Part 18

649 42 0
                                    

Adam dan Iris sontak terkejut mendengar kata ancaman keluar dari mulut Hana. Adam tahu gadis itu tidak main-main dengan ucapannya karena pengalaman pada waktu itu. "Tunggu sebentar, beri aku waktu!"

Adam menarik Iris menuju dapur. Iris hanya kebingungan melihat tingkah Adam yang tiba-tiba saja menariknya seperti ini. "Apa yang terjadi padamu?"

"Iris, tolong maafkan aku. Aku berkata jujur soal aku menyukaimu tapi untuk masalah ini, tolong jangan salah paham!"

"Sebenarnya aku pernah melihatmu pergi dengan Hana ke toko penjual aksesoris rambut di mall. Aku kira dia pacarmu. Tapi, mengapa dia begitu lengket denganmu?"

"Karena dia menyukaiku, tapi aku tidak pernah membalas perasaannya. Dia bahkan pernah mencoba bunuh diri hanya karena aku lama tidak berkunjung ke rumahnya. Sebenarnya aku sering pergi ke rumahnya karena aku butuh Stevan!"

"Kalau begitu, temani saja dia nanti malam. Hanya menemaninya saja, tidak masalah. Jangan sampai dia melakukan bunuh diri hanya karena masalah sepele ini."

Adam menarik Iris ke dalam pelukannya. Menenggelamkan wajahnya di ceruk leher gadis itu, sesekali menciumnya. Iris mencubit pelan pinggang Adam agar pria itu berhenti melakukan aktivitasnya. Adam memang berhenti, tapi sekarang berpindah tempat ke bibir gadis itu. Adam dan Iris sama-sama memejamkan mata mereka, menikmati ciuman itu dan tanpa menyadari Hana yang mengintip.

Hana mengepalkan tangannya, air matanya mulai turun. Hana kembali duduk di sofa lalu disusul Adam dan Iris. Hana memperhatikan wajah pasangan itu dengan tajam lalu mulai menghubungi seseorang.

"Tidak perlu menghubungiku, aku sudah di sini," Ucap Stevan dibarengi membuka pintu. Ketiga orang yang berada di sana lantas menoleh ke arahnya. Stevan melempar senyum kepada mereka semua.

"Maaf, aku lama datang menjemputmu Hana. Terima kasih  sudah menjaga adikku. Kita pulang sekarang, Hana?"

Hana tanpa sepatah katapun, menggeret tangan Stevan keluar dari sana. Namun sebelum gadis itu meninggalkan apartemen Adam, dia menyempatkan diri melirik Adam. "Aku tunggu kamu nanti malam di depan gedung apartemen ini. Kamu harus mau jika kamu tidak ingin melihat mayatku esok!"

Stevan menatap Hana dan Adam bergantian, lalu menatap Iris untuk meminta penjelasan. Iris hanya mengangkat bahunya, Stevan menghela nafas lalu menutup pintu di belakangnya.

Hana dan Stevan berjalan keluar dari gedung apartemen itu dengan Stevan yang terus memperhatikan tingkah aneh adiknya itu. Wajah sedih dan cemberut gadis itu terlihat sangat jelas dan Stevan sekarang tahu penyebabnya.

Hana menghentikan langkahnya dan menatap Stevan tajam. "Kenapa kau tidak bilang bahwa Adam menyimpan seorang wanita di apartemennya?! Bahkan tadi aku lihat mereka berciuman!"

Stevan terkejut, menormalkan kembali keterkejutannya kemudian. Stevan mengacak-acak rambut Hana dan melanjutkan jalannya, meninggalkan Hana di belakangnya. "Memangnya kenapa? Sudah biasa bagi sepasang kekasih berciuman, kan?"

"Apa!? Jadi, si Iris itu kekasihnya Adam!? Harusnya kau memberitahuku lebih awal!"

"Heh, untuk apa aku memberitahumu hal ini? Apa yang akan kau lakukan jika sudah tahu mengenai ini?"

Hana terdiam oleh perkataan Stevan yang dirasanya benar. Hana tidak tahu posisinya di hati Adam, juga Adam belum membalas perasaanya. Setelah dia mengetahui Adam sudah memilik kekasih, harusnya dia sudah paham. Adam tidak punya perasaan sedikitpun padanya!

'Aku tidak akan menyerah mendapatkan cintaku! Kita lihat saja nanti siapa yang akan memenangkan Adam, aku ataukah Iris!'

Malam harinya, Hana benar-benar menjemput Adam di depan gedung apartemennya. Stevan meninggalkan adiknya di sana lalu dia membawa mobilnya pergi. Hana menghubungi Adam tanpa jeda dan tak lama orang yang di tunggunya menunjukkan batang hidungnya.

My Boyfriend Is A Vampire Hunter (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang