Part 15

794 52 2
                                    

"Tunggu dulu, Iris!"

Iris menghentikan langkahnya tanpa membalikkan tubuhnya. Ash mendekati Iris dan meraih tangan gadis itu.  Iris menarik tangannya kembali. "Aku tidak punya urusan dengan vampir sepertimu! Biarkan aku pergi, jangan menggangguku lagi!"

"Tapi setidaknya, biarkan aku memberimu es krim itu dulu." Iris mengikuti arah telunjuk Ash. Tak jauh dari pintu masuk taman ini, ada penjual es krim yang jualannya lumayan ramai. Iris melirik Ash yang menatapnya dengan tatapan memohon. Tidak tahu mengapa hatinya tersentuh melihat tatapan itu. Iris tanpa bicara apapun, berjalan duluan menuju tempat penjual es krim itu. Diam-diam Ash tersenyum. Berbeda dengan Adam yang terlihat kesal, beberapa kali umpatan yang ia keluarkan untuk Ash.

Antrian di sana habis tepat ketika mereka baru sampai jadi Ash bisa langsung membelinya tanpa harus mengantri. Ash membeli dua es krim, untuknya dan untuk Iris. Dia tidak peduli tentang Adam. Iris memakan es krim itu dengan cepat agar dirinya bisa bebas pergi tanpa gangguan Ash lagi. Berbeda dengan Ash yang memakan es krim itu dengan perlahan sambil matanya terus memperhatikan Iris. Es krim yang hambar di lidahnya.

"Terima kasih atas es krimnya, sekarang aku akan pergi dan tolong jangan pernah menggangguku lagi!"

Ash benar-benar membiarkan Iris pergi bersama Adam kali ini. Tapi jangan salah sangka, hanya kali ini bukan selamanya. Ash tersenyum, senyum yang menakutkan. 'ini masih belum waktunya, Iris. Nikmati dulu waktumu dengannya sebagai bonus dariku.'

Di dalam mobil selama perjalanan mereka, Adam sudah beberapa kali menawarkan tempat yang cocok untuk berkencan, tetapi Iris menolak semua itu dan bersikeras ingin kembali ke apartemen. Adam menyadari perubahan mood gadis itu sejak berada di taman kupu-kupu.

Ponsel milik Adam berdering, tanda ada pesan masuk. Adam membacanya lewat notifikasi. Adam melirik Iris yang tengah menatap keluar jendela. "Aku urungkan tawaranku tadi, sekarang markas membutuhkanku."

Iris membalas dengan anggukan pelan. Adam memutar balikkan mobilnya ke arah apartemen. Adam berhenti di depan gedung apartemen itu dan membukakan pintu bagi Iris agar gadis itu keluar.

"Aku akan langsung berangkat sekarang juga ke sana."

"Tidak berganti pakaian dulu?"

"Tidak perlu, aku pikir pakaian ini nyaman untuk aku pakai bekerja."

"Baiklah, kalau begitu. Aku akan masuk dan kau tetap berhati-hati!"

Adam tersenyum, rasanya hatinya menghangat mendengar Iris memiliki rasa khawatir padanya. Adam memeluk gadis itu sebentar lalu memasuki mobil. "Jangan pergi ke manapun selagi aku tidak bersamamu. Jika kau ingin membeli sesuatu di luar, maka tunggu kepulanganku!"

Iris mendengus, 'rasanya perutku kenyang mendengar peringatan itu setiap hari!'

Adam menjalankan mobilnya, sementara Iris memasuki apartemen. Iris masuk ke kamarnya untuk mengambil laptop. Karena hari ini tidak ada kesibukan apapun, jadi Iris memutuskan melanjutkan kembali menulis novel yang kemarin malam tertunda.

Iris Menerawang kejadian kemarin malam bersama Adam. Berkat itu kini dia bisa meneruskan lagi jalan ceritanya dengan mudah. Iris mengingat apa saja yang di lakukan seseorang saat sedang berciuman. Tidak bisa dipungkiri bahwa dirinya malu menulis hal-hal seperti itu. Wajahnya mulai memanas sampai Iris menghentikan kegiatannya.

"AH, AKU MALU SEKALI!"

Suara pintu digedor keras dari seseorang di luar. Iris bergegas membuka pintu itu dan hendak memberi sang pelaku omelan, tapi segera ia urungkan melihat kedatangan seorang perempuan bersama anak kecil di sana. Iris menaikan satu alisnya, perempuan itu pun sama.

My Boyfriend Is A Vampire Hunter (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang