Part 8

960 76 6
                                    

Ada sesuatu yang membuat Iris menatap satu objek dengan takut. Alexa tahu Iris sedang menatap siapa, yaitu seseorang yang datang bersamanya, seseorang yang kemarin malam menjadi pusat perhatian di bar.

Ash lagi-lagi menjadi pusat perhatian orang-orang di cafe tersebut. Pesonanya semakin bertambah dengan dia yang memakai kemeja putih yang bagian lengannya ia lipat sampai ke siku dan beberapa kancing ke meja atasnya yang ia buka, menampilkan sedikit dada bidangnya.

Iris tidak berani menatap Ash yang sedang menyeringai padanya. Pria itu hanya memesan air putih saja pada pelayan. Pelayan itu pun pergi untuk menyiapkan pesanan ketiga orang itu, tepatnya dua orang dan satu vampir.

Alexa yang periang seperti biasanya, menceritakan pertemuannya dengan Ash di jalan sewaktu dalam perjalanan ke cafe ini. Iris tidak bisa menyimak cerita Alexa dengan serius. Tubuhnya sudah menggigil ketakutan dari tadi. Ia menyalakan ponselnya hendak menghubungi Adam, tapi ia urungkan. 'Tidak, aku tidak bisa menghubunginya! Dia pasti akan marah lagi padaku karena aku di sini bersama vampir satu ini. Aku juga tidak bisa membiarkan Alexa di sini bersama Ash!'

Ash yang memang sedari tadi hanya fokus memperhatikan Iris, menyadari ketakutan Iris akan dirinya. Ash menyentuh pelan bahu gadis itu yang ternyata hampir membuat Iris berteriak kencang. Alexa menyadari sikap aneh Iris semenjak ia datang bersama Ash. Alexa menatap bergantian Ash dan Iris dan meminta salah satu dari mereka menjelaskan.

"Tidak ada apa-apa, Nona Alexa. Mungkin tadi Nona Iris terlalu sibuk hanyut dengan pikirannya jadi reaksi seperti tadi yang ia berikan saat aku menyentuh bahunya. Benar kan, Nona Iris?" Ash mengedipkan satu matanya pada Iris namun itu tidak bisa membuat Iris jatuh akan pesonanya. Darah Iris menjadi dingin. Iris pamit pergi ke kamar mandi.

Di dalam kamar mandi pun Iris masih sangat gelisah. Dia yakin tidak bisa kabur begitu saja. Iris membasuh mukanya dengan air dingin. Ia harus bersikap tenang untuk menghadapi Ash. Iris balik ke meja mereka namun tidak menemukan Alexa di kursinya. "Di mana Alexa? Kau membawanya ke mana, hah?!"

Ash memperhatikan pelanggan lainnya mulai melihat ke arah mereka. Ash meyakinkan mereka tidak terjadi apa-apa. Ash berdiri ke depan Iris dan membungkukkan tubuhnya, menyamakan tingginya dengan Iris.

"Sst ... Jangan berteriak, kau mengganggu pengunjung lainnya! Alexa mendapat panggilan dari kantor jadi dia balik duluan. Lebih baik kita tidak bicara di sini, ikut aku!"

Tanpa menunggu persetujuan Iris, Ash menarik tangan gadis itu menuju toilet. Suara seseorang memanggil namanya membuat langkah mereka terhenti dan Iris dapat mendengar Ash mengumpat.

"ADAM!"

Iris mencoba melepas tangan Ash. Iris nampak kesulitan melepaskannya karena perbedaan kekuatan antara keduanya. Ash melirik Iris dengan mata merahnya dan taringnya yang mulai memanjang. Ash berbicara pelan dengan nada menakutkan. "Tetap bersamaku!"

Adam merasakan keanehan di sana, mendekat dan menarik lengan Iris. Cengkraman Ash terlepas. Adam terkejut lantaran Iris memeluknya erat. Adam menatap punggung Ash dengan mata memincing. Adam merasakan sesuatu pada diri pria yang memunggunginya itu.

Iris menarik tangan Adam keluar dari cafe itu. Iris dan Adam memasuki mobil. Akhirnya Iris bisa bernafas lega. Adam terus menatapnya tanpa ia sadari. Karena mobilnya yang tak kunjung berangkat, membuat Iris melihat ke arah Adam.

"Kenapa tidak kau jalankan mobilnya?"

"Aku merasa aneh dengan pria itu. Kau kenal dengannya?"

Iris menanggapinya dengan sikap diam. Karena terdiamnya Iris membuat Adam merasakan kecurigaan terhadapnya. Beberapa saat Adam menunggu jawaban dari Iris, sepertinya gadis itu masih enggan menjawabnya. Adam melihat jam di ponselnya, sore menuju petang. Adam cepat-cepat kembali ke apartemennya sebelum hari menjadi gelap.

My Boyfriend Is A Vampire Hunter (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang