Delapan

167 14 0
                                    

Jam 8 pagi Davin berangkat dari rumahnya untuk mencari toko perhiasan yang buka.Davin ingin memberikan kejutan untuk Vasya.

Sesampainya di toko itu Davin melihat-lihat kalung yang ada disana dan Davin berpikir untuk membeli satu kalung yang cocok untuk Vasya.

Disisi lain Vasya justru kabur dari rumahnya karena pertengkaran orang tuanya.Vasya memilih untuk berlari kerumah Davin untuk menceritakan semuanya.

Tok...Tok..

Bunyi ketukan pintu itu membuat mama Davin membukakan pintunya.Vasya sempat kaget bahwa yang membuka pintu bukanlah Davin,"Davin nya ada tante?saya Vasya temennya" tanya Vasya.

"Oh silahkan masuk nak Vasya.Davin bilang tadi dia lagi keluar sebentar," jawab mama Davin."Mau minum apa?" tambah mama Davin.

"Oh gitu tan.Saya nunggu disini gak apa-apa kan?gak usah tan lagi gak haus," jawab Vasya datar.

"Tante liat kayaknya muka kamu lagi murung.Kamu kenapa?" tanya mama Davin yang akhirnya menemani Vasya.

"Gak apa-apa tan," jawab Vasya.

Akhirnya mama Davin meninggalkan Vasya sendirian karena harus menuju dapur untuk memasak.

Tiba-tiba Vasya mendengar suara ketukan pintu dan langsung segera membukanya.Setelah Davin tau yang membukanya adalah Vasya,Davin langsung memeluknya.Davin melihat mata Vasya yang merah akibat menangis dan masih terlihat bengkak.Maka dari itu Davin memeluk Vasya tanpa harus berkata apa-apa lagi.Dalam sekejap Vasya pun menangis dipelukan Davin.

Davin segera mengajak Vasya ke kamarnya,"Sya,kamu kenapa?" tanya Davin lembut.

"Mama sama papa,Dav," ucap Vasya yang menangisnya mulai semakin kencang.

"Mereka kenapa?" tanya Davin penasaran

"Mereka mau cerai,Dav!" jawab Vasya yang mulai meninggikan nada suaranya.Dengan segera,Davin langsung memeluk Vasya dan membiarkan Vasya menangis dipelukkannya.

"Udah Sya jangan nangis.Everything's gonna be okay," ucap Davin lembut."Oh iya,aku punya hadiah buat kamu," tambah Davin.

Vasya langsung mendongakkan kepalanya dan bertanya,"Hadiah apa?"

"Nih coba buka kotaknya," perintah Davin.Vasya segera membuka kotak yang diberikan oleh Davin dan sempat terkejut melihatnya.

"Dav!Kalungnya bagus banget!" ucap Vasya yang membuat Davin tersenyum dalam sekejap."Suka?" tanya Davin dan hanya dibalas Vasya dengan mengangguk.

Akhirnya Davin mengambil kalung itu dari tangan Vasya,"aku pakein ya."

Davin memakaikan kalung itu di leher Vasya,"makasih Dav" ucap Vasya sambil tersenyum.

"Nah gitu dong.senyum ya,jangan nangis lagi.Masa putrinya Davin nangis sih," ucap Davin sambil mengusap air mata yang ada di pipi Vasya."Mau jalan-jalan lagi?" tanya Davin.

"Ah apa aku ga ngerepotin jalan terus sama kamu?" tanya Vasya yang sedikit keberatan dengan tawaran Davin.

"Enggak,tuan Putri" jawab Davin."Yuk jalan!" ucap Davin bersemangat.

Vasya dan Davin segera turun ke lantai bawah dan berpamitan kepada sang mama,"Ma!Davin sama Vasya pergi dulu ya," ucap Davin yang hanya dibalas sang mama dengan senyum tipisnya.

Davin mengendarai motornya menuju taman yang biasanya dia kunjungi."Dav,kamu gak bosen kesini terus?" tanya Vasya.

"Enggak akan pernah bosen," jawab Davin tenang.

Akhirnya Davin hanya melihat Vasya bermain-main air di sungai yang berada di taman itu.Semua orang itu seperti bulan,mereka punya sisi gelapnya masing-masing.Tapi mereka gak akan pernah nunjukkin sisi gelap mereka yang sebenarnya bisa dibilang kelam,terlalu rapuh,dan terlalu hancur untuk diceritakan pada orang lain,batin Davin.

SpacesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang