Part 38 (END)

1.4K 46 7
                                    

Dua bulan berlalu begitu cepat. Saat ini Iris tengah berbaring di ranjang rumah sakit, masih belum sadarkan diri pasca melahirkan. Emily, Emma bahkan Alexa berbondong-bondong menjenguk ibu dan bayi itu.

Bayi perempuan Iris ditidurkan di dalam keranjang bayi, di samping ranjang Iris. Sementara Adam, pria itu keluar mencari makan sebab sejak kemarin malam perutnya tidak terisi apapun, tentunya juga membeli makanan tidak untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk mereka yang datang menjenguk Iris.

Emily, Emma dan Alexa berebut siapa lebih dulu yang pantas menggendong bayi perempuan mungil tersebut, jelas saja Emily yang menang. Emma dan Alexa kompak merajuk. "Tidak adil, aku juga ingin bayi itu merasakan gendonganku pertama kali!"

"Huh, apalah daya kita," Sahut Alexa. Lenguhan kecil Iris mengalihkan ketiga wanita itu. Alexa membantu Iris duduk di ranjang. Mata Iris berfokus pada makhluk mungil di gendongan Emily. Emily menyerahkan bayi itu pada sang ibu.

Mata Iris berkaca-kaca begitu merasakan anak yang sembilan bulan dikandungnya, sekarang bisa ia sentuh secara langsung. Emily membimbing Iris cara memberikan asi pada bayinya.

"Sudah menyiapkan nama untuknya?"

"Ashley Dalbert, panggil dia Ashley. Kelak dia akan menjadi gadis yang tidak mudah terpengaruh, menarik dan penuh perhatian. Dialah, putri kecilku dan Adam."

Adam memasuki ruangan itu, menenteng dua kantong berisi makanan. Adam duduk di samping Iris, memperhatikan bayinya menyusu. Tangan pria itu tak hentinya memainkan pipi gembul bayi itu, hingga terusik tidurnya.

Ashley membuka mata, pertama kali di dunia. Semua orang, termasuk Adam dan Iris merasa begitu terharu. Iris pun sampai menitikkan air mata. Adam menghapus air mata istrinya. "Kau tidak malu dilihat putrimu saat sedang menangis?"

"Bodoh, dia masih belum bisa melihat! Biarkan saja aku menangis bahagia."

Di tengah acara kebahagiaan mereka atas terbukanya mata bayi mungil tersebut, sampai-sampai mereka tidak menyadari kedatangan seseorang di ambang pintu, tengah memperhatikan mereka. Deheman kecil dari orang tersebut mengalihkan semuanya.

"Stevan, Stella, Jenni ...kalian di sini!?"

Iris bersorak senang atas kedatangan ketiga orang itu. Melihat ruangan terlalu sempit menampung banyaknya orang, Emily dan Emma juga Alexa memilih keluar. Jenni mengambil alih Ashley dari gendongan Iris.

"Lihat bayi mungil ini, begitu mirip dengan ayahnya!"

"Hm, tidak ada bagian yang mirip denganku sama sekali. Membuat iri saja!"

"Kau itu kurang memperhatikan. Coba lihat warna rambutnya, hitam legam seperti warna rambutmu. Jika rambutnya meniru Adam, maka akan sedikit kecoklatan."

Iris menggaruk kepalanya yang tidak gatal, mengalihkan wajahnya yang malu. Stella menggenggam lembut tangan Iris lalu tersenyum manis padanya. "Kondisimu sudah membaik, Iris?"

"Sudah. Nanti aku sudah diperbolehkan pulang oleh dokter."

"Syukurlah. Oh ya, kami membawakan buah-buahan segar untukmu. Makanlah, mau aku kupaskan?"

"Ah, tidak perlu biar nanti Adam yang melakukannya. Ngomong-ngomong, terima kasih."

"Sama-sama."

Jenni memberikan bayi itu ke tangan Stella yang kebingungan. Jenni tersenyum jahil pada Stevan dan Stella. "Lihat dengan matamu, Stevan. Bukankah Stella sudah cocok menggendong bayi? Lantas mengapa masih kau tunda-tunda?"

Stevan dan Stella sontak terkejut, begitu pun Iris yang kini mencoba menahan tawanya. Adam, pria itu hanya diam saja memperhatikan mereka. Stevan menjawab godaan Jenni, "kau tidak tahu betapa usahaku untuk membuatnya. Mungkin tanpa kita ketahui, Stevan junior sudah tumbuh di rahimnya. Benar kan, sayang?"

My Boyfriend Is A Vampire Hunter (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang