isinya orang-orang yang membutuhkan makan dan minum.

Setelah kedua netranya berkeliling mencari seseorang yang menjadi tujuannya saat ini, akhirnya suara melengking dari Muthe lah yang membuat Marsha mendapatkan perempuan itu di pojok ruang kafetaria.

Muthe di sana mengangkat cangkir kopinya.

Marsha dengan langkah lunglai kemudian berjalan untuk duduk di depan Muthe.

"Akhirnya besok gue libur!" Pekik Muthe, kemudian mengembuskan napas lega setelahnya meregangkan otot-ototnya yang terasa kaku.

"Entah kenapa, gue lebih senang kerja." Marsha menanggapi dengan jujur. Kalau bisa, ia mending kerja setiap hari dibanding bertemu Azizi yang kondisi komunikasi mereka makin buruk ini.

"Ya ampun, nih anak. Biasanya ngeluh mulu. Mutheee pengin pulang, pengin ndusel-ndusel suamik. Mutheee pengin peluk suamik, pengin bobo di dada suami. Helehhh..." Muthe dengan lihai memperagakan tingkah Marsha jika sedang kumat kangen suaminya. Ditambah jika mereka ditekan ketika sedang jaga apalagi dapat Residen galak nan Killer, menangis sudah Marsha di kamar mandi ditemani Muthe.

"Lagi males lihat suami."

"Huh." Muthe mengembuskan napasnya. "Tapi, kalau suaminya kayak Dokter Jinan, lo mau enggak, Sha?"

Marsha membulatkan matanya. "Ngapain anjir?"

"Dokter Jinan ganteng lho."

"Lumayan." Marsha setuju jika mereka berbicara soal rupa, tapi, kejadian Littman-nya yang 'dicuri', Marsha masih belum terima. "Logis enggak sih, kalau dia suka sama gue?"

"Ya, siapa tahu beneran suka."

"Dia galak weh." Serobot Marsha.

"Siapa tahu kalau bukan sama koas enggak? Atau—coba deh, lo kencan gituu.. sama dia, siapa tahu kalau di luar kerjaan, dia enggak 'sebegitunya'."

"Lo nyuruh gue selingkuh?"

"Hehehe." Muthe nyengir kuda. "Ya enggak lah, gila aja lo."

"Sinting punya teman." Marsha berdecak kecil.

"Coba aja lo belum nikah, menurut gue lo cocok kok sama Dokter Jinan."

"Gue di sini belajar, bukan cari jodoh." Marsha memicingkan matanya.

"Ya karena lo udah nikah, makanya ngomong gitu, coba belum..."

Memang sih, ada saja cinta lokasi antara Dokter Residen dan Adik Ca-dok tiap tahunnya, meski terkadang mereka pada akhirnya tak lagi bersama setelah ketuk palu staf pendidikan berakhir, selalu ada cerita di tiap angkatan di Rumah Sakit ini.

Marsha sendiri, jika ia berandai-andai masih jadi anak gadis ketika Koas, nampaknya tak sudi mengecap cinta lokasi di tempat ini. Marsha memang ingin menjadi Dokter, tapi, ia tak bermimpi punya suami seorang Dokter. Apalagi Dokter Obgyn.

PENDULUM (BOOK III)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang