Laju mobil Ash semakin perlahan. Mata Iris mengamati sekitarnya yang nampak tidak asing baginya. Rumah penduduk pun juga tidak asing, masih sama seperti dulu saat sebelum dia meninggalkan tempat ini dan tinggal bersama neneknya di kota.
"Ash, kenapa kau membawaku ke rumahku yang dulu?"
"Aku ingin menunjukkan sesuatu padamu."
Mobil Ash berhenti di samping salah satu rumah penduduk yang telah di tinggalkan. Banyak dari penduduk di sana berpindah ke kota untuk mencari pekerjaan yang gajinya lebih besar. Ash membukakan pintu untuk Iris lalu menarik lembut tangan gadis itu memasuki hutan dan berhenti di sana.
Iris menatap bingung tempat itu lalu beralih menatap Ash. Ash tersenyum hingga matanya menyipit, semakin membuat Iris penasaran. Ash menunjuk tempat tepat di depannya. 'Hanya tanah kosong, tidak ada apa-apa. Apa yang coba ia tunjukkan padaku!?'
"Kau lupa?"
****
Ash berlari kencang menelusuri hutan yang remang-remang tersinar cahaya rembulan. Baju yang ia kenakan, sudah penuh noda darah bekas pertarungannya dengan pemburu vampir dan ada beberapa yang terkoyak, beruntung warna bajunya gelap. Tubuh Ash ambruk di tanah, pria itu merintih merasakan sakit yang tak kunjung hilang. "Sial, penyembuhanku rupanya masih berjalan lama! Tubuh menyebalkan!"
Ash berbaring terlentang di tanah. Tenaganya sudah terkuras habis, dia hanya pasrah menunggu vampir lain menemukan dirinya dan menolongnya atau mati terbakar matahari. Ash memejamkan matanya. Bunyi ayam jantan membuatnya terbangun. Ash menarik nafas panjang, bersiap untuk menjemput ajalnya. Matahari akan terbit dan dia masih di sini. Ash menutup kembali matanya dengan pasrah.
Ash pikir ia akan mati saat ini juga, tetapi dia masih bisa membuka matanya lagi dan melihat tepat di depan matanya, dedaunan menutup wajah juga seluruh tubuhnya. Ash tidak mengerti yang terjadi sekarang. Tubuhnya terlalu lemah untuk digerakkan, jadi dia hanya diam saja.
Bunyi dedaunan yang terinjak terdengar jelas di indra pendengarannya yang tajam, lalu dedaunan yang menutupi tubuhnya bertambah banyak. "Sekarang binatang buas tidak akan bisa menemukan dan memakanmu. Iris memang anak yang cerdik!"
Suara anak perempuan membuat Ash penasaran. Ash menggerakkan sedikit kepalanya, mencoba menyingkirkan daun di wajahnya, hanya sedikit agar tidak membuat gadis kecil itu takut.
Dari celah daun, matanya dapat melihat jelas wajah gadis kecil tersebut yang kini sedang merapikan daun di atas tubuhnya. Wajah gadis itu terlihat cerah, tanpa rasa takut mendekati sekujur tubuh tak berdaya di tengah hutan. 'Harusnya dia lari saat menemukanku, atau paling tidak memberitahu orang tuanya. Tetapi dia ...? Sudahlah aku tidak peduli! Sekarang terpenting, aku selamat karenanya,' batin Ash. Tetapi ada yang membuatnya bingung tentang dirinya yang muncul suatu percikan di hatinya. Melihat senyum gadis kecil itu, membuat hatinya sedikit tersentuh.
'Ash bodoh! Dia masih kecil juga dia seorang manusia, bagaimana mungkin aku begitu mudah tertarik padanya!?' batinnya terus berdebat. Ash menggerakkan sedikit kepalanya lagi agar dedaunan menutup wajahnya sepenuhnya. Tubuhnya memang tidak sepenuhnya terkena pancaran sinar matahari karena memang pohon-pohon di hutan itu lebat.
Iris kecil tersenyum bangga melihat hasilnya, lalu memutuskan meninggalkan Ash yang ia yakini sudah aman, pergi ke rumahnya. 'Maafkan Iris karena tidak bisa membawa paman ke rumah agar ibu bisa mengobati paman. Iris takut ayah marah padaku karena bertemu dengan orang asing! Iris harap paman bisa cepat bangun!'
****
Iris melongo, masih tidak mempercayai cerita Ash tentang dirinya yang menolong pria itu. Ash terkekeh kecil melihat reaksi Iris lalu mengacak-acak rambut gadis itu. Iris menangkis tangan Ash di puncak kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Boyfriend Is A Vampire Hunter (END)
VampireKota tempat tinggal gadis bernama Iris Jennifer sedang tidak baik-baik saja. para vampir menyerang kota tempat tinggalnya, banyak korban berjatuhan. Namun, kebanyakan masyarakat tidak menyadari keberadaannya disekitar mereka karena penyamaran para v...