Part 11

902 71 3
                                    

Sementara Adam, pria itu mondar-mandir tidak jelas di depan televisi. Sejak Iris mengatakan dirinya pernah bertemu dengan Ash Brandon, vampir yang di takuti sekaligus di buru oleh organisasi pemburu vampir membuat hatinya tidak tenang memikirkan nasib gadis itu.

Dari yang ia dengar dari Joseph, vampir itu sekarang kebal terhadap sinar matahari. Adam mengacak-acak rambutnya dengan kasar sesekali mengumpat. "Sialan, apa yang harus aku lakukan pada Iris?! Aku tidak bisa hanya menyuruhnya diam saja di apartemen, aku tidak setega itu mengekang seorang manusia sepertinya!"

Getaran ponsel di tangannya mengalihkan pikirannya. Adam membaca pesan singkat dari Berlando yang menyuruhnya untuk pergi ke markas secepatnya. Adam langsung bersiap-siap, tak lupa mengunci pintu. Kaki Adam terasa berat untuk meninggalkan Iris seorang diri di apartemennya, tapi berkali-kali pula ia meyakinkan dirinya bahwa gadis itu akan baik-baik saja.

Adam mengendarai mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju markas pemburu vampir. Sesampainya di sana, Adam langsung menemui Berlando. Tidak hanya Berlando yang ada di sana tapi juga Stevan. Mungkin misi kali ini akan dia jalani bersama Stevan.

"Aku akan memberitahukan misi kalian malam ini yaitu memata-matai orang yang diduga Ash Brandon yang  berada di tengah-tengah masyarakat. Sebenarnya Frank dan Stevan yang harusnya menjalankan misi ini, namun aku urungkan melihat Frank yang masih dalam proses pemulihan. Tidak lucu jika tiba-tiba mereka terpaksa harus bertarung melawannya, akan berbahaya bagi Frank. Jadi aku memilih Adam untuk menggantikan Frank melakukan misi ini. Tetap hati-hati, sebisa mungkin hindari pertarungan dengannya!"

Adam dan Stevan mengangguk mengerti. Berlando menyuruh mereka berdua segera bergegas. Mereka pergi menggunakan mobil milik Stevan. Stevan memperhatikan Adam yang nampak lesu hari ini. "Apa terjadi sesuatu dalam misi mu menjaga Iris?"

Adam menoleh pada Stevan lalu mengangguk lemah. Adam menopang dagunya dan menatap keluar kaca mobil. Stevan sengaja mengendarai mobilnya dengan lambat agar dapat mendengat curahan hati rekannya ini.

"Kali ini dia bertemu dengan vampir yang sangat berbahaya, Ash Brandon. Dia baru memberitahuku tadi setelah aku pancing dia untuk bicara padaku."

Stevan menginjak rem mobilnya secara mendadak membuat kening Adam membentur dasbor mobil lumayan keras. Adam mengelus keningnya dan melayangkan tatapan tajam ke arah Stevan.

"Kau bilang Iris pernah bertemu dengan Ash Brandon?! Kau yakin dengan itu? Bagaimana Iris tahu nama dan sosok Ash Brandon?!"

"Karena dia telah menguping pembicaraan kita sewaktu aku membawanya ke markas."

"Lalu, kenapa dia yakin sekali kalau vampir yang ia temui itu memang benar seorang Ash Brandon?"

"Aku tidak tahu pasti, bagaimana dia bisa mengenalinya. Tapi aku yakin, dia memanglah Ash Brandon! Karena pada waktu itu dia dan temannya sedang berada di bar, tempat polisi menemukan mayat seorang wanita dan darah yang di duga milik vampir itu."

Stevan memijat keningnya. Kondisinya sekarang sama seperti Adam, yaitu memikirkan nasib Iris. Meskipun mereka sendiri belum memastikan apakah Ash akan menargetkan Iris sebagai korbannya.

Adam teringat seorang pria bersama Iris yang di cafe waktu itu. Dari wajah ketakutan Iris dan perasaan aneh yang ia rasakan sewaktu melihat pria itu, sekarang dirinya yakin bahwa pria itu ialah Ash Brandon.

"Aku sekarang mengerti sosok Ash Brandon itu!"

"Dari mana kau bisa tahu?"

"Dari suatu tempat. Jika kita beruntung, kita nanti akan bertemu dengannya langsung dan kau bisa melihat dengan mata kepalamu sendiri."

Stevan menambah kecepatan mobilnya menuju tempat yang dimaksud Berlando. Mendengar ucapan Adam yang pernah bertemu dengan Ash Brandon, membuatnya iri dan ingin segera bertemu dengannya juga.

My Boyfriend Is A Vampire Hunter (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang