Iris tidak merasa mengantuk sama sekali meskipun waktu sudah menunjukkan pukul 12.00 malam dikarenakan dia baru bangun di jam 9.00 malam tadi. Iris mengistirahatkan matanya sebentar, lelah terus-terusan memandangi layar laptop sekaligus dia memikirkan alur novelnya.
Tiba-tiba punggungnya terasa berat, Iris membuka matanya dan melihat pelaku yang kini sedang memeluk dan menyandarkan kepala di bahunya. Iris memperhatikan Adam yang masih memejamkan matanya. "Kau bangun, apa kau lapar? Aku sudah menyiapkan makan malam untukmu, tapi itu sejak tadi jadi mungkin sekarang sudah dingin. Kau bisa memanaskannya lagi."
"Aku tidak butuh makan, aku butuh dirimu untuk menjadi gulingku."
" ...!?"
Adam menyingkirkan laptop Iris dan menarik tubuh gadis itu untuk berbaring dengan nyaman di kasur. Adam benar-benar memeluknya seolah dia adalah guling hidup. Namun begitu, Iris diam saja membiarkan Adam memeluknya. Dengan jarak wajah mereka yang sangat dekat, Iris dapat merasakan deru nafas hangat Adam yang menerpa wajahnya. Masih tercium bau alkohol, tetapi tidak terlalu menyengat seperti tadi.
Iris tersenyum bahagia, dan menyamankan posisinya di pelukan pria itu. Iris menyusul Adam ke alam mimpi. Sampai mentari pagi menyinari dua insan yang tengah asik berpelukan satu sama lain.
Adam membuka matanya. Tepat di depan matanya, Iris menatap dirinya. "Sudah bangun? Sekarang bisa lepaskan aku? Aku akan terlambat bekerja jika kau terus memelukku seperti ini!"
Adam dengan terpaksa menyingkirkan lengannya yang membatasi gerak gadis itu. Adam membalikkan badannya membelakangi Iris. Iris menatap Adam dengan aneh. 'Apakah dia sedang merajuk? Ah, biarkan saja. Lebih baik aku cepat pergi bersiap!'
Iris turun dari ranjang menuju kamar mandi, tak lupa membawa baju gantinya ke dalam sana. Tidak mungkin dia memakai bajunya di dalam kamar sedangkan Adam masih berada di situ. Adam melirik Iris sekilas lalu menutup matanya kembali.
Butuh beberapa menit untuk Iris selesai bersiap. Gadis itu membuka pintu kamar dan berhenti di ambang pintu untuk menatap Adam. "Kalau hari ini tidak sibuk, pulanglah sebentar ke rumah bibimu. Temui mereka yang merindukanmu. Dan satu lagi, aku tidak sempat membuat sarapan untuk kita, kau bisa memasak sendiri, kan? Kalau tidak bisa, aku izinkan makan makanan instan untuk hari ini saja."
Tanpa menunggu respon dari Adam, Iris bergegas pergi meninggalkan unit apartemen itu, sesekali berlari kecil agar mempersingkat waktu. Meskipun tidak sarapan, bukan masalah baginya yang bekerja di toko roti. Dia bisa membeli roti di sana, kan?
Benar saja, tokonya baru saja di buka oleh Leyna. "Leyna!" Sapa Iris dengan jaraknya yang lumayan dekat. Leyna menatapnya dan berkacak pinggang. Iris hanya menunjukkan cengiran kudanya pada gadis itu.
"Tubuhmu sudah pulih?" Iris menatap Leyna yang berjalan mendekatinya. Iris duduk di meja kasir diikuti Leyna, berdiri di sampingnya. "Pulih?"
"Iya, tubuhmu sudah pulih?" Iris mengerutkan keningnya, lalu sesuatu terlintas di kepalanya. Iris langsung berakting memijat pangkal hidungnya dan merintih pelan. "Lumayan dari pada kemarin."
"Tidak apa-apa. Untuk hari ini biar aku saja yang mengurus semuanya, kau cukup duduk di sini saja dan menjadi kasir yang baik. Okay?"
"Leyna, kau sungguh temanku yang baik! Terima kasih sudah perhatian padaku!"
"Sama-sama!"
Pelanggan pertama mereka ialah seorang mahasiswa yang membeli kue untuk merayakan ulang tahun salah satu dosennya. Sesuai perkataan Leyna, Iris cukup duduk saja di meja kasir. 'Adam tidak bilang padaku kalau dia membohongi bos dengan alasan aku sakit. Aku harus berterima kasih padanya nanti karena dengan begini, aku bisa bekerja lebih santai!'
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is A Vampire Hunter (END)
VampireKota tempat tinggal gadis bernama Iris Jennifer sedang tidak baik-baik saja. para vampir menyerang kota tempat tinggalnya, banyak korban berjatuhan. Namun, kebanyakan masyarakat tidak menyadari keberadaannya disekitar mereka karena penyamaran para v...